Anda di halaman 1dari 10

Artikel ini berisi uraian tentang sejarah model atom.

Untuk sejarah penelitian penggabungan


atom untuk membentuk molekul, lihat Sejarah teori molekul.

Model atom teoretis yang berlaku saat ini melibatkan inti padat dikelilingi oleh "awan"
elektron

Dalam kimia dan fisika, teori atom adalah teori ilmiah sifat alami materi, yang menyatakan
bahwa materi tersusun atas satuan diskret yang disebut atom. Ini dimulai dari konsep filosofis
pada masa Yunani kuno dan menjadi aliran ilmiah utama di awal abad ke-19, ketika diungkap
dalam bidang kimia. Ilmu kimia ini membuktikan bahwa materi memang berperilaku seperti
jika ia tersusun atas atom-atom.

Istilah atom berasal dari kata sifat Yunani Kuno atomos, yang berarti "tidak dapat dipecah".[1]
Kimiawan abad ke-19 mulai menggunakan istilah sehubungan dengan meningkatnya jumlah
unsur kimia yang tidak dapat diperkecil lagi. Meskipun tampaknya benar, sekitar pergantian
abad ke-20, melalui berbagai eksperimen dengan elektromagnetisme dan radioaktivitas,
fisikawan menemukan bahwa apa yang disebut "atom yang tidak dapat dipecah" sebenarnya
adalah gabungan berbagai partikel subatomik (terutama, elektron, proton dan neutron) yang
dapat ada secara terpisah dari satu sama lain. Bahkan, di lingkungan ekstrem tertentu, seperti
bintang neutron, suhu dan tekanan ekstrem sama sekali mencegah pembentukan atom.
Karena atom yang ditemukan dapat dibagi, fisikawan kemudian menciptakan istilah "partikel
elementer" untuk menggambarkan bagian yang "tak bisa dipotong", meskipun bisa
dihancurkan, dari sebuah atom. Bidang ilmu yang mempelajari partikel subatomik adalah
fisika partikel, dan di bidang ini para fisikawan berharap dapat menemukan sifat dasar sejati
suatu materi.

Daftar isi
 1 Sejarah
o 1.1 Filosofi atomisme
o 1.2 Dalton
o 1.3 Avogadro
o 1.4 Gerak Brown
o 1.5 Penemuan partikel subatomik
o 1.6 Penemuan inti atom
o 1.7 Tahap pertama menuju model atom fisika kuantum
o 1.8 Penemuan isotop
o 1.9 Penemuan partikel nuklir
o 1.10 Model atom fisika kuantum
 2 Lihat juga
 3 Referensi
 4 Daftar pustaka
 5 Pranala luar

Sejarah
Filosofi atomisme

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atomisme

Gagasan bahwa materi terdiri dari unit diskret adalah salah satu yang sangat tua, muncul
dalam banyak kebudayaan kuno seperti Yunani dan India. Namun, ide-ide ini lebih
berdasarkan penalaran filosofis dan teologis daripada bukti ilmiah dan eksperimen. Oleh
karena itu, mereka tidak bisa meyakinkan semua orang, jadi atomisme hanyalah salah satu
dari sejumlah teori yang bersaing pada sifat materi. Menjelang abad ke-19 ide tersebut
dipelajari dan disempurnakan oleh ilmuwan, sebagai zaman keemasan ilmu kimia yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dengan mudah dijelaskan menggunakan
konsep atom.

Dalton

Menjelang akhir abad ke-18, dua kaidah tentang reaksi kimia muncul tanpa mengacu pada
gagasan teori atom. Pertama adalah hukum kekekalan massa, yang dirumuskan oleh Antoine
Lavoisier pada tahun 1789, yang menyatakan bahwa total massa dalam reaksi kimia adalah
tetap (yaitu, reaktan memiliki massa yang sama dengan produk).[2] Kaidah kedua adalah
hukum perbandingan tetap. Kaidah ini pertama kali dibuktikan oleh kimiawan Perancis
Joseph Louis Proust pada tahun 1799.[3] Hukum ini menyatakan bahwa jika suatu senyawa
dipecah menjadi unsur penyusunnya, maka massa konstituen akan selalu memiliki
perbandingan yang sama, terlepas dari kuantitas atau sumber substansi aslinya.

John Dalton mempelajari dan mengembangkan hasil karya sebelumnya dan mengembangkan
hukum perbandingan berganda: jika dua unsur dapat digabungkan untuk membentuk
sejumlah senyawa yang mungkin, maka perbandingan massa unsur kedua yang bergabung
terhadap massa tetap unsur pertama adalah perbandingan bilangan bulat sederhana. Sebagai
contoh: Proust telah mempelajari oksida timah dan menemukan bahwa massa mereka adalah
88,1% timah dan 11,9% oksigen atau 78,7% timah dan 21,3% oksigen (masing-masing
adalah timah(II) oksida dan timah dioksida). Dalton mencatat dari persentase ini bahwa 100 g
timah akan bergabung baik dengan 13,5 g atau 27 g oksigen; 13,5 dan 27 membentuk rasio
1:2. Dalton menemukan bahwa teori atom suatu materi dapat menjelaskan pola umum dalam
kimia ini dengan indah. Sehubungan dengan timah oksida Proust, satu atom timah akan
bergabung dengan satu atau dua atom oksigen.[4]
Berbagai atom dan molekul seperti yang digambarkan dalam A New System of Chemical
Philosophy (1808) karya John Dalton.

Dalton juga percaya teori atom dapat menjelaskan mengapa air menyerap gas yang berbeda
dalam proporsi yang berbeda - misalnya, ia menemukan bahwa air jauh lebih baik menyerap
karbon dioksida daripada menyerap nitrogen.[5] Hipotesis Dalton adalah karena perbedaan
dalam massa dan kompleksitas partikel masing-masing gas. Memang, molekul karbon
dioksida (CO2) lebih berat dan lebih besar daripada molekul nitrogen (N2).

Dalton mengajukan teori bahwa setiap unsur kimia terdiri dari atom tunggal, dengan jenis
yang unik, dan meskipun mereka tidak dapat diubah atau dihancurkan dengan cara kimia,
mereka dapat bergabung untuk membentuk struktur yang lebih kompleks (senyawa kimia).
Ini dianggap sebagai teori atom pertama yang benar-benar ilmiah, karena Dalton menarik
kesimpulan berdasarkan eksperimen dan pemeriksaan hasil penelusuran empiris.

Pada tahun 1803 Dalton secara lisan menyajikan daftar berat atom relatif pertamanya untuk
sejumlah zat. Makalah ini diterbitkan pada tahun 1805, tetapi ia tidak membahas dengan pasti
cara ia memperoleh angka-angka ini.[5] Metode ini pertama kali terungkap pada tahun 1807
oleh koleganya, Thomas Thomson, dalam buku teks Thomson edisi ketiga, Sistem Kimia (A
System of Chemistry). Akhirnya, Dalton menerbitkan laporan lengkap dalam buku teksnya
sendiri, Sistem Baru Filsafat Kimia (A New System of Chemical Philosophy), pada tahun
1808 dan 1810.

Dalton memperkirakan berat atom menurut rasio massa di mana mereka digabungkan,
dengan atom hidrogen diambil sebagai kesatuan. Namun, Dalton tidak memikirkan bahwa
terdapat beberapa unsur atom berada dalam bentuk molekul—misalnya oksigen murni
terdapat sebagai O2. Dia juga salah kaprah bahwa senyawa paling sederhana antara dua unsur
selalu hanya terdiri dari masing-masing satu atom (jadi dia berpendapat air adalah HO, bukan
H2O).[6] Hasil ini merupakan suatu kecatatan, di samping peralatannya yang belum
mendukung. Misalnya, pada tahun 1803 ia yakin bahwa atom oksigen 5,5 kali lebih berat
daripada atom hidrogen, karena dalam air ia mengukur 5,5 gram oksigen untuk setiap 1 gram
hidrogen dan meyakini rumus untuk air adalah HO. Dengan mengadopsi data yang lebih
baik, pada tahun 1806 ia menyimpulkan bahwa berat atom oksigen yang sebenarnya adalah 7
bukannya 5,5, dan dia mempertahankan berat ini selama sisa hidupnya. Ilmuwah lain pada
masa itu sudah menyimpulkan bahwa berat atom oksigen seharusnya 8 relatif terhadap
hidrogen yang sama dengan 1, jika diasumsikan rumus Dalton untuk molekul air adalah HO,
atau 16 jika diasumsikan menggunakan rumus air modern H2O.[7]

Avogadro
Cacat dalam teori Dalton diperbaiki secara mendasar pada tahun 1811 oleh Amedeo
Avogadro. Avogadro telah mengusulkan bahwa volume yang sama dari dua gas, pada
temperatur dan tekanan yang sama, mengandung jumlah molekul yang sama (dengan kata
lain, massa partikel gas tidak mempengaruhi volume yang menempati).[8] Hukum Avogadro
memungkinkannya untuk menyimpulkan sifat diatomik dari berbagai gas dengan
mempelajari volume di mana mereka bereaksi. Misalnya: karena dua liter hidrogen akan
bereaksi dengan hanya satu liter oksigen untuk menghasilkan dua liter uap air (pada tekanan
dan temperatur konstan), maka itu berarti molekul oksigen tunggal terbagi menjadi dua untuk
membentuk dua partikel air. Dengan demikian, Avogadro mampu menawarkan perkiraan
yang lebih akurat dari massa atom oksigen dan berbagai elemen lainnya, serta membuat
pembeda yang jelas antara molekul dan atom.

Gerak Brown

Pada 1827, ahli botani Inggris Robert Brown mengamati bahwa partikel debu di dalam
serbuk sari yang mengambang di air terus bergoyang-goyang tanpa alasan yang jelas. Pada
tahun 1905, Albert Einstein berteori bahwa gerak Brown ini disebabkan oleh molekul air
terus menerus mengetuk butiran-butiran, dan mengembangkan model matematika hipotetis
untuk menggambarkan hal itu.[9] Model ini divalidasi secara eksperimental pada tahun 1908
oleh fisikawan Perancis Jean Perrin, sehingga memberikan validasi tambahan untuk teori
partikel (dan dengan perluasan teori atom).

Penemuan partikel subatomik

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Elektron dan Model puding prem

Sinar katoda (biru) yang dipancarkan dari katoda, dipertajam menjadi sorot dengan
menggunakan celah, kemudian dibelokkan ketika melewati antara dua lempeng listrik.

Atom dianggap sebagai bagian terkecil dari materi sampai 1897 ketika J.J. Thomson
menemukan elektron melalui karyanya pada sinar katoda.[10]

Sebuah tabung Crookes adalah wadah kaca tertutup di mana dua elektrode dipisahkan oleh
ruang hampa. Sinar katoda dihasilkan ketika tegangan diterapkan di seluruh elektroda,
menciptakan partikel bersinar yang menyerang kaca di ujung tabung yang berlawanan.
Melalui eksperimen, Thomson menemukan bahwa sinar dapat dibelokkan oleh medan listrik
(selain medan magnet, yang sudah dikenal). Dia menyimpulkan bahwa sinar ini, bukannya
bentuk cahaya, melainkan sesuatu yang terdiri dari partikel bermuatan negatif yang sangat
ringan yang ia sebut "corpuscles" (kelak diganti namanya menjadi elektron oleh ilmuwan
lain). Ia mengukur rasio massa terhadap muatan dan menemukan itu 1800 kali lebih kecil
daripada hidrogen, atom terkecil. Corpuscles ini tidak seperti partikel lain yang telah dikenal
sebelumnya.

Thomson menyatakan bahwa atom dapat dibagi, dan bahwa corpuscles adalah balok-balok
bangunannya.[11] Untuk menjelaskan muatan netral keseluruhan atom, ia mengajukan teori
bahwa corpuscles didistribusikan dalam lautan muatan positif yang seragam; ini adalah
model puding prem[12] karena elektron tertanam dalam muatan positif seperti prem dalam
puding prem (meskipun dalam model Thomson mereka tidak dalam kondisi stasioner).

Penemuan inti atom

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model Rutherford

Percobaan Geiger-Marsden
Kiri: Hasil yang diharapkan: partikel alfa melewati atom model puding prem dengan
mengabaikan pembelokan.
Kanan: Hasil yang teramati: sebagian kecil dari partikel dibelokkan oleh konsentrasi muatan
pada inti atom.

Pada tahun 1909, model puding prem Thomson dibantah oleh salah seorang mantan
mahasiswanya, Ernest Rutherford, yang menemukan bahwa sebagian besar massa dan
muatan positif atom terkonsentrasi di sebagian kecil dari volume, yang diasumsikan berada di
pusat atom.

Dalam percobaan Geiger–Marsden, Hans Geiger dan Ernest Marsden (rekan dari Rutherford
yang bekerja mewakilinya) menembakkan partikel alfa pada lembaran tipis logam dan diukur
defleksi mereka menggunakan layar fluoresen.[13] Mengingat massa elektron yang sangat
kecil, momentum tinggi partikel alfa, dan rendahnya konsentrasi muatan positif pada model
puding prem, sang peneliti mengharapkan semua partikel alfa dapat melewati kertas logam
tanpa pembelokan yang bermakna. Ternyata mereka menemukan hal yang mencengangkan.
Sebagian kecil dari partikel alfa mengalami pembelokan tajam. Rutherford menyimpulkan
bahwa muatan positif di dalam atom harus terkonsentrasi dalam volume yang sangat kecil
agar dapat menghasilkan medan listrik yang cukup kuat untuk membelokkan partikel alfa
dengan sebegitu kuat.

Hal ini menyebabkan Rutherford mengajukan teori model planet di mana awan elektron
mengelilingi inti kecil dan kompak yang bermuatan positif. Hanya konsentrasi muatan
semacam itulah yang bisa menghasilkan medan listrik cukup kuat untuk menyebabkan
pembelokan tajam.[14]

Tahap pertama menuju model atom fisika kuantum

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model atom Bohr

Model atom planet memiliki dua kekurangan yang signifikan. Pertama adalah bahwa, tidak
seperti planet mengorbit matahari, elektron adalah partikel bermuatan. Muatan listrik yang
dipercepat diketahui memancarkan gelombang elektromagnetik menurut rumus Larmor
dalam elektromagnetisme klasik. Muatan yang mengorbit, logikanya akan terus kehilangan
energi dan bergerak spiral menuju inti, bertabrakan dengan inti dalam hitungan detik.
Masalah kedua adalah bahwa model planet tidak bisa menjelaskan emisi puncak dan
penyerapan spektrum atom yang diamati.

Model atom Bohr

Teori kuantum merevolusi fisika di awal abad ke-20, ketika Max Planck dan Albert Einstein
mendalilkan bahwa energi cahaya dipancarkan atau diserap dalam jumlah diskret yang
diketahui sebagai kuanta (tunggal, kuantum). Pada tahun 1913, Niels Bohr memasukkan ide
ini ke dalam model atom Bohr, di mana sebuah elektron hanya bisa mengorbit inti dalam
orbit lingkaran tertentu dengan momentum sudut dan energi tetap, jarak dari inti (yaitu, jari-
jari atom) sebanding dengan energinya.[15] Dengan model ini elektron tidak bisa bergerak
spiral ke dalam inti karena tidak kehilangan energi secara terus menerus; sebaliknya, hal itu
hanya bisa membuat "lompatan kuantum" seketika antar tingkat energi yang ditetapkan.[15]
Ketika ini terjadi, cahaya dipancarkan atau diserap pada frekuensi yang sebanding dengan
perubahan energi (maka penyerapan dan emisi cahaya merupakan spektrum diskrit).[15]

Model Bohr tidak sempurna. Ini hanya bisa memprediksi garis spektrum hidrogen; dan tidak
bisa memprediksi atom multielektron. Lebih buruk lagi, tatkala teknologi spektrografik
ditingkatkan, teramati garis spektrum tambahan dalam hidrogen, yang tidak dapat dijelaskan
menggunakan model Bohr. Pada tahun 1916, Arnold Sommerfeld menambahkan orbit elips
dengan model Bohr untuk menjelaskan garis emisi tambahan tersebut, tetapi ini membuat
model menjadi sangat sulit untuk digunakan, dan masih tidak dapat menjelaskan atom yang
lebih kompleks.

Penemuan isotop

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Isotop

Saat bereksperimen dengan produk peluruhan radioaktif, pada tahun 1913 radiokimiawan
Frederick Soddy menemukan bahwa tampaknya ada lebih dari satu unsur pada setiap posisi
dalam tabel periodik.[16] Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama
yang cocok untuk unsur ini .

Pada tahun yang sama, J.J. Thomson melakukan percobaan di mana ia menyalurkan aliran
ion neon melalui medan magnet dan listrik, kemudian menghantam piring fotografi di ujung
lain. Dia mengamati dua partikel bercahaya di piring, yang menunjukkan dua lintasan
defleksi yang berbeda. Thomson menyimpulkan ini karena beberapa ion neon memiliki
massa yang berbeda.[17] Sifat massa yang berbeda ini kelak dijelaskan oleh penemuan neutron
pada tahun 1932.

Penemuan partikel nuklir

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Inti atom

Pada tahun 1917 Rutherford membombardir gas nitrogen dengan partikel alfa dan mengamati
inti hidrogen yang dipancarkan dari gas (Rutherford menyadari hal ini, karena ia sebelumnya
telah memperolehnya melalui bombardir hidrogen dengan partikel alfa, dan mengamati inti
hidrogen di dalam produk). Rutherford menyimpulkan bahwa inti hidrogen muncul dari inti
atom nitrogen sendiri (artinya, ia telah memecah nitrogen).[18]

Dari karyanya sendiri dan karya murid-muridnya Bohr dan Henry Moseley, Rutherford
mengetahui bahwa muatan positif dari setiap atom selalu bisa disamakan dengan jumlah inti
hidrogen. Ini, digabung dengan massa atom dari banyak unsur yang kira-kira setara dengan
jumlah dari atom hidrogen - yang kemudian diasumsikan partikel paling ringan -
membuatnya menyimpulkan bahwa inti hidrogen adalah partikel tunggal dan konstituen dasar
dari semua inti atom. Dia menamakan partikel tersebut sebagai proton. Eksperimen lanjutan
yang dilakukan oleh Rutherford menemukan bahwa massa nuklir kebanyakan atom melebihi
jumlah proton yang dimilikinya; ia berspekulasi bahwa kelebihan massa ini terdiri dari
partikel bermuatan netral yang hingga saat itu belum diketahui. Julukan sementara untuk
partikel ini pada saat itu adalah "neutron".

Pada tahun 1928, Walter Bothe mengamati bahwa berilium memancarkan radiasi elektrik
netral berdaya tembus besar ketika dibombardir dengan partikel alfa. Terungkap pula di
kemudian hari bahwa radiasi ini dapat mengusir atom hidrogen dari paraffin wax. Awalnya
itu disangka sebagai radiasi gamma berenergi tinggi, karena radiasi gamma memberi efek
serupa pada elektron di dalam logam. Akan tetapi, James Chadwick menemukan bahwa
dampak ionisasi yang ditimbulkan terlalu kuat untuk suatu radiasi elektromagnetik, sepanjang
energi dan momentumnya konstan dalam interaksi tersebut. Pada tahun 1932, Chadwick
memapar berbagai unsur, seperti hidrogen dan nitrogen, dengan "radiasi berilium".
Berdasarkan pengukuran energi partikel bermuatan, ia menyimpulkan bahwa radiasi sejatinya
terbentuk dari parikel netral yang bermassa mirip dengan proton (sementara sinar gamma
adalah partikel nirmassa bermuatan netral). Chadwick menegaskan partikel ini sebagai
neutron Rutherford.[19] Pada tahun 1935 Chadwick menerima Anugerah Nobel atas karyanya
mengungkap keberadaan neutron.

Model atom fisika kuantum

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orbital atom

Lima orbital atom neon yang terisi penuh, dipisahkan dan ditata sesuai urutan kenaikan
energi dari kiri ke kanan, dengan tiga orbital terakhir memiliki tingkat energi yang sama.
Masing-masing orbital berisi dua elektron, yang kemungkinan berada dalam zona-zona yang
disajikan dalam bentuk gelembung berwarna. Masing-masing elektron terdapat dalam kedua
zona orbital secara seimbang, terlihat di sini bahwa warna hanya untuk menyoroti fasa
gelombang yang berbeda.

Pada tahun 1924, Louis de Broglie mengajukan teori bahwa semua partikel bergerak—
terutama partikel subatomik seperti elektron—menunjukkan perilaku mirip gelombang.
Erwin Schrödinger, yang terkesan dengan ide ini, menggali lebih jauh kebenaran bahwa
gerak elektron dalam atom dapat dijelaskan lebih baik sebagai gelombang daripada sebagai
partikel. Persamaan Schrödinger, dipublikasikan tahun 1926,[20] menjelaskan elektron sebagai
fungsi gelombang dan bukan sebagai partikel. Pendekatan ini dengan elegan memprediksi
banyak fenomena spektrum yang gagal dijelaskan oleh model Bohr. Meskipun konsep ini
mudah secara matematis, namun sulit divisualisasikan, dan menghadapi penentangan.[21]
Salah satu kritik, Max Born, mengusulkan sebaliknya bahwa fungsi gelombang Schrödinger
menjelaskan tidak hanya elektron saja melainkan semua kondisi yang mungkin terjadi, dan
dengan demikian dapat digunakan untuk menghitung probabilitas menemukan elektron pada
setiap lokasi tertentu di sekitar inti.[22] Ini merekonsiliasi dua teori yang bertentangan elektron
sebagai partikel vs gelombang sekaligus melahirkan ide dualisme gelombang-partikel. Teori
ini menyatakan bahwa elektron memiliki sifat seperti gelombang sekaligus partikel.
Contohnya, ia dapat dihamburkan seperti gelombang, dan memiliki massa seperti partikel.[23]

Konsekuensi penjabaran elektron sebagai bentuk gelombang adalah bahwa tidak


memungkinkan secara matematis untuk menurunkan secara simultan posisi dan momentum
suatu elektron. Ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg setelah ahli
fisika teori Werner Heisenberg menjelaskan dan mempublikasikannya pertama kali tahun
1927.[24] Ini membuat model Bohr menjadi tidak valid lagi. Model atom modern menjelaskan
posisi elektron dalam atom sebagai suatu probabilitas. Sebuah elektron dapat ditemukan pada
jarak berapapun dari inti atom, tetapi, tergantung tingkat energinya, berada lebih sering pada
region tertentu daripada region lainnya. Pola ini yang dirujuk sebagai orbital atom. Orbital
berada dalam bentuk yang bervariasi sferis, barbel, torus, dsb. dengan inti atom berada di
tengah.[25]

Lihat juga
Portal Kimia

 Sejarah molekul
 Penemuan unsur-unsur kimia
 Pengantar mekanika kuantum
 Teori kinetika gas
 Atomisme
 Prinsip Fisika Teori Kuantum

Referensi
1. ^ Berryman, Sylvia, Edward N. Zalta, ed., "Ancient Atomism", The Stanford
Encyclopedia of Philosophy (edisi ke-Fall 2008)
2. ^ Weisstein, Eric W. "Lavoisier, Antoine (1743-1794)". scienceworld.wolfram.com.
Diakses tanggal 2009-08-01.
3. ^ Proust, Joseph Louis. "Researches on Copper", excerpted from Ann. chim. 32, 26-
54 (1799) [as translated and reproduced in Henry M. Leicester and Herbert S.
Klickstein, A Source Book in Chemistry, 1400–1900 (Cambridge, Massachusetts:
Harvard, 1952)]. Retrieved on August 29, 2007.
4. ^ Andrew G. van Melsen (1952). From Atomos to Atom. Mineola, N.Y.: Dover
Publications. ISBN 0-486-49584-1.
5. ^ a b Dalton, John. "On the Absorption of Gases by Water and Other Liquids", in
Memoirs of the Literary and Philosophical Society of Manchester. 1803. Retrieved on
August 29, 2007.
6. ^ Johnson, Chris. "Avogadro - his contribution to chemistry". Diarsipkan dari versi
asli tanggal 27 June 2009. Diakses tanggal 2009-08-01.
7. ^ Alan J. Rocke (1984). Chemical Atomism in the Nineteenth Century. Columbus:
Ohio State University Press.
8. ^ Avogadro, Amedeo (1811). "Essay on a Manner of Determining the Relative
Masses of the Elementary Molecules of Bodies, and the Proportions in Which They
Enter into These Compounds". Journal de Physique 73: 58–76.
9. ^ Einstein, A. (1905). "Über die von der molekularkinetischen Theorie der Wärme
geforderte Bewegung von in ruhenden Flüssigkeiten suspendierten Teilchen".
Annalen der Physik 322 (8): 549. Bibcode:1905AnP...322..549E.
doi:10.1002/andp.19053220806.
10. ^ Thomson, J.J. (1897). "Cathode rays" ([facsimile from Stephen Wright, Classical Scientific
Papers, Physics (Mills and Boon, 1964)]). Philosophical Magazine 44 (269): 293.
doi:10.1080

10. /14786449708621070.
11. ^ Whittaker, E. T. (1951), A history of the theories of aether and electricity. Vol 1,
Nelson, London
12. ^ Thomson, J.J. (1904). "On the Structure of the Atom: an Investigation of the
Stability and Periods of Oscillation of a number of Corpuscles arranged at equal
intervals around the Circumference of a Circle; with Application of the Results to the
Theory of Atomic Structure". Philosophical Magazine 7 (39): 237.
doi:10.1080/14786440409463107.
13. ^ Geiger, H (1910). "The Scattering of the α-Particles by Matter". Proceedings of the
Royal Society A 83: 492–504.
14. ^ Rutherford, Ernest (1911). "The Scattering of α and β Particles by Matter and the
Structure of the Atom" (PDF). Philosophical Magazine 21 (4): 669.
Bibcode:2012PMag...92..379R. doi:10.1080/14786435.2011.617037.
15. ^ a b c Bohr, Niels (1913). "On the constitution of atoms and molecules" (PDF).
Philosophical Magazine 26 (153): 476–502. doi:10.1080/14786441308634993.
16. ^ "Frederick Soddy, The Nobel Prize in Chemistry 1921". Nobel Foundation. Diakses
tanggal 2008-01-18.
17. ^ Thomson, J.J. (1913). "Rays of positive electricity". Proceedings of the Royal
Society A 89 (607): 1–20. Bibcode:1913RSPSA..89....1T.
doi:10.1098/rspa.1913.0057. [as excerpted in Henry A. Boorse & Lloyd Motz, The
World of the Atom, Vol. 1 (New York: Basic Books, 1966)]. Retrieved on August 29,
2007.
18. ^ Rutherford, Ernest (1919). "Collisions of alpha Particles with Light Atoms. IV. An
Anomalous Effect in Nitrogen". Philosophical Magazine 37 (222): 581.
doi:10.1080/14786440608635919.
19. ^ Chadwick, James (1932). "Possible Existence of a Neutron" (PDF). Nature 129
(3252): 312. Bibcode:1932Natur.129Q.312C. doi:10.1038/129312a0.
20. ^ Schrödinger, Erwin (1926). "Quantisation as an Eigenvalue Problem". Annalen der
Physik 81 (18): 109–139. Bibcode:1926AnP...386..109S.
doi:10.1002/andp.19263861802.
21. ^ Mahanti, Subodh. "Erwin Schrödinger: The Founder of Quantum Wave
Mechanics". Diakses tanggal 2009-08-01.
22. ^ Mahanti, Subodh. "Max Born: Founder of Lattice Dynamics". Diakses tanggal
2009-08-01.
23. ^ Greiner, Walter. "Quantum Mechanics: An Introduction". Diakses tanggal 2010-06-
14.
24. ^ Heisenberg, W. (1927). "Über den anschaulichen Inhalt der quantentheoretischen
Kinematik und Mechanik". Zeitschrift für Physik (dalam bahasa Jerman) 43 (3–4):
172–198. Bibcode:1927ZPhy...43..172H. doi:10.1007/BF01397280.
25. ^ Milton Orchin, Roger Macomber, Allan Pinhas, R. Wilson. "The Vocabulary and
Concepts of Organic Chemistry, Second Edition," (PDF). Diakses tanggal 2010-06-14.

Daftar pustaka
 Bernard Pullman (1998) The Atom in the History of Human Thought, trans. by Axel
Reisinger. Oxford Univ. Press.
 Eric Scerri (2007) The Periodic Table, Its Story and Its Significance, Oxford
University Press, New York.
 Charles Adolphe Wurtz (1881) The Atomic Theory, D. Appleton and Company, New
York.

Pranala luar

Anda mungkin juga menyukai