Anda di halaman 1dari 5

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KELAPA SAWIT


Tanaman kelapa sawit adalah tanaman perkebunan / industri berupa pohon
batang lurus dari famili Palmae. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit
diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan
bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Kelapa sawit
(Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di
Indonesia dan Malaysia. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun
1984 hanya sebanyak empat batang yang berasal dari Bourbon (Mauritus) dan
Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya
Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Risza,S. l 994).
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 24-
30 bulan. Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14 tahun
dan akan menurun kembali setelah berumur 15-25 tahun (Nasution, 2010). Tinggi
kelapa sawit dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya dalam bentuk tandan
dan bercabang banyak. Buah kelapa sawit kecil dan daging buah padat. Daging
dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyak inilah yang dimanfaatkan
sebagai bahan minyak goreng, sabun, lilin dan lain-lain. Ampasnya dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan makanan ayam serta cangkangnya dapat
dibuat sebagai bahan bakar dan arang. Dalam penentuan matangnya buah kelapa
sawit dapat dilihat dari perubahan warna pada kulit buahnya, diawali dari warna
hijau pada buah muda dan menjadi merah jingga saat buah telah masak. Pada saat
itu, kandungan minyak pada daging telah optimum. Jika terlalu matang, buah
kelapa sawit akan lepas dari tandanya yang disebut buah berondolan (Amri, 2015).
Jika buah pada keadaan lewat matang maka akan meningkatkan asam lemak bebas
atau free fatty acid (ALB atau FFA) yang akan merugikan sebab sebagian
kandungan minyak pada buah akan berubah menjadi ALB (Nasution, 2010).
3.2 MINYAK KELAPA SAWIT / CRUDE PALM OIL
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang
dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping
adalah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet) (Ketaren,2005).
Crude Palm Oil (CPO) atau dikenal dengan Minyak Mentah Kelapa Sawit adalah
minyak makan nabati yang diperoleh dari hasil ekstraksi daging buah (Mesocarp)
buah kelapa sawit (Elaeis guineensis) berwarna kuning jingga kemerah-merahan
dan mengandung asam lemak bebas (FFA) 5% dan mengandung banyak karoten
atau pro vitamin E (800-900 ppm). Saat ini CPO diproduksi melalui proses
pengolahan di beberapa Pabrik Kelapa Sawit (PKS). CPO juga merupakan produk
utama dalam pengolahan minyak sawit disamping minyak inti sawit. Dalam
proses selanjutnya CPO diolah melalui tahap pemucatan untuk menurunkan kadar
β karoten agar warnanya kelihatan lebih menarik.
Dalam CPO terdapat beberapa kandungan seperti olein (73,5%), stearin
(21%), FFA (5%), dan buangan lainnya (0,5%). Untuk memperoleh minyak sawit
dengan standar serta mutu yang baik, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu produksi, terutama FFA dalam minyak kelapa sawit. FFA
adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi, FFA dalam
konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak kelapa sawit dapat menyebabkan
kerugian (Yunita, 2009).
Tabel 3.1: Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Kelapa Sawit
Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit
Asam Lemak
(persen) (persen)
Asam kaprilat - 3-4
Asam Kaproat - 3-7
Asam laurat - 46-52
Asam miristat 1,1-2,5 14-17
Asam palmitat 40-46 6,5-9
Asam stearat 3,6-4,7 1-2,5
Asam oleat 39-45 13-19
Asam linoleat 7-11 0,5-2
(Julianus, 2008)
3.3 SIFAT FISIKA DAN KIMIA MINYAK KELAPA SAWIT
Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih ( boiling point ), titik pelunakan,
slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan
( turbidity point ), titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisika-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.2 : Nilai Sifat Fisika - Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 - 0,913
Indeks bias D 40 “C 1,4565 - 1,4585 1,495 - 1,415
Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20
Bilangan Penyabunan 196 – 205 244 – 254
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna
jingga atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.
Bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone
(Dimyati, 2015).

3.4 BAHAN PENOLONG


3.4.1 ASAM FOSFAT (H3PO4)
Asam Fosfat dikenal sebagai asam ortofosfat, yang merupakan mineral
(anorganik) asam dengan rumus kimia H3PO4..
Reaksi pembuatan asam fosfat adalah sebagai berikut :
Ca3(PO4)2 + 3 H2SO4 +6H2O  2H3PO4 + 3(CaSO4.2H2O)
Sifat-sifat asam fosfat adalah sebagai berikut : bersifat tidak stabil,
0
kristalnya berbentuk ortorombik, titik leburnya 42,35 C, berbentuk cairan sirup,
mudah membeku. Asam yang mengandung 88% asam fosfat akan membentuk
0
kristal dan dengan pendinginan akan bersifat hemihidrat dengan titik didih 29,32
0 0
C. Pada suhu 150 C, akan bersifat anhidrat, lalu pada suhu 200 C berubah
0
menjadi asam piroposfat dan dengan pemanasan di atas 300 C berubah menjadi
asam metafosfat (Lubis, 2012).
Dalam pengolahan industri CPO sendiri, asam fosfat digunakan sebagai
bahan untuk menghilangkan kandungan fosfatida, kandungan logam, dan kotoran
lainnya dalam proses degumming. Jumlah dosis asam fosfat yang digunakan
diatur sesuai kebutuhan produksi. Pada saat degumming asam fosfat dapat
mengalami tiga kali disosiasi sebagai berikut :

H3PO4(s) + H2O  H3O+(aq) + H2PO4- (aq)

H2PO4-(aq) + H2O  H3O+(aq) + HPO42-(aq)

HPO42-(aq) + H2O (l) H3O+(aq) + PO43-(aq)

Ion fosfat (PO43-) mengelilingi logam-logam berfungsi positif (Ca, Mg,Fe,


Cu) pada permukaan partikel koloid, sehingga akan terjadi netralisasi, sehingga
partikel-pertikel saling bersinggungan, melekat, dan tumbuh menjadi besar lalu
mengendap kemudian gum yang mengendap dipisahkan (Lubis, 2012).

3.4.2 BLEACHING EARTH


Bleaching Earth (BE) merupakan sejenis tanah yang digunakan untuk
mengadsorpsi zat-zat yang tidak diinginkan dalam larutan. BE dapat berupa
sejenis tanah liat/lempung yang bertindak sebagai adsorben. Jenis-Jenis BE antara
lain yaitu :
a. Simnit
Simnit merupakan nama dagang untuk sejenis tanah lempung yaitu kaolin.
Kaolin adalah mineral lempung berwarna putih, bersusunan kimia
Al2O32SiO22H2O (hidrous aluminium silikat) yang merupakan hasil ubahan atau
pelapukan dari felspar atau mika. Kaolin memiliki nilai ekonomi cukup besar
sebagai bahan keramik, pemutih dan pengisi kertas.
b. Karbon Aktif
Karbon (arang) merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk
menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini dipakai di pabrik untuk menghilangkan
zat warna dalam larutan. Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga
memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna.
c. Bentonit
Bentonit merupakan nama perdagangan untuk sejenis lempung yang
mengandung mineral monmorilonite (pembangun struktur bentonit). Lempung ini
merupakan batuan silika yang berasal dari kerangka organisme aquatik
mikroskopik. Sisa kerangka ini pertamatama membentuk lumpur yang kemudian
termampatkan. Rumus kimia bentonite adalah (MgCa)Oal2 O3 5SiO 8H2O.
Secara umum BE dapat berfungsi sebagai bahan penyerap, asam berbentuk
padat, katalis, dan penukar kation (Nasution, 2003). Dalam pengolahan CPO, BE
digunakan dalam proses bleaching di Bleacher Tank, yang berfungsi mengangkat
kotoran-kotoran, zat-zat warna, serta sisa asam fosfat yang bercampur gum pada
proses sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai