Khutbah Pertama:
ِ َ سيِأ
ت ُ إِ هن ْال َح ْمدَ هَّللِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ بِا هَّللِ ِم ْن
َ ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا و ِم ْن
ُِي لَه ْ ُض ُّل لَهُ َو َم ْن ي
َ ض ِل ْل فَ َل هَاد أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه ه
ِ َّللاُ فَالَ ُم
س ْولُهٌ الَ َن ِب ه
ُي َب ْعدُه َ َّللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ هن ُم َح همدًا
ُ ع ْبدُهُ َو َر أ َ ْش َهد ٌ أ َ ْن الَ اِلَهَ اِاله ه
Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang selalu berhasil
meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan kesuksesan, esok lusa bias jadi
menangis meratapi kegagalan. Saat ini bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik
ini bangga dengan apa yang dimilikinya, detik berikutnya sedih karena
Cerita tidak selalu sama, episode terus berubah. Berganti dari satu situasi
kepada situasi yang lain. Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang diatas, kadang
dibawah. Kadang maju, kadang mundur. Itulah kehidupan. Namun satu hal yang
seharusnya tidak pernah berubah pada kita: yakni hati yang selalu tenang dan tetap
teguh dalam kebenaran.
Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adlah senjata orang-orang yang shaleh
dari sejak dahulu dalam menhadapi kondisi sulit yang mereka temui dalam
kehidupan mereka.
Allah berfirman:
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam
kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam Al-
Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:
كتاب هللا ه
،عز وج هل َ َتبارك وتعالى َيتْلُون
َ ِ َما اجتم َع قَوم في بيت من بُيُو
ت هللا
، و َحفهتْهم المالئكة،ُغ ِش َيتْهم الرحمة
َ َو،ُ إِال نزلت عليهم السكينة،سونَهُ بينهم َ َو َيتَد
ُ ار
وذكرهم هللا فيمن عنده
2. Membaca al Qur`an.
ِ ت بِ ْالقُ ْر
آن تِ ْل َك ال ه
ْ َس ِكينَةُ تَن هَزل
Artinya: “Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari:
4839, Muslim: 795)
3. Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Al Ra’du: 28)
ْ س َولَ ْم َي
ط َمئِ هن ُ اإلثْ ُم َما لَ ْم ت َ ْس ُك ْن ِإلَ ْي ِه النه ْف ُ اط َمأ َ هن ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْل
ِ ب َو ْ س َو
ُ َت ِإلَ ْي ِه النه ْف َ ْال ِب ُّر َما
ْ س َكن
َاك ْال ُم ْفت ُون ُ ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْل
َ َ ب َو ِإ ْن أ َ ْفت
Artinya: “Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram
kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa
tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan
untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh
al Jâmi no: 2881)
Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera
kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan ketenangan
kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk
mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang.
Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa
teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka
bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada
yang berseru kepada kita dengan seruan ini:
Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb:
)90-91
صا ِل ِحينَ
ي ال ه َّللا َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإاله ه
َّللاُ َو ِل ُّ سو ِل ه عللَى َر ُ سالَ ًما َ صالَة ً َو َ
َّللا َ أ هِن ْال َح ْمدَ ِ ه ِ
سلِينَ (أَ هما َب ْعد ُ) َفيَا ِعبَادَهللاِ.اء َو ْال ُم ْر َ
َوأ َ ْش َهد ُ أ َ هن ُم َح همدًا خَا ت َ ُم األ َ ْن ِبيَ ِ
ِإتهقُ ْوهللا َ َح هق تُقَا ِت ِه َوالَت َ ُم ْوت ُ هن اِاله َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْونَ ٰ.