Anda di halaman 1dari 8

Materi khutbah tentang Ketenangan Hati

Khutbah Pertama:

‫ااسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫ار ِحي ِْم‬


‫ار ْح َم ِن ه‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللا ه‬

ِ َ ‫سيِأ‬
‫ت‬ ُ ‫إِ هن ْال َح ْمدَ هَّللِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ بِا هَّللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا و ِم ْن‬
ُ‫ِي لَه‬ ْ ُ‫ض ُّل لَهُ َو َم ْن ي‬
َ ‫ض ِل ْل فَ َل هَاد‬ ‫أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه ه‬
ِ ‫َّللاُ فَالَ ُم‬

‫س ْولُهٌ الَ َن ِب ه‬
ُ‫ي َب ْعدُه‬ َ ‫َّللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ هن ُم َح همدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬ ‫أ َ ْش َهد ٌ أ َ ْن الَ اِلَهَ اِاله ه‬

ِ ‫سا ِن ِإلَى َي ْو ِم‬


. َ‫الديْن‬ ْ َ ‫علَى آ ِل ِه َوأ‬
َ ‫ص َها ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإ ِ ْح‬ َ ‫علَى ُم َح هم ٍد َو‬
َ ‫سل ْم‬ َ ‫اَلل ُه هم‬
َ ‫ص ِل َو‬
ُ‫أ َ هماب ْعد‬

َ‫َّللا فَازَ ْالمتهقُ ْون‬


‫هاي بِت َ ْق َوى ه‬ ِ ُ ‫َّللا أ‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬ ِ ‫فَيَا ِعبَادَ ه‬

Hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah.

Roda kehidupan terus menggelinding, banyak cerita yang dilewati, banyak


episode-episode yang telah dilalui pada setiap putaraannya. Ada sedih, ada duka.
Ada kesempitan, ada kelapangan. Ada kesulitan, dan ada kemudahaan. Tidak ada
manusia yang tidak melewatinya. Hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu
sama. Maka, situasi apapun yang tengah kita jalani saat ini, tenangkanlah hatimu.

Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang selalu berhasil
meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan kesuksesan, esok lusa bias jadi
menangis meratapi kegagalan. Saat ini bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik
ini bangga dengan apa yang dimilikinya, detik berikutnya sedih karena

20 Iqbal Tawakkal: 3218020


kehilangannya. Maka, episode apa pun yang sedang kita lalui pada detik ini,
tenangkanlah hatimu.

Cerita tidak selalu sama, episode terus berubah. Berganti dari satu situasi
kepada situasi yang lain. Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang diatas, kadang
dibawah. Kadang maju, kadang mundur. Itulah kehidupan. Namun satu hal yang
seharusnya tidak pernah berubah pada kita: yakni hati yang selalu tenang dan tetap
teguh dalam kebenaran.

Hadirin yang dirahmati Allah

Ketenangan sangat kita butuhkan dalam menghadapi segala situas dalam


hidup ini. Terutama dalam situasi sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam keadaan
tenang, maka buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan akan
tetap pada jalurnya yang dibenarkan dan jauh dari sikap yang membahayakan. Kata-
kata akan tetap himah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apapun
situas yang sedang kita hadapi. Dan dengan itulah kemudian Insya Allah kita akan
meraih kebahagiaan.

Kaum mualimin yang dimuliakan Allah.

Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang


yang beriman. Tentang hal ini Allah berfirman:

  


  
 
  

Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-


orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada)”.
Syeikh Abdurrahman As-si’dy berkata, “Allah mengabarkan tentang karunia-
Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah.
Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan
yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara
nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah Allah
meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi
kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap
mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sesulit apapun. Maka
bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka”. (Tafsir
al-karim: 791)

   


  


Artinya: “kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan


kepada orang-orang yang beriman,”

Sidang jum’at yang dirahmati Allah

Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adlah senjata orang-orang yang shaleh
dari sejak dahulu dalam menhadapi kondisi sulit yang mereka temui dalam
kehidupan mereka.

Ashabul kahfi adalah diantranya. Saat mereka mengumandangkan kebenaran


tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka sehingga mereka
terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga dan kenyamaan hidup
yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan minuman,
ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka mampu bertahan.

20 Iqbal Tawakkal: 3218020


Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah SAW dan sahabatnya yang mulia
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka berdua masuk ke dalam
gua, berlindung dari kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam
kemarahan yang memuncak dan dengan pedang-pedang yang terhunus, hingga Abu
Bakar berkata, “Jika salah satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua
sandalnya, niscaya ia akan melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan penuh ketenangan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang
dua orang, yang Allah ketiganya.” (Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh
Muslim no: 2381)

Allah berfirman:

ِ ‫ي اثْ َني ِْن ِإ ْذ ُه َما ِفي ْالغ‬


‫َار ِإ ْذ َيقُو ُل‬ َ ‫َّللاُ ِإ ْذ أ َ ْخ َر َجهُ الهذِينَ َكفَ ُروا ثَا ِن‬ ُ ‫ِإ هال تَ ْن‬
َ َ‫ص ُروهُ فَقَ ْد ن‬
‫ص َرهُ ه‬
‫ع َل ْي ِه َوأَيهدَهُ ِب ُجنُو ٍد لَ ْم ت َ َر ْوهَا‬
َ ُ‫س ِكينَتَه‬ ‫َّللاَ َم َعنَا فَأ َ ْنزَ َل ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫اح ِب ِه َال تَ ْحزَ ْن ِإ هن ه‬
ِ ‫ص‬َ ‫ِل‬
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang
ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah
menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya.” (QS. Al Taubah: 40)

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu? Sebagian orang mencari


ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan
di tempat-tempat hiburan yang penuh kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal
akibatnya. Alih-alih ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati
diliputi kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan
yang palsu dan sesaat.

Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam
kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam Al-
Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:

1. Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.

Rasulullah SAW bersabda:

‫كتاب هللا ه‬
،‫عز وج هل‬ َ َ‫تبارك وتعالى َيتْلُون‬
َ ِ ‫َما اجتم َع قَوم في بيت من بُيُو‬
‫ت هللا‬
،‫ و َحفهتْهم المالئكة‬،ُ‫غ ِش َيتْهم الرحمة‬
َ ‫ َو‬،ُ‫ إِال نزلت عليهم السكينة‬،‫سونَهُ بينهم‬ َ َ‫و َيتَد‬
ُ ‫ار‬
‫وذكرهم هللا فيمن عنده‬

Artinya: “Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah tabaraka wa


ta’ala, mereka membaca Kitabullah azza wa jalla, mempelajarinya sesama mereka,
melainkan akan turun kepada mereka sakinah, rahmat akan meliputi mereka, para
malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka
dihadapan malaikat yang berada di sisi-Nya.” (HR Muslim no. 2699)

2. Membaca al Qur`an.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ت بِ ْالقُ ْر‬
‫آن‬ ‫تِ ْل َك ال ه‬
ْ َ‫س ِكينَةُ تَن هَزل‬

Artinya: “Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari:
4839, Muslim: 795)

3. Memperbanyak dzikrullah.

Allah berfirman:

20 Iqbal Tawakkal: 3218020


ُ ُ‫ط َم ِئ ُّن ْالقُل‬
‫وب‬ ْ َ ‫َّللاِ ت‬
‫َّللاِ أ َ َال ِب ِذ ْك ِر ه‬ ْ َ ‫الهذِينَ آ َمنُوا َوت‬
‫ط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ه‬

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Al Ra’du: 28)

4. Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ ‫س َولَ ْم َي‬
‫ط َمئِ هن‬ ُ ‫اإلثْ ُم َما لَ ْم ت َ ْس ُك ْن ِإلَ ْي ِه النه ْف‬ ُ ‫اط َمأ َ هن ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْل‬
ِ ‫ب َو‬ ْ ‫س َو‬
ُ ‫َت ِإلَ ْي ِه النه ْف‬ َ ‫ْال ِب ُّر َما‬
ْ ‫س َكن‬
َ‫اك ْال ُم ْفت ُون‬ ُ ‫ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْل‬
َ َ ‫ب َو ِإ ْن أ َ ْفت‬

Artinya: “Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram
kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa
tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan
untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh
al Jâmi no: 2881)

5. Jujur dalam berkata dan berbuat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ط َمأْنِينَةٌ َو ِإ هن ْال َكذ‬


ٌ‫ِب ِري َبة‬ ُ َ‫الص ْدق‬
ِ ‫فَإ ِ هن‬

Artinya: “Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan.”


(HR Tirmidzi no: 2518)

Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera
kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan ketenangan
kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk
mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang.
‫‪Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa‬‬
‫‪teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka‬‬
‫‪bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada‬‬
‫‪yang berseru kepada kita dengan seruan ini:‬‬

‫ضيهةً‪ ,‬فَا ْد ُخلَ ْي فِ ْي َع ٰبد ْ‬


‫ِي‪َ ,‬وا ْد ُخ ِل ْي‬ ‫ضيَةً هم ْر ِ‬
‫ط َم ِءنهةُ‪ ,‬ا ِْر ِج ِع ْي اِلَى َربِ َك َرا َ‬ ‫يَ ۤااَيهت ُ َهاالنه ْف ُ‬
‫س اْل ُم ْ‬
‫َجنهتِ ْي‬

‫‪Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati‬‬
‫‪yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,‬‬
‫‪masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb:‬‬
‫)‪90-91‬‬

‫با َ َر َك هللاُ ِلى َولَ ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ اْأل َ َيا ِ‬


‫ت َوال ِذ ْك ِر اْل َح ِكي ِْم َوت َ َقبه َل هللاُ ِمنه َاو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنههُ‬
‫س ِم ْي ُع اْل َع ِل ْي ُم‬
‫ه ََوال ه‬

‫‪Khutbah Kedua Setiap Jum’at‬‬

‫صا ِل ِحينَ‬
‫ي ال ه‬ ‫َّللا َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإاله ه‬
‫َّللاُ َو ِل ُّ‬ ‫سو ِل ه‬ ‫عللَى َر ُ‬ ‫سالَ ًما َ‬ ‫صالَة ً َو َ‬
‫َّللا َ‬ ‫أ هِن ْال َح ْمدَ ِ ه ِ‬
‫سلِينَ (أَ هما َب ْعد ُ) َفيَا ِعبَادَهللاِ‪.‬‬‫اء َو ْال ُم ْر َ‬
‫َوأ َ ْش َهد ُ أ َ هن ُم َح همدًا خَا ت َ ُم األ َ ْن ِبيَ ِ‬

‫ِإتهقُ ْوهللا َ َح هق تُقَا ِت ِه َوالَت َ ُم ْوت ُ هن اِاله َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْونَ ٰ‪.‬‬

‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪ .‬اَللّٰ ُه هم‬ ‫صلُّ ْوا َ‬


‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫لى النهبِى يَااَيُّ َهااله ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َ‬
‫ع ٰ‬‫صلُّ ْونَ َ‬ ‫ا هِن هللا ََو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫على‬
‫يم َو ٰ‬ ‫سيِ ِدنَا إِب َْرا ِه َ‬
‫لى َ‬ ‫ع ٰ‬
‫ْت َ‬ ‫صلهي َ‬
‫سيِ ِدنَا ُم َح هم ٍد َك َما َ‬ ‫لى ٰا ِل َ‬
‫ع ٰ‬‫سيِ ِدنَا ُم َح هم ٍد َو َ‬
‫لى َ‬ ‫ع ٰ‬ ‫ص ِل َ‬‫َ‬
‫لى‬
‫ع ٰ‬ ‫ار ْك َ‬
‫ت َ‬ ‫سيِ ِدنَا ُم َح هم ٍد َك َما بَ َ‬‫لى ٰا ِل َ‬ ‫ع ٰ‬ ‫سيِ ِدنَا ُم َح هم ٍد َو َ‬
‫لى َ‬‫ع ٰ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ٰا ِل َ‬
‫سيِ ِدنَا إِب َْرا ِهي َْم َوبَ ِ‬
‫فى ْالعَالَ ِميْنَ إِنه َك َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪.‬‬ ‫لى ٰا ِل َ‬
‫سيِ ِدنَا إِب َْرا ِهي َْم ِ‬ ‫ع ٰ‬ ‫سيِ ِدنَا إِب َْرا ِهي َْم َو َ‬
‫َ‬

‫‪20‬‬ ‫‪Iqbal Tawakkal: 3218020‬‬


‫ت ِإنه َك‬ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا ِ‬
‫ت َاْأل َ ْح َي ِ‬ ‫اَللّٰ ُه هم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ت َواْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫لحا َ َجاتِ‪َ .‬ربهنَاا ْغ ِف ْرلَنَا َو ِ ِإل ْخ َوا ِننَااله ِذيْنَ َ‬
‫س َبقُ ْونَا‬ ‫ي اْ ْ‬ ‫اض َ‬ ‫ت َياقَ ِ‬
‫ع َوا ِ‬ ‫ْب الده َ‬
‫ْب ُم ِجي ُ‬ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬ ‫َ‬
‫ُف َر ِح ْي ٌم‪َ .‬ربهنَا ٰاتِنَا ِ‬
‫فى الدُّ ْن َيا‬ ‫فى قُلُ ْو ِبنَا ِغالًّ ِلله ِذيْنَ أ َ َمنُ ْوا َربهنَا ِإنه َك َرؤ ٌ‬ ‫ِبا ْ ِإل ْي َم ِ‬
‫ان َوالَت َ ْج َع ْل ِ‬
‫ار‪.‬‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬
‫عذ َ َ‬
‫اب النه ِ‬ ‫فى اْأل َ ِخ َرةِ َح َ‬
‫سنَةً َو ِ‬
‫َح َ‬

‫َاء َواْل ُم ْن َك ِر‬ ‫اء ذ ِْلقُ ْر ٰبى َو َي ْنهٰ ى َ‬


‫ع ِن اْلفَ ْخش ِ‬ ‫ان َوإِ ْيت َ ِ‬ ‫س ِ‬ ‫ِعبَادَهللاِ‪ ,‬إِ هن هللاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫صالَ ِة‬‫ظ ُك ْم َل َع هل ُك ْم تَذَ هك ُر ْونَ َو َل ِذ ْك ُرهللاِ ا َ ْك َب ُر‪ .‬ا َ ِق ِم ال ه‬
‫َواْل َب ْغي ِ َي ِع ُ‬

Anda mungkin juga menyukai