Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROKARDIOGRAFI

OLEH:

ANUGERAH CHITA MILENIA TULAK

4518111024

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

2018/2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan penggunaan peralatan medis berteknologi canggih
sudah bisa kita rasakan sekarang ini. Peralatan medis ini dirancang untuk membantu
di dalam diagnosis, monitoring atau terapi medis. Salah satu dari peralatan medis
yang hingga saat ini peranannya belum tergantikan dalam membantu dokter untuk
mendeteksi kesehatan jantung pasiennya adalah elektrokardiograf. Elektrokardiograf
ini menghasilkan suatu rekaman elektrokardiogram (EKG), yaitu rekaman grafik
potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung. Rekaman EKG
inilah yang digunakan oleh dokter dalam mendiagnosa keadaan jantung pasiennya.
Sebagai salah satu intrumentasi medis, elektrokardiograf harus memiliki
tingkat keakuratan dan presisi yang tinggi dalam mengukur potensial listrik yang
terjadi pada jantung. Hal ini untuk memberikan keamanan bagi pengguna (pasien)
sehingga terhindar dari kesalahan pembacaan EKG oleh dokter. Untuk mengetahui
baik/tidaknya kondisi dari suatu elektrokardiograf yang akan digunakan, maka proses
kalibrasi alat selalu disertakan dalam prosedur penggunaannya. Kalibrasi
elektrokardiograf dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Kalibrasi internal
biasanya menggunakan fitur sinyal 1 mV pada elektrokardiograf sebagai sinyal
kalibrasi. Sedangkan secara eksternal, kalibrasi dilakukan dengan menggunakan
sebuah kalibrator eksternal yang memiliki banyak jenis fitur sinyal kalibrasi yang
dapat dikirimkan ke elektrokardiograf.
Beberapa tahun yang lalu karena harga dari kalibrator eksternal yang relatif
mahal dan untuk memperluas jangkauan penggunaan kalibrator eksternal, di
Universitas Lampung telah melakukan penelitian mengenai perancangan kalibrator
eksternal untuk elektrokardiograf. Penelitian akan kalibrator eksternal
elektrokardiograf ini pertama kali telah dilakukan oleh saudara Romlan. Penelitiannya
tersebut berhasil membangkitkan sinyal EKG melalui pemrograman mikrokontroller
AT89C51 [Romlan.2006]. Perioda pulsa jantung yang dibangkitkan sesuai dengan
pulsa jantung normal yang standar. Namun kelemahanya adalah pada amplitudo
sinyal yang masih berkisar 1Vpp. Hal ini tidak sesuai dengan amplitudo pulsa jantung
standar, yaitu 0.5 - 4mVp-p. Penelitian kedua dilakukan oleh saudari Dewi Nurlatifah,
Penelitian yang dilakukan ini merupakan koreksi atas penelitian saudara Romlan dan
telah menghasilkan sebuah alat simulator dan kalibrator elektrokardiograf berbasis
ATMega8535. Alat tersebut dapat membangkitkan 12 sinyal elektrokardiogram
dengan amplitudo sinyal yang dibangkitkan berkisar antara 30 – 45 mVp-p [Dewi
Nurlatifah.2007]. Kisaran amplitudo tersebut masih cukup besar untuk difungsikan
sebagai kalibrator elektrokardiograf. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian
lanjutan untuk melemahkan kembali keluaran simulator dan kalibrator
elektrokardiograf yang telah dicapai hingga mencapai kisaran amplitudo sinyal
jantung standar yaitu, 0.5 – 4 mVp-p [John G. Webster. 1998]. Sehingga dapat
dihasilkan sebuah kalibrator yang kompatibel dengan perangkat elektrokardiograf
yang ada.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip biolistrik yang mendasari pemeriksaan
EKG
2. Mahasiswa mampu memahami aktivitas listrik jantung yang normal melalui
gambaran EKG sebagai hasil pancaran (proyeksi) aktivitas listrik tersebut di
permukaan tubuh.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asumsi dasar (termasuk hipotesis Einthoven) yang
mendasari gambaran EKG pada posisi perekaman lead I,II, dan III serta aVR,aVL,
aVF.
4. Menjelaskan prinsip dasar pembentukan gelombang P,Q,R dan T pada semua Lead
pada orang normal
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan EKG dan menentukan irama jantung,
menghitung frekuensi jantung, besarnya voltage impuls, hantaran impuls, posisi
jantung pada bidang frontal dan horizontal melalui rekaman EKG.
TEORI DASAR

A. Jantung dan Elektrokardiogram (EKG)


Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa ganda
sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru sedangkan sisi kiri
memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat ruangan, atrium kanan
dan kiri , ventrikel kanan dan kiri. Seperti terlihat pada Gambar 1. Jantung merupakan
otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara
otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan impuls listrik terjadi dalam sistem
penghantar jantung. Adapun jalur hantaran listrik jantung normal terjadi dalam urutan
berikut : nodus sinoatrial (SA) – nodus atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang
berkas – serabut purkinje – otot ventrikel [Atwood.1996]

Gambar 1. Sistem Kelistrikan Pada Jantung


Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang
lemah dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung ini dapat
direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda- elektroda ke
berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads). Rekaman grafik potensial-potensial
listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung ini disebut sebagai
elektrokardiogram (EKG) [Khandpur.1997].
Sebuah perangkat elektrokardiograf yang penampil outputnya berupa plotter
akan menampilkan hasil perekaman pada sebuah kertas grafik millimeter blok
seperti pada Gambar 2 berikut
Gambar 2. Pulsa Jantung Normal
Pada Gambar 2 di atas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai
magnitude sebesar 1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah kotak
dari titik Q ke titik R, dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing
kotak sama dengan 0.1 mV, sehingga 11 kotak sama dengan 1.1 mV.

Tabel 1. Karakteristik Elektrokardiogram


Defleksi Deskripsi
Gelombang P gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium dari nodus
sinoatrial ke nodus atrioventrikular

Gelombang Q defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang


mendahului defleksi R, dibangkitkan oleh depolarisasi permulaan
ventrikel

Gelombang R defleksi positif pertama sesuadah gelombang P dan yang


ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.

Gelombang S defleksi negatif sesudah defleksi R. Keseluruhan depolarisasi


ventrikel ini membangkitkan gelombang QRS kompleks.

Gelombang T gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel.

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran


impuls/sinyal pada jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot-otot
jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan
penyebaran proses depolarisasi. Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram
normal memiliki ciri-ciri seperti tertera pada Tabel 2. [Ekananda. 2008]

Tabel 2. Ciri-ciri Elektrokardiogram Normal


Gelombang EKG Amplitudo Interval EKG Durasi

P < 0.3 mV P-R 0.12 – 0.20 detik

R 1.6 – 3 mV Q-T 0.35 – 0.44 detik

Q 25 % dari R S-T 0.05 – 0.15 detik

T 0.1 – 0.5 mV Q-R-S 0.06 – 0.10 detiK

B. Elektrofisiologi Jantung
Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial yang menyebar
ke seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:
1. Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja
mekanis memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak membentuk
sendiri potensial aksinya.
2. Sel otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan menghantarkan
potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil.
Sel otoritmik jantung merupakan sel otot khusus yang berbeda dari sel saraf dan
sel otot rangka di mana sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel ini
memperlihatkan aktivitas pemicu yaitu potensial membran secara perlahan
terdepolarisasi sampai ke ambang (potensial pemicu). Dengan siklus yang berulang
tersebut, sel otoritmik memicu potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh
jantung untuk memicu denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun. Sel-sel
jantung otoritmik ini membentuk area tersendiri di:
1. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.
2. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung
khusus yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas
pertemuan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi
menjadi cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung
mengelilingi ujung rongga ventrikel dan berjalan balik kearah atrium di sepanjang
dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh miokardium
ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon.
Sistem konduksi diatas di mulai dari nodus sinoatrial sebagai pacemaker yang
berguna untuk memicu setiap siklus jantung. Nodus SA ini biasa di pengaruhi oleh
sistem saraf pusat, seperti impuls dari saraf simpatis akan menambah kecepatannya
dan saraf parasimpatis akan memperlambatnya. Hormon tiroid dan epinefrin yang
dibawa oleh darah juga dapat mempengaruhi kecepatan impuls nodus SA. Setelah
impuls listrik yang diinisiasi oleh nodus SA, impulnya akan menyebar melalui kedua
atrium sehingga menyebabkan kedua atrium berkontraksi secara berkesinambungan.
Pada saat yang sama impuls tersebut mendepolarisasi nodus atrioventrikular yang
berada dibawah atrium kanan.
Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui otot
jantung sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian bercabang menjadi
cabang kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle). Walaupun berkas His
mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati permukaan medial ventrikel,
kontraksi sesungguhnya distimulasi oleh berkas purkinje (serat otot konduksi) yang
muncul dari cabang bundle yang dilanjutkan ke sel miokardium ventrikel
DEFINISI DAN CARA KERJA

A. Definisi
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan
elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang
berarti "menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan
repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.

B. Cara Kerja
1. Persiapan Elektrokardiograf
a. Pada alat EKG terdapat dua tombol untuk power yang keduanya harus dalam
posisi “OFF” sebelum percobaan dimulai. Tombol pertama adalah tombol
pengatur pilihan sandapan. Tombol ini digunakan untuk semua sandapan
dengan cara memutar pengatur sandapan sesuai dengan pencatatan yang akan
dikerjakan. Tombol kedua adalh tombol kepekaan untuk standarisasi besar
voltage
b. Hubungkan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum
c. Pasang kabel arde ( grounding ) dan jepitkan oada kran logam atau arde yang
berhubungan dengan tanah.
d. Kabel elektroda yang keluar terdiri dari alat EKG terdiri 4 eletroda panjang
untuk ekstremitas dan 6 elektrode pendek untuk precordial.

2. Persiapan Orang Coba:


a. Orang ciba harus berbaring tenang di atas tempat tidur. Baju, aksesoris yang
berupa logam dan kaoskaki dilepas
b. Tempat – tempat yang akan di pasang elektrode dibersihkan dengan kapas
alkohol dan diberi pasta secukupnya.
c. Pasang elektrode, dimulai dari elektrode untuk ekstremitas, yaitu diujung
kedua lengan bawah, dekat pergelangan tangan, bagian ventral. Dan untuk
ekstremitas bawah, diletakkan ditungkai bawah dekat pergelangan kaki,
bagian ventral. Elektrode prekordial dipasang pada tempat-tempat yang sesuai,
yaitu:
V1 : di ruang costa ke empat di sebelah kanan sternum (ICS IV,parasternal ka)
V2 : di ruang costa ke empat di sebelah kiri sternum (ICS IV,parasternal ka)
V3 : di antara V2 dan V4
V4 : di ruang costa ke lima midclavicular line kiri (ICS V,MCL ki)
V5 : di left anterior axillary line setinggi V4
V6 : di left mid axillary line setinggi V4
d. Hubungkan kabel elektrode ekstremitas orang coba yaitu,:
Kabel merah (RA) dengan lengan kanan
Kabel kuning (LA) dengan lengan kiri
Kabel hijau (LF) dengan kaki kiri
Kabel hitam (LF) dengan kaki kanan
Periksa tombol pengatur kecepatan kertas, ada 2 pilihan yaitu 25 mm/detik dan
50 mm/detik. Pilihlah kecepatan kertas yang 25mm/detik
Pencatatan siap dimulai.
e. Hubungkan kabel elektroda precordial di dinding dada V1 sd V6
f. Setelah tombol”ON” EKG ditekan, selanjutnya, tekan tombol program untuk
mengecek dan memprogramkan perekaman
g. Lakukan perekaman gambaran EKG dengan menekan ENTER pada setiap
Lead yan dipilih. Pengambilan gambar di lakukan secara berurutan, mulai dari
Lead I.... sampai V6
h. Setiap kali pindah ke sandapan berikutnya, beristirahatlah beberapa detik.
i. Setiap pencatatan, dikerjakan minimal 3 siklus jantung, kecuali Lead 2
minimal harus dikerjakan 6 siklus jantung (5 R-R interval). Satu siklus terdiri
dari gelombang P,Q,R,S,T ( lengkap ). Setelah perekaman gambar EKG
selesai, rekan tombol “Off”
j. Setelah selesai merekam, lepaskan semua elektroda dan bersihkan bekas pasta
pada badan mahasiswa dan pada elektroda.
HASIL

PEMBAHASAN
a. Menetukan sinus atau asinus dari hasil perekaman EKG
Dari perekaman dapat dinyatakan bahwa irama jantung orang coba adalah sinus,
karena terdapat gelombang P. Dimana pada asinus tidak terdapat gelombang P.
Bentuk gelombang P, QRS kompleks dan gelombang T pada semua sadapan
ekstremitas dan prekordial dalam batas-batas normal.
b. Menentukan irama jantung reguler atau ireguler
Hasil perekaman diamati dan diukur berapa jarak antar gelombang R satu dengan R
yang lain (interval R-R), hasil menunjukan bahwa jarak antar R sama,

dan bisa dikatakan bahwa irama jantung orang coba


adalah irama reguler.

c. Amati voltase gelombang P, QRS kompleks dan T pada lead I, II, dan III, lalu hitung.
d. Karena irama jantung reguler, maka hitung HR (heart rate) dengan satuan ..
kali/menit. Ket:
300 1500 y = kotak sedang
HR = atau HR =
y kk kk = kotak kecil
dari data perekaman didapat
300 300
HR = = = 100
y 3
1500 1500
HR = = = 83
kk 18
Maka dari perhitungan tersebut didapatkan, orang coba memiliki heart rate normal
(normocardia) karena Hrnya terdapat di interval 60-100.
e. Hitung besar voltage gelombang P, Q, R, S, dan T pada lead I, II, dan III.
P Q R S T QRS
8 mm 6 mm 4 mm 8 mm 12 mm 4 mm
Lead I
8 mV 6 mV 4 mV 8 mV 12 mV 4 mV
8 mm 4 mm 4 mm 12 mm 8 mm 8 mm
Lead II
8 mV 4 mV 4 mV 12 mV 8 mV 8 mV
8 mm 4 mm 4 mm 7 mm 13 mm 19 mm
Lead III
8 mV 4 mV 4 mV 7 mV 13 mV 19 mV

f. Hitung mean electrical Axis (MEA) dan arahnya dengan mengukur besar voltase atau
jarak vektor dari QRS pada sadapan ipolar atau augmented ekstremitas atau
kombinasi keduanya berdasarkan hipotesis Einthoven.

g. Tentukan transitional zone dari sadapan prekordinal


TZ terletak pada daerah dimana R/S = normal. Bila TZ bergeser ke kanan maka
disebut sebagai clock wise (CW) rotation dan bila bergeser ke kiri disebut sebagai
counter clock wise (CCW) rotation.
Lead V1 V2 V3 V4 V5 V6
Voltage R S R S R S R S R S R S
(mm) 2 8 3 12 3 13 2 4 4 2 4 1
R/S ratio 2/8 3/8 3/13 2/4 4/2 4/1
KESIMPULAN

Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas
kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus.
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah untuk mengetahui adanya kelainan-
kelainan irama jantung/disritmia, kelainan-kelainan otot jantung, pengaruh/efek obat-obat
jantung, menilai fungsi pacu jantung dll.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah
gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni
gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Dari hasil
praktikum Elektrokardigraf diketahui bahwa orang coba tidak memiliki kelainan jantung
apapun (normocardia).

Anda mungkin juga menyukai