Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber pangan baik di sektor
pertanian maupun perkebunan. Salah satu tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia adalah
singkong (Minihot utilissima). Tanaman singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat
yang cukup tinggi (Badan Litbang Pertanian, 2011). Singkong merupakan sumber pangan
fungsional karena mengandung karbohidrat tinggi. Kandungan karbohidrat pada singkong
sebesar 65,9% (Kurniadi, 2010).
Produksi singkong di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 23,92 juta ton (BPS, 2012).
Jumlah produksi singkong yang cukup besar memungkinkan singkong diproduksi menjadi bahan
pangan yang dapat mendampingi beras sebagai bentuk dari ketahanan pangan di Indonesia.
Pengolahan singkong menjadi tepung tapioka menghasilkan berbagai jenis produk sampingan,
diantaranya adalah onggok. Dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan
sekitar 75 % dari bahan mentahnya adalah hasil sampingan berupa onggok (Retnowati dan
Susanti, 2009).
. Filtrasi adalah teknik pemisahan padat-cair yang umum di industri. Filter yang memiliki
berbagai geometri dan mekanisme, beroperasi dengan mendorong suspensi partikel terhadap
membran semi-permeabel dan ekstrusi cairan (biasanya air). Padatan tersuspensi ini tidak bisa
melewati membran dan filter cake (Anthony D. dkk, 2017). Salah satu jenis filtrasi pada industri
yaitu ffilter press tipe plate and frame. Filter press tipe plate and frame menggunakan susunan
plate pejal pada satu sisi dan plate berlubang pada satu sisi lainnya. Kelebihan dari tipe ini yaitu
mudah digunakan, fleksibel, dan biaya perawatan rendah (Arif W, 2012).
Sebelum mahasiswa memasuki dunia industri yang sebenarnya, mahasiswa dihadapkan
dengan peralatan dengan skala yang lebih kecil dimana mahasiswa harus mengetahui spesifikasi
alat, cara kerja, dan pengoperasiannya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kinerja alat pada
filtrasi digunakan pengujian menggunakan limbah tepung tapioka (onggok).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang timbul pada proses filtrasi
dengan limbah tepung tapioka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui Efisiensi Kinerja Alat Filtrasi


2. Mengetahui Kejernihan Filtrasi
3. Mengetahui Berat Jenis Cake Setelah Dilakukan Penyaringan
4. Mengetahui Pengaruh Volume Bahan Pada Cake Yang Dihasilkan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Singkong
Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong, ubi kayu
atau cassava. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya
hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Singkong
berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada
tahun 1852. Varietas-varietas singkong unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi,
Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang
2, dan Andira 4 (Prihatman, 2000). 6 Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang
membesar, dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2 – 3 cm dan panjang 50 – 80 cm tergantung
dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan
ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat
racun bagi manusia.

Gambar 1. Singkong
Di Indonesia, singkong menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat
daun singkong sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang
lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau dilingkungan
pedesaan sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Seiring perkembangan
teknologi, singkong dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan.
Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
2.1.1 Klasifikasi Singkong
Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan

3
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
2.1.2 Kandungan Gizi Singkong
Singkong memiliki kandungan nutrisi yang berbeda pada setiap bagiannya. Komposisi
kimia singkong pada beberapa bagianbagiannya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Komposisi Kimia Singkong Pada Beberapa Bagiannya Berdasarkan Bahan Kering
Kandungan Nutrisi Daun Batang Umbi ( % ) Kulit Umbi
(%) (%) ( %)
Protein kasar 23,2 10,9 1,7 4,8
Serat kasar 21,9 22,6 3,2 21,2
Ekstrak eter 4,8 9,7 0,8 1,22
Abu 7,8 8,9 2,2 4,2
Ekstrak tanpa N 42,2 47,9 92,1 68
Ca 0,972 0,312 0,091 0,36
P 0,576 0,341 0,121 0,112
Mg 0,451 0,452 0,012 0,227
Energi Metabolis 2590 2670 1560 2960
(Sumber: Davendra (1977) dalam Hasrianti (2012))
2.2 Tepung Tapioka
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah tepung yang diperoleh
dari umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia disebut singkong. Tapioka memiliki
sifat- sifat yang serupa dengan sagu, sehingga kegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung
ini sering digunakan untuk membuat makanan, bahan perekat, dan banyak makanan tradisional
yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya. Tapioka adalah nama yang diberikan untuk
produk olahan dari akar ubi kayu (cassava). Analisis terhadap akar ubi kayu yang khas
mengidentifikasikan kadar air 70%, pati 24%, serat 2%, protein 1% serta komponen lain
(mineral, lemak, gula) 3%. Tahapan proses yang digunakan untuk menghasilkan pati tapioka
dalam industri adalah pencucian, pengupasan, pemarutan, ekstraksi, penyaringan halus, separasi,
pembasahan, dan pengering. Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: a)
4
Warna tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih. b) Kandungan air; tepung harus
dijemur sampai kering benar sehingga kandungan airnya rendah. c) Banyaknya serat dan
kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang
dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak. d) Tingkat
kekentalan; usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. (Whister, dkk, 1984).
Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain
sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang,
dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi
kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih (Whister, dkk, 1984).
2.2.1 Kandungan Nutrisi Tepung Tapioka
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Tapioka 100 g Bahan Makanan
No Zat Gizi Kadar
1 Energi 362 kkal
2 Protein 0,5 g
3 Lemak 0,3 g
4 Kabohidrat 86,9 g
5 Kalsium ( Ca ) 0 mg
6 Besi ( Fe ) 0 mg
7 Fosfor ( P ) 0 mg
8 Vitamin A 0 mg
9 Vitamin B1 0 mg
10 Vitamin C 0 mg
11 Air 12 g
(Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY, 2012)
2.3 Ampas Tepung Tapioka ( Onggok )
Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang diperoleh
pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan
ampas yang tertinggal sebagai onggok. Adapun komposisi kimia onggok dapat dilihat pada
Tabel 1 dan penampakan onggok Gambar 1. Komponen penting yang terdapat dalam onggok
adalah pati dan serat kasar. Pati dan serat kasar yang terdapat di onggok dapat diuraikan secara
enzimatis sebagai bahan baku bioetanol. Kandungan ini berbeda untuk setiap daerah tempat
tumbuh, jenis dan mutu ubi kayu, teknologi yang digunakan, dan penanganan ampas itu sendiri
(Fahmi, 2008). Proses produksi industri tapioka dapat dilihat pada Gambar 2 Pada tahun 2011,
total produksi singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton dengan luas lahan 1.184.696 ha,
5
sedangkan total produksi singkong Provinsi Lampung mencapai 9.193.676 ton dengan luas
panen sebesar 368.096 ha (BPS Provinsi Lampung, 2011). Berdasarkan total produksi tersebut,
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil singkong tertinggi di Indonesia.

Gambar 2. Ampas Tepung Tapioka (Tarmudji, 2009)


Tabel 3. Komposisi kimia onggok
A B C
Air 14,32 16,86 20,00
Protein 0,80 6,42 1,57
Lemak 0,25 0,25 0,26
Abu - 8,50 -
Serat Kasar 21,92 8,14 10,00
Pati 60,60 62,97 68,00
Sumber : a. Hendri (1999); b. Tjiptadi (1982); c. Lamiya dan Mareta (2010)
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2009), industri tapioka skala besar umumnya
dengan kapasitas 700 ton per hari dapat menghasilkan tapioka sebanyak 140 ton per hari dan
onggok yang dihasilkan sejumlah 175 ton per hari. Berdasarkan jumlah dan kandungannya,
onggok mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan menjadi produk yang lebih bernilai,
salah satunya diproduksi sebagai bioetanol. Berdasarkan perhitungan menurut Badger (2007),
dari total onggok sebesar 2.174.000 ton per tahun diperoleh potensi etanol dapat mencapai
266.276 kL.
2.3.1 Kandungan Utama Ampas Tepung Tapioka ( Onggok )
Onggok masih memiliki kandungan pati dan serat kasar karena pada saat ekstraksi tidak
semua kandungan pati terikut dan tersaring bersama filtrat. Pati dan serat kasar merupakan
komponen karbohidrat dalam onggok yang masih potensial untuk dimanfaatkan.
1. Pati
Pati merupakan polimer dari glukosa yang tersusun atas ikatan α- D-glikosida. Pati terdiri
dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer linear

6
dengan ikatan α-1,4-glukosa. Amilopektin memiliki molekul yang berukuran lebih besar dari
amilosa, memiliki ikatan α-1,4-glukosida dan berbentuk cabang pada ikatan α-1,6-glukosida
(British Nutrition Foundation, 1990) serta pati alami biasanya mengandung amilopektin lebih
banyak daripada amilosa. Butiran pati mengandung amilosa berkisar 15% - 30%, sedangkan

amilopektin berkisar antara 70% - 85% (Jane dan Chen, 1992). Perbandingan antara amilosa dan
amilopektin akan berpengaruh terhadap sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi pati (Jane dan
Chen, 1992). Struktur amilosa dapat dilihat pada Gambar 3 dan struktur amilopektin dapat dilihat
pada Gambar 4

Gambar 3. Struktur amilosa (Suriadi, 1985)

Gambar 4. Struktur amilopektin (Suriadi, 1985)

2. Serat Kasar
Serat kasar merupakan serat tumbuhan yang tidak dapat larut dalam air. Serat kasar yang
terdapat pada onggok mengandung hemiselulosa dan selulosa yang merupakan bagian terbesar
dari komponen polisakarida non pati (Arnata, 2009). Selulosa merupakan senyawa organik
penyusun utama dinding sel tumbuhan. Polimer selulosa umumnya tersusun oleh monomer-
monomer anhidroglukosa atau glukopiranosa yang saling berhubungan pada posisi atom karbon
1 dan 4 oleh ikatan β-glukosida. Selulosa termasuk homopolimer linier dengan monomer berupa

7
D-anhidroglukosa yang saling berkaitan dengan ikatan β-1,4-glikosidik. Rumus empiris selulosa
adalah (C6H10O5)n dengan n adalah jumlah satuan glukosa yang berikatan dan berarti juga
derajat polimerisasi selulosa. Selulosa murni memiliki derajat polimerisasi sekitar 14.000, namun
dengan pemurnian biasanya akan berkurang menjadi sekitar 2.500 (Nevell dan Zeronian, 1985).
Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Struktur selulosa (Zamora, 2011)


Hemiselulosa adalah polisakarida non selulosa yang pokok, terkandung dalam serat
dengan berat molekul 4000–15.000 (Soenardi, 1976). Hemiselulosa terdapat dalam serat dan
tergolong senyawa organik. Hemiselulosa juga terdapat di dinding sel bersamaan dengan
selulosa, terutama di daerah amorf dan di dalam lamella tengah (Soenardi, 1976). Hemiselulosa
mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula. Namun, berbeda dengan selulosa yang
hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer
gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya:
xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa dan sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat,
asam metal glukoronat dan asam galaturonat (Winarno, 2008). Hemiselulosa lebih mudah
dihidrolisis daripada selulosa, tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi. Kandungan hemiselulosa
di dalam biomassa lignoselulosa berkisar antara 11% hingga 37% (berat kering biomassa)
(Winarno, 2008). Gambar struktur hemiselulosa disajikan dalam Gambar 6. Perbedaan
hemiselulosa dengan selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam
asam, sedangkan selulosa adalah sebaliknya. Rantai utama hemiselulosa dapat terdiri atas satu
jenis monomer (homopolimer), seperti 13 xilan, atau terdiri atas dua jenis atau lebih dari satu
monomer (heteropolimer), seperti glukomannan. Rantai molekul hemiselulosa lebih pendek
daripada selulosa (Winarno, 2008).

8
Gambar 6. Struktur hemiselulosa (Fengel dan Wegener, 1995)

2.4 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan dengan
melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring. Proses filtarsi banyak
dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-kristal garam dari
cairan induknya, pabrik kertas dan lain-lain. Untuk semua proses filtrasi, umpan mengalir
disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh adalah akibat gravitasi
atau tenaga putar. Secara umum filtrasi dilakukan bila jumlah padatan dalam suspensi relatif
lebih kecil dibandingkan zat cairnya. (Oxtoby, 2001).
2.5 Prinsip Kerja Filtrasi
Filtrasi dengan aliran vertikal dilakukan dengan membagi limbah ke beberapa filter-bed
(2 atau 3 unit) secara bergantian. Pembagian limbah secara bergantian tersebut dilakukan dengan
pengaturan klep (dosing) dan untuk itu perlu dilakukan oleh operator. Karena perlu dilakukan
pembagian secara bergantian tersebut, pengoperasian sistem ini rumit hingga tidak praktis.
Filtrasi dengan aliran horizontal dilakukan dengan mengalirkan limbah melewati media filter
secara horizontal. Cara ini sederhana dan praktis tidak membutuhkan perawatan, khususnya bila
di desain dan dibangun dengan baik. Filtrasi dengan aliran vertikal dan horizontal mempunyai
prinsip kerja yang berbeda. Filtrasi horizontal secara permanen terendam oleh air limbah dan
proses yang terjadi adalah sebagian aerobik dan sebagian anaerobik. Sedangkan pada filtrasi
vertikal, proses yang terjadi cenderung anaerobik (Anonim, 2009).

2.6 Medium Filter


Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan
adalah single medium. Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring dual medium
atau three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam dari ukuran besar

9
sampai kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu
saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus (Ira, 2012).
Untuk merancang system penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap beberapa
faktor sebagai berikut:
1. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam)
2. Ukuran padatan: ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar
3. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil
4. Debit air olahan yang akan diolah
Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan kasar
menggunakan saringan berukuran 5 -20 mm, sedangkan padatan yang halus (hiperfiltrasi) dapat
menggunakan saringan yang lebih halus lagi. Saringan ini diusahakan mudah diangkat dan
dibersihkan.
Bahan untuk penyaringan kasar dapat terbuat dari logam tahan karat seperti stainless
steel, kawat tembaga, batu kerikil, btu bara, karbon aktif. Penyaringan untuk padatan yang halus
dapat menggunakan kain polyester atau pasir.
Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar, barscreen racks, dan bak
penyaringan saringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak digunakan adalahsaringan bak
pasir dan batuan. Saringan pasir menggunakan batu kerikil dan pasir. Pasir yang baik untuk
penyaringan adalah pasir kuasa.
Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring, saringan
pembawa, saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan penyaringan dikelompokan
menjadi tiga:
 Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran
seragam
 Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat
 Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan
Gambarnya seperti berikut ini:

10
Gambar 7. Macam – macam medium filter

Ukuran filter dibagi menjadi:


 Pasir sangat kasar (very coarse sand) : 2 – 1 mm
 Pasir kasar (coarse sand) : 1 – 0,5 mm
 Pasir sedang (medium sand) : 0,5 – 0,25 mm
 Pasir halus (fine sand) : 0,25 – 0,1 mm
 Pasir sangat halus (very fine sand) : 0,1 – 0,05 mm
Sistem aliran air olahan dalam system filtrasi terdiri dari beberapa macam. Penentuan aliran
ini memperhatikan sifat dari limbah padat yang akan difiltrasi. Sistem aliran tersebut dibagi
menjadi empat system, yaitu aliran horizontal, aliran gravitasi, aliran dari bawah ke atas dan
aliran ganda.

2.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Proses Filtrasi


Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor–faktor yang
saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan
sebagainya. Faktor–faktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material,
konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan temperatur.
1) Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Sehingga
proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat

11
dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring.
Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.

2) Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air
baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi
kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi
kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya
dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.

3) Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa
jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami
perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar partikel yang akan
disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan
mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.
Menurut Griswidia (2008) yang dikutip dari jurnal Penentuan Setting Level Optimal Media
Penjernih Air Terhadap Tingkat Kekeruhan dan Kandungan Fe dengan Metode Full Factorial
22 dan Principal Component Analysis oleh Sudarmono (2010), temperatur berpengaruh
terhadap kekentalan, aktifitas biologi, dan reaksi kimia.
 Pengaruh Temperatur terhadap Kekentalan
Jika temperatur air semakin tinggi, maka kekentalan air akan semakin rendah sehingga
gaya gesek air akan lebih cepat melalui celah tersebut dengan demikian akan
memperpendek waktu filtrasi.
 Temperatur terhadap Aktifitas Biologi
Temperatur air dapat mempengaruhi kecepatan metabolism bakteri dalam air, apabila
temperatur mencapai optimum untuk perkembangbiakan bakteri, maka bakteri akan
bertambah dengan cepat.
 Pengaruh Temperatur terhadap Reaksi Kimia
Apabila temperatur semakin tinggi, maka reaksi kimia akan semakin cepat, sebaliknya
apabila temperatur semakin rendah maka reaksi kimia akan semakin lambat. Temperatur

12
yang baik yaitu antara 20-300C, temperatur akan mempengaruhi kecepatan reaksi-reaksi
kimia.

4) Kedalaman media, ukuran, dan material


Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan
filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media
yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan
waktu pengaliran yang lama. Lagipula ditinjau dari segi biaya, media yang terlalu tebal
tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain
memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang
rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi
berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu
komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media. Keadaan
media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga
antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan
meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan
disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan
menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh
partikel halus yang tertahan) terlalu cepat.

5) Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan


Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi
dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya
tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju
filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik bila lubang pori
tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter kotor. Untuk melewati lubang pori,
dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas
media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung.
Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan
tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah
dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan
bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat)
sehingga terjadi clogging.

13
2.8 Macam-Macam Filtrasi
1. Bed Filter
Filter ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip dasar dari bed filtrasi yang di dalamnya
partikel merembes ke dalam celah lalu terperangkap dan mengalami tumbukan dalam permukaan
material di antara bed. Pemurnian persediaan air dibutuhkan kadar zat padat kira-kira 10 g/m3
atau kurang. Sisa dari material granula berukuran 0,6-1,2 mm di bed dengan kedalaman 0,6-1,8
m. Partikel padat yang sangat halus akan dipindahkan dengan tenaga mekanik, tetapi partikel
akhir yang menempel dapat menimbulkan gaya elektrik pada permukaan atau adsorpsi.
2. Bag Filter
Bag filter telah hampir sepenuhnya menggatikan filtrasi liquids yang diaplikasikan pada
industri gula. Sebuah nilai dari long thin bags dilampirkan untuk horizontal feed tray dan aliran
liquid dibawah gaya gravitasi sehingga laju alir filtrasi per unit mungkin sangat rendah. Bag
filter masih digunakan secara luas untuk memindahkan partikel debu dari gas dan dapat
dioprasikan sebagai pressure filter atau suction filters.
3. Filter Press
Ada dua jenis filter press yaitu plate and frame press dan recessed plate atau chamber press.

a. Plate and Frame Press


Filter jenis ini terdiri dari beberapa piringan (plate) dan frames yang dihubungkan pada
sepasang pembatas. Plate memiliki permukaan yang licin dan pinggiran yang tipis. Rongga
dari frame dipisahkan dari plate dengan filter cloth (penyaring) dan ditekan dengan hand
screw. Tekanan yang minim sebaiknya digunakan untuk mengurangi pemakaian pada kain
penyaring. Chamber kemudian dibentuk diantara setiap pasang plate. Sari masuk melalui
frame dan filtratnya melewati penyaring pada setiap sisi sehingga ada dua cake yang
terbentuk secara singultan. Frame biasanya berbentuk persegi dengan panjang antara 100 mm
dan 1,5 m ketebalan 10-75 mm. Slurry diumpankan melalui saluran kontinu dengan pori-pori
pada bagian atas plate dan frame.
Pada kasus ini dibutuhkan untuk memotong pori-pori pada cloth sebagai pembungkus.
Pemotongan pada cloth dapat dihindarkan dengan pengumpanan langsung saluran pada sisi
tetapi rubber bushesnya harus disesuaikan.Filtrat mengalir pada permukaan plate dan
kemudian dikosongkan melalui cock menuju pencuci terbuka sehingga filtrate dari setiap cake
dapat diketahui dan banyak plate dapat diisolasi. Kebanyakan filtrat press, ketepatan
pembuatan untuk pemanasan sehingga viskositas filtrate berkurang dan angka hasil filtrasi
lebih tinggi.

14
Material seperti lilin yang ada pada temperatur normal dapat disaring pada penekan uap
panas. Penguapan juga mempengaruhi pembentukan cake kering. Ketebalan optimum cake
dihasilkan pada filter press, bergantung pada hambatan filter cake. Waktu yang dibutuhkan
untuk membongkar walaupun filter cake tidak tebal akan menghasilkan nilai rata-rata filtrasi
yang tinggi, maka diperlukan untuk menghilangkan penekanan yang lebih dan menghabiskan
waktu yang lebih besar pada oprerasi ini.
b. The Chamber Press
The chamber press hampir sama pada plate and frame tetapi frame yang digunakan
disingkirkan dengan menghentikan tekanan pada permukaan dari plate, jadi filter chamber
akan dibentuk di antara palte secara keseluruhan.
 The Feed Channel
The feed channel berbeda penggunaanya dengan plate and frame. Semua chamber
dikoneksikan dengan alat yang mempunyai lubang besar di bagian tengah dari tiap plate and
clothes yang posisinya aman dengan menggunakan screwed union.
Slurry mengandung partikel padatan yang cukup besar. Tipe ini dapat ditangani
dengan tekanan tanpa menutup saluran umpan. Luas piringannya dibuat secara bertahap
dengan rubber mouldings atau polipropilena tetapi akan terjadi penyimpangan jika terjadi
temperature tinggi.
Area kedua dengan kemajuan mekanisme memungkinkan membuka dan menutup
secara otomatis. Pembukaan dan penutupan dapat dilakukan dengan driven hydraulic atau
dengan motor electric. Dua pengikat yang beroprasi dengan beberapa pertimbangan. Desain
yang lebih baik memberikan drainase yang lebih baik pula, sehingga menghasilkan
pencucian yang lebih baik, waktu cycle lebih pendek, dan dapat diaplikasikan untuk cake
yang tipis dan seragam.
Keuntungan-keuntungan dari filter press:
a. Ongkos maintenancenya murah;
b. Lebih cocok untuk yang bertekanan tinggi;
c. Cocok untuk produk utama cake atau liquid;
d. Dibutuhkan untuk penerapan pada area filter besar dengan jarak lantai yang kecil dan
untuk sedikit penambahan unit;
e. Lebih serba guna dan digunakan untuk jarak yang luas, material yang bervariasi dan bisa
beroprasi pada cake yang tebal dan bertekanan;
f. Kebocoran lebih mudah terdeteksi;

15
Kerugian-kerugian dari filter press:
a. Tidak bisa dioprasikan dengan lama dan pembongkaran secara kontinu lebih tepat karena
pemakaian yang tinggi;
b. Meskipun perkembangan-perkembangan telah disebutkan di atas, namun sangat sukar
untuk dikerjakan dan tidak cocok untuk aliran yang tinggi.
4. Leaf Filter
Ada beberapa jenis leaf filter, salah satunya adalah filter Moore. Filter Moore beroprasi pada
tekanan vakum dan disusun secara teratur untuk memberikan area yang luas dalam shell,
sehingga memungkinkan dapt beroperasi pada tekanan tertentu. Fitur-fitur yang penting adalah
cake yang seragam dan proses pembersihannya, yaitu mudah dalam mencuci.

16
BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT


3.1 Tujuan
Adapun tujuan umum dari peelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Tujuan Akademis


1. Melengkapi Syarat Kelulusan Mahasiswa Menempuh Program Sudi Diploma III Teknik
Kima, Departemen Teknologi Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponeoro. Sebagai
Sarana Penunjang Praktek Di PSD III Teknik Kima, Departemen Teknologi Industri,
Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro.
2. Menerapkan Ilmu yang didapat dari Bangku Perkuliahan Secara Terpadu Dan Terperinci,
Sehingga Berguna Bagi Perkembangan Industri di Indonesia.
3. Mengembangkan Wawasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Bagi Mahasiswa.

3.1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Volume Bahan Terhadap Hasil Cake
Limbah Tepung Tapioca Terhadap Nilai Berat Jenis Cake Kering dan Cake Basah Dengan
Menggunakan Alat Filter Press Plate And Frame.

3.2 Manfaat
1. Menjadi alternative untuk memanfaatkan limbah tepung tapioka yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun cair.
2. Memberikan pengetahuan tentang plate and frame filter press dan manfaat
penggunaannya.
3. Mahasiswa dapat menganalisa hasil Cake yang dihasilkan.
4. Memberikan Pengetahuan Tentang Pengaruh Pengaruh Volume Bahan Hasil Filtrasi
Limbah Tepung Tapioka Terhadap Nilai Berat Cake Kering dan Cake Basah

17
BAB IV

PERANCANGAN ALAT
4.1 Spesifikasi Perancangan Alat
4.1.1 Frame Mild Steel Plate

Ukuran : 12 mm
4.1.7 Diafragma Pump
Jumlah : 1 set
Ukuran : in out 6 inch
4.1.2 Lever As Rod
4.1.8 Compressor
Diameter : 1.1/4 inch
Tekanan : Max.6 Bar
Jumlah : 1 set
4.1.9 Agitator
4.1.3 Drain Cone Plate
Jumlah : 3 Blade
Ukuran : Dim. 470 x 4700
Jumlah : 5 unit 4.1.10 Chemical Tank Material PP

4.1.4 Chamber Plate Ukuran : Min.Volume 50 L

Ukuran : 470 x 470 4.1.11 Castor / Lock


Jumlah : 5 unit
Diameter : 4 inch
4.1.5 Filter Cloth Jumlah : 1

4.1.6 Hydraulic Jeck

Tekanan : Max 7 – 10 Bar

18
4.2 Gambar Alat

Gambar 8. Plate and Frame Filter Press


Keterangan :

01. Manual Hand Jack Hydraulic 06. Chemical Tank


02. Intermeadite Plate 07. Pompa Centrifugal
03. End Plate a1. Hydraulic Pressure indicator
04. Head Plate a2. Sludge Pressure Indicator
05. Motor Agitator a3. Temperature Indicator
b. Lever As Rod f. Wheel / roda End Plate
c. Pegas / Per g. Flow Meter
d. Keran air h. Bypass Valve Flow Meter
e. Support Rail

19
a2. Sludge Pressure Indicator e. Support Rail
a3. Temperature Indicator f. Wheel / roda End Plate
b. Lever As Rod g. Flow Meter
c. Pegas / Per h. Bypass Valve Flow Meter
d. Keran air

4.3 Cara Kerja Alat Hasil Perancangan


Pada praktikum sekarang dilakukan filtrasi batch dengan menggunakan Plate and Frame
Filter Press. Alat ini digunakan untuk memisahkan padatan dari cairan dalam slurry. Plate dan
frame disusun secara tegak berselingan dengan tambahan kain berukuran sama yang diapit antara
plate dan frame-nya.

Bahan yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah Limbah Tepung Tapioka Basah dengan
campuran air yang dimasukkan ke dalam tangki berpengaduk. Dalam proses filtrasinya, tangki
yang berisi kapur dengan air dialirkan dengan pompa ke alat Plate and Frame Filter Press. Cake
akan terbentuk di frame. Lalu dari alat tersebut, air yang telah terpisah dengan kapur/cake
dialirkan menuju sebuah tangki penampung. Percobaan yang dilakukan menggunakan berat
bahan 10 kg, 15 kg, 20 kg.

Dalam percobaan dihitung waktu yang dibutuhkan alat memisahkan kapur


dengan air. Perhitungan waktu dimulai dari air yang masuk ke dalam tangki penampung akhir
dengan pencatatan saat air bertambah sebanyak per 5cm dari tinggi tangki
(dilakukan hingga mencapai ketinggian tangki 50cm). Setelah selesai alat dibongkar kembali
dan memisahkan cake yang diperoleh dari dua percobaan tersebut pada frame dan ditimbang.
Peralatan yang telah digunakan dibersihkan. Dalam perhitungan dan pendataan, nilai dari
variabel-variabel akan meningkat seiring dengan kenaikan tekanan.

20
BAB V

METODOLOGI

5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


5.1.1 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan tersaji pada tabel 4
Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Percobaan
No. Nama Alat Jumlah Ukuran
1. Gelas Ukur 1 100 ml
2. Homogenizing 1 -
tank
3. Plate and frame 1 -
filter press
4. Cawan Porselin 6 -
5. Neraca Digital 1
6. Gelas Beaker 1 1000 ml
7. Stopwatch 1 -
8. Timbangan 1 -
9. Ember 1 -
10. Oven 1 -

5.1.2 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini tersaji pada tabel 5
Tabel 5. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Percobaan
No. Bahan Jumlah
1. Air 20 Liter
2. Limbah Tepung Tapioka 10 kg, 15 kg, 20 kg

21
5.2 Tahapan-tahapan dalam penelitian
5.2.1 Tahap I (Persiapan)
Pada tahap persiapan percobaan, mula-mula memastikan tangki pencampur tidak
bertekanan dan memastikan bahwa kerangan udara dalam posisi tertutup. Memastikan
kain penyaring pada plate and frame telah terpasang dengan benar.
5.2.2 Tahap II (Membuat Suspensi)
Membuat suspensi limbah Tepung Tapioka dalam air, dengan komposisi 10 kg,
15 kg, 20 kg lumpur dan 20 L air pada mixing tank. Memasukkan suspensi ke dalam
tangki dan tutup dengan rapat.

5.2.3 Tahap III (Persiapan Alat)


Menyalakan motor pengaduk agar mendapatkan suspensi sehomogen mungkin.
Membuka kerangan udara perlahan-lahan hingga tekanan udara didalam tangki telah
sesuai degan yang dikehendaki.
5.2.4 Tahap IV (Filtrasi)
Menyaring suspensi dengan membuka kerangan masukan filter plate dan frame
setelah tekanan dalam tangki mencapai harga yang dikehendaki
5.2.5 Tahap V (Analisa)
Mengambil Cake hasil filtrasi pada masing – masing plate selama variabel bahan
tertentu, kemudian timbang cawan porselen kosong lalu tulis hasil penimbangan dan
masukkan kedalam desikator sampai konstan, kemudian masukkan cake dan cawan
porselen kedalam oven dengan suhu 105⁰C sampai kering. Setelah kering masukkan
kedalam desikator selama ± 5 menit, kemudian menimbang cawan dan cake dan
menghitung berat cake yang dihasilkan

22
5.3 Prosedur Percobaan dan Analisa Produk

5.3.1 Prosedur Percobaan

1) Proses Filtrasi

Pastikan tangki pencampur tidak bertekanan dan pastikan bahwa


kerangan udara dalam posisi tertutup.

Membuat suspensi limpah Tepung Tapioka dalam air, dengan komposisi


10 kg, 15 kg, 20 kg

Limbah Tepung Tapioka dan 20 L air pada mixing tank


Memasukkan suspensi ke dalam tangki dan tutup dengan rapat.
Menyalakan motor pengaduk agar mendapatkan suspensi sehomogen
mungkin.

Membuka kerangan udara perlahan-lahan hingga tekanan udara didalam


tangki telah sesuai degan yang dikehendaki

Menyaring suspensi dengan membuka kerangan masukan filter plate dan


frame setelah tekanan dalam tangki mencapai harga yang dikehendaki.

Menjaga tekanan dalam tangki dengan mengatur bukaan kerangan udara


masuk selama tumpuhan penyaringan

Mengambil cake yang keluar selama variabel waktu tertentu, dan


memasukannya kedalam cawan porselin. Mengitung berat cake basah
dan cake kering

23
1) Analisa Berat Cake Basah dan Kering

Penimbangan Cawan Porselin Kosong

Catat hasil penimbangan Cawan Porselin

Cake Ambil Cake basah pada plate 1,2,3 setelah


proses filtrasi

Letakkan Cake basah pada cawan porselen


lalu ditimbang

Catat masing-masing hasil penimbangan


cake basah pada plate 1,2,3

Oven cawan berisi cake basah dengan


suhu 105⁰C sampai kering

Setelah kering, keluarkan dan masukkan


desikator selama 3 menit

Lalu keluarkan dan timbang hingga


konstan, serta catat hasilnya

Ulangi langkah diatas untuk percobaan


variabel II, III, IV

24
5.3.2 Analisa Produk
1. Analisa Tahanan Spesifik Cake (α) dan Tahanan Medim Filter (Rm)
Alat ini akan bekerja berdasarkan driving force, yaitu perbedaan tekan. Alat
ini dilengkapi dengan kain penyaring yang disebut filter cloth, yang terletak pada
tiap sisi platenya. Plate and frame filter digunakan untuk memisahkan padatan
cairan dengan media berpori yang meneruskan cairannya dan menahan padatannya.
Berikut adalah persamaan filtrasi pada Filtrasi Bertekanan Tetap :
𝑑𝑡 𝜇𝛼𝐶
𝑠 𝜇
= 𝐴2 (−∆𝑃) 𝑉 + 𝐴2(−∆𝑃) 𝑅𝑚 = 𝐾𝑝 V + B……………..……… (1)
𝑑𝑉

Dimana :
𝑅𝑚 adalah tahanan medium filter (𝑚−1)
𝛼 adalah tahanan spesifik cake (𝑚⁄𝑘𝑔)

∆𝑃 adalah pressure drop ( N/m2 )


𝐴 adalah luas filter ( m2 )
𝜇 adalah viskositas ( Pa.s )
𝐶𝑠 dalam ( kg solid/m3 )
𝐾𝑝 dalam 𝑠⁄𝑚6, dan
B dalam 𝑠⁄𝑚3
Apabila diintegrasi, didapat :
𝐾𝑝
t= 𝑣 2 + 𝐵𝑉 ………………… (2)
2

Dimana, 𝑣 dalam 𝑚3 dan t dalam s


𝐾𝑝 𝐴2 (−∆𝑃)
α= ......................... (3)
𝜇𝐶𝑠
𝐵 𝐴(−∆𝑃)
Rm= ............................. (4)
𝜇

25
𝜇.𝑆𝑅𝐹.𝑐
b=( ) (det/𝑚6 ) ( Devia, 2012)
2.𝑃.𝐴2
2. Analisa Kadar Air
Analisa kadar air suatu bahan menunjukkan kandungan air bebas dalam bahan
tersebut yang berikatan hidrogen dengan sesama molekul air bebas. Gravimetri adalah
metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit ditentukan dengan mengukur
bobot substansi murni yang hanya mengandung analit. Penentuan kadar zat berdasarkan
pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan dua
metode pengendapan melalui isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak
diketahui dan metode penguapan dimana larutan yang mengandung analit diuapkan,
ditimbang, dan kehilangan berat dihitung. Berdasarkan cara mengukur fase gravimetri
dibedakan menjadi dua jenis yaitu gravimetri evolusi langsung dan gravimetri evolusi tidak
langsung. Gravimetri evolusi langsung berfungsi mengukur fase gas secara langsung,
sedangkan gravimetri evolusi tidak langsung berfungsi untuk mengukur fase gas dan fase
padat dari padatan yang terbentuk ( SNI 01-2891-1992)

𝐶−𝐵
Kadar Air = 𝑋 100 %
𝐴

Keterangan :
A = berat cuplikan bahan ( gram )
B = berat cawan porselen + cuplikan setelah dikeringkan ( gram )
C = berat Cawan porselen + cuplikan sebelum pengeringan

5.4 Variabel Penelitian


5.4.1 Variabel Tetap
Waktu Filtrasi = 9 menit
Volume Air = 20 Liter
Bukaan Valve = ¼ bukaan
Tekanan Press Filter = 1 kg/cm
Variabel berubah
Massa Lumpur = 10 kg, 15 kg, 20 kg

26
5.5 Jadwal Praktikum Tugas Akhir
5.5.1 Waktu Pelaksanaan
Waktu praktikum dilaksanakan pada bulan Mei 2019 (pada semester VI)
5.5.2 Tempat Praktikum
Pelaksanaan tugas akhir akan dilaksanakan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknologi Industri, Sekolah Vokasi,
Universitas Diponegoro Semarang
5.5.3 Jadwal Kegiatan
Tabel 6. Jadwal Kegiatan
N Jenis Maret April Mei
o Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi
Pustaka
2 Pemesanan
dan
Pengujian
Alat
3 Pengajuan
Prosposal
Praktikum
TA
4 Praktikum
TA dan
Analisa
Data
5 Penyusunan
Laporan
6 Pengajuan
Laporan

27
5.5.4 Anggaran Biaya
Tabel 7. Anggaran Biaya Percobaan
Rekapitulasi Biaya Jumlah Pengeluaran
1. Pabrikasi Alat Rp 1.100.000,00
2. Bahan Penunjang Penelitian Rp 300.000,00
3. Biaya Perjalanan Rp 50.000,00
4. Biaya Cetak Proposal Rp 50.000,00
5. Biaya Pengeluaran Lain-lain Rp 70.000,00
JUMLAH Rp 1.570.000,00

28
BAB VI
PENUTUP

Demikian proposal Tugas Akhir yang berjudul “Filtrasi Limbah Tepung Tapioka Basah
dengan Variasi Jumlah Berat Bahan Terhadap Jumlah Cake Kering dan Cake Basah
Menggunakan Plate and Frame Filter Press”

Semarang, Mei 2019

Dosen Pembimbing, Praktikan,

M.Endy Yulianto, ST, MT Ismayanti Febri Nurhayati


NIP. 197107311999031001 NIM. 21030116060051

29

Anda mungkin juga menyukai