Anda di halaman 1dari 10

SOP

MANAJEMEN LAKTASI

Pengertian Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang


dibentuk untuk menunjang keberhasialan menyusui.
Dalam pelaksanaanya dimulai dari masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui
selanjutnya (Elisabeth siwi waylani, 2015).
Tujuan 1. Untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mahasiswa tentang manajemen
laktasi.
2. Untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mahasiswa tentang langkah
manjemen laktasi.
3. Untuk memberi gambaran cara manajemen
laktasi sebagai bekal terjun dalam
masyarakat.

Faktor-Faktor yang 1. Makanan Ibu


Mempengaruhi Produksi
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang
ASI
dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai
zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi
yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir
telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan
jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk
membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter
ASI diperlukan makanan tamabahan disamping
untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan
3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak
mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami
kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh
jumlah air minum dalam jumlah yang cukup.
Dianjurkan disamping bahan makanan sumber
protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan,
bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin
dalam ASI.

http://asi.blogsome.com
2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh


faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan
gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya.Pada ibu ada 2
macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
a. Reflek Prolaktin, Reflek ini secara
hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu
bayi menghisap payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada putting susu
dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hypophyse melalui nervus vagus, terus
kelobus anterior. Dari lobus ini akan
mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-
kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI.
b. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI
keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara
ibu, maka bayi akan memutar kepalanya
kearah payudara ibu. Refleks memutarnya
kepala bayi ke payudara ibu disebut
:”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi
secara otomatis menghisap putting susu ibu
dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex
mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan
jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan
terhadap let down reflex mengakibatkan ASI
tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI
dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru
membuat ibu lebih gelisah dan semakin
mengganggu let down reflex.
3. Pengaruh Alat Kontrasepsi yang
Mengandung Estrogen dan Progesteron

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak


dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat
mengentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh
karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat konstrasepsi dalam rahim
(AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat
merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon
oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
4. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi


perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut paudara
selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat
penyumbatan pada luktus latiferusdapat dihindarkan
sehingga pada waktunya ASI keluar dengan lancar.
Nutrisi Selama Menyusui 12 jenis ‘makanan super’ bagi ibu baru, yang bisa
dijadikan bagian tetap dari diet Anda.
1. Salmon
2. Produks Susu Rendah Lemak
3. Daging Sapi tanpa Lemak
4. Kacang-Kacangan
5. Bluberi
6. Beras Merah
7. Jeruk
8. Telur
9. Roti Gadum Utuh
10. Sayuran Hijau
11. Sereal Gandum Utuh
12. Air
Kontraksi Indikasi 1. Alergi ASI : cek makanan ibu : alergen.
Pemberian 2. Ibu sakit berat : Nefitis, Penyakit jantung
Persiapan ASI berat, Hipatitis±B.

Usaha Perawatan Periode Perintal


1. Pendidikan pasien dan keluarga
2. Dukungan keluarga
3. Persiapan payudara dan puting susu
(TRIM.II)
4. Pemeriksaan payudara & puting susu
5. Makanan bergizi
6. Menjaga kesehatan

Usaha Pada Periode nifas dini


1. Ibu & bayi harus siap menyusui
2. Bayi segera disusukan setelah lahir (½ jam)
3. Rawat gabung
4. Teknik menyusui yang benar
5. Tidak memberi susu formula dan botol
6. Tidak memakai puting buatan
7. Susui dengan kedua payudara
8. Perawatan payudara
9. Ketenangan jiwa di jaga
10. Makanan bergizi lebih dari waktu hamil
11. Istirahat cukup
Persiapan Menyusui:
1) Penyuluhan keunggulan ASI, manfaat rawat
gabung dan perawatan bayi, gizi ibu
dukungan psikologis untuk ibu.
2) Hygiene payudara dan puting susu.
Kebersihan/ hygiene payudara juga harus
diprhatiakan, khususnya didaerah papila dan
aerola pada saat mandi sebaiknay papila dan
aerola tidak disabuni. Untuk menghindari
keadaan kering dan kaku akibat hilangnya
lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar
Montgomery. Aroela dan papila yang kering
akan memudahkan terjadinya lecet dan
infeksi.
3) Membersihkan puting susu dengan air atau
minyak, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
4) Puting susu ditarik setiap mandi, sehingga
menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
5) Bila puting susu belum menonjol dapat
menggunakan pompa susu.

Persiapan Psikologis 1) Memberikan dorongan kepada ibu bahwa ibu


mampu menyusui bayinya
2) Myakinkan ibu manfaat ASI
3) Membantu ibu mengatasi keraguannya
4) Mengikutseratakan suami dan anggota
keluarga lainnya
5) Memberi kesempatan ibu bertanya setiap ia
membutuhkan
Pemeriksaan Payudara 1) Inspeksi
a. Payudara: ukuran dan bentuk, kontur dan
permukaan, wrna kulit
b. Aroela: ukuran dan bentuk , permukaan,
warna
c. Puting susu: ukuran dan bentuk bermacam-
macam, permukaan tidak beraturan, warna
2) Palpasi
a. Konsistensi
b. Massa: diraba dengan seksama sampai daerah
ketiak
c. Puting susu: lentur / tidak

Prosedur Kerja Cara :


1. Cubit aroela disisi puting susu dengan ibu
jari dan telunjuk, bila dapat ditarik maka
kelenturannya baik
2. Tarik perlahan puting membentuk ‘dot’,
bila mudah ditarik berarti lentur, bila
puting masuk kedalam berarti terbenam.
1. Cuci tangan bersih dengan sabun
2. Pastikan privasi klien terjaga
3. Anjurkan klien untuk mengendong
bayinya kemudian duduk bersandar
dengan kaki tertopong (tidak
menggantung)
4. Anjurkan klien untuk membuka
payudaranya
5. Atur posisi bayi.
a) Bayi diletakkan menghadap ke ibu
dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi.
b) Lengan ibu padabelakang bahu bayi,
tidak pada dasar kepala, leher tidak
menengadah.
c) Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga
hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, sedangkan telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
d) Dekatkan badan bayi ke badan ibu
(menempel).
e) Bayi dipenggang dengan satu lengan.
f) Satu tangan bayi diletakkan
dibelakang ibu.
g) Perut bayi mnempel ke badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanyamembelokkan kepala
bayi).
h) Sebeelum menyusui keluarkan
sedikit ASI dan oleskan ke aroela dan
puting susu.
6. Pegang payudara kanan dengan payudara
kiri, dan sebaliknya. Ibu jari pada ibu
berada diatas puting. Sedangkan keempat
jari lain di bawah puting. Jangan menjepit
puting dengan jari telunjuk dan jari
tengah, karena posisi puting dalam mulut
bayi yang tidak benar mengakibatkan ASI
yang keluar tidak lancar
7. Beri rangsangan bayi untuk membuka
mulut, dengan cara menyentuhkan puting
susu pada pipi atau sudut mulut bayi.
8. Setelah mulut bayi terbuka lebar, cepat
masukan puting ke mulut bayi.
9. Usahakan areola dapat masuk kedalam
mulut bayi
10. Dagu bayi menempel payudara, hidung
dekat dengan payudara, tetapi lubang
hidung jangan sampai tertutup payudara.
11. Setelah bayi mengisap, payudara tidak
perlu dipengang atau disangga lagi.
12. Pertahankan kontak mata selama proses
menyusui.
13. Setelah selesai pada satu payudara,
lepaskan dengan menggunakan jari
kelingking ibu yang bersih, jari
dimasukan kedalam sudut mulut bayi,
jangan menarik puting untuk
melepaskannya.
14. Susukan bayi sesuai dengan
kebutuhannya( ‘’on demain’’) biasanya
kebtuhan terpenuhi dengan menyusui 2-3
jam sekali. Setiap menyusui ,lakukanlah
pada kedua payudara kanan dan kiri
secara bergantian, masing-masing sekitar
10 menit. Mulailah dengan payudara sisi
terkhir yang disusui sebelumnya.
15. Sendakawan bayi dengan cara:
a. Menyandarkan bayi kepundak ibu
lalu ditepuk ± tepuk punggungnya
pelan ± pelan.
b. Bayi ditengkurapkan dipangkuan
ibu sambil digosok ± gosok
punggungnya.
16. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI
lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan
kering oleh udara sebelum kembali
memakai BH. Langkah ini berguna untuk
mencegah lecet.

Anda mungkin juga menyukai