PENDAHULUAN
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
(Permenkes, 2016)
1
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Permenkes, 2016).
terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian
2013).
2
1.3 Tujuan
Poned Balowerti
Poned Balowerti
Poned balowerti
3
1.4 Manfaat
Poned Balowerti.
4
BAB 2
2.1 Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas
berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi
5
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya
kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, dan pelayanan
6
pengkajian Resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang baik. Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
(Permenkes, 2016).
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
a. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan
7
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan
rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga
harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium
Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan penggunaan obat dan media habis pakai.
stock, waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
8
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Semua petugas yang terlibat dalam
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis habis pakai
melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan medis habis pakai yang
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di
9
a. bentuk dan jenis sediaan;
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya
antara lain:
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu
e. Poskesdes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian secara periodik setiap 3 kali seminggu dan pemberian
10
6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
a) Pengendalian persediaan
b) Pengendalian penggunaan
rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib, baik
obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
a) Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah dilakukan
Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
11
a) mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
habis pakai
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
Puskesmas.
3. Konseling
12
4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
3. Tanggal resep.
2. Duplikasi pengobatan.
13
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Tujuan:
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
Tujuan:
memadai).
Kegiatan:
14
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis
pakai.
Kefarmasian.
b) Tempat
c) Tenaga
d) Perlengkapan
3. Konseling
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,
Kegiatan:
15
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
1) Kriteria pasien:
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
a. Ruangan khusus.
16
tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
4. Ronde/Visite Pasien
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
Tujuan:
obat.
terapi pasien.
kunjungan.
17
c. Menanyakan obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
pengobatan pasien.
obat
kunjungan
seperti obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain-
lain.
18
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
Kegiatan:
19
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Tujuan:
Kriteria pasien:
c. Adanya multidiagnosis.
merugikan.
Kegiatan:
20
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
Tujuan:
a. Deskripsi
2011)
b. Tujuan
pelayanan kesehatan.
c. Indikator
1) Indikator Inti:
a. Indikator peresepan
21
Persentase peresepan dengan nama generik.
Nasional (DOEN).
b. Indikator Pelayanan
c. Indikator Fasilitas
2) Indikator Tambahan
22
f. Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan.
2.3.1 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Serta Pembagiannya
dari satu apoteker penanggung jawab dan 2 asisten apoteker. Satu asisten apoteker
23
dan Poskeskel masing masing memiliki 1 orang pengelola obat, yaitu perawat
Poned Balowerti memiliki 2 orang staf yang bertanggung jawab alat medis dan
Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukkan skala prioritas obat
yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu
meliputi:
2. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
24
setahun dan sebagai data untuk menghitung stok optimum. Informasi yang
kesehatan/puskesmas.
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian
SO = SK + WK + WT + SP
Kebutuhan = SO - SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
25
Waktu kekosongan = lamanya kekosongan obat dihitung dalam
hari
obat di Puskesmas.
merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang
(PKD). Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila
terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang direncanakan
dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap
2016).
a. Metode konsumsi
26
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data komsumsi obat tahun
b. Metode epidemiologi
dengan metode konsumsi dan epidemiologi. Hal itu didasarkan atas analisis data
27
e. Sisa stok, jika salah satu obat masih ada sisa bulan kemarin, maka pengadaan
a. Pengadaan Obat
tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu
dengan jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan. Pengadaan atau
Kediri oleh bagian Gudang Farmasi Kota (GFK) Kediri. Bagian Gudang
Dinkes ini dibuat tiap 1 bulan sekali. Bila ada Kejadian Luar Biasa
Kota (GFK) Kediri tanpa harus menunggu jatuh tempo 1 bulan. Obat
28
a. Permintaan rutin yaitu permintaan yang dilakukan sesuai dengan
Kesehatan Kota Kediri. Obat yang diadakan di puskesmas adalah obat esensial
yang jenis dan itemnya merujuk pada DOEN, FORNAS, dan formularum
tentang kewajiban menuliskan resep generik dan atau menggunakan obat generik
2016).
29
b. Mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan
dipegang oleh pengelola barang dan alat kesehatan puskesmas. Pengadaan alat
yang diperlukan, akan lapor ke bagian pengelolah alat kesehatan, dan akan
30
Kesehatan Kota kediri setiap setahun sekali. (Laporan Tahunan Puskesmas
a. Penyimpanan Obat
obat ditunjukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat
yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan. Setelah obat
barang (BBK GFK), batch nomor dan tangal kadaluarsa (expired date) barang,
serta kondisi fisik barang. Setelah semua sesuai maka setiap obat harus segera
31
semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu disimpan di
gudang obat.
obat), yang disusun di rak berdasarkan bentuk sediaan, dan kelas terapi dan
disusun secara alfabetis. Pada saat obat sampai digudang, obat berbahaya
dipisahkan dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di
khusus dengan pintu ganda terkunci. Obat di gudang obat disimpan di rak,
obat bentuk infus diletakkan di atas palet kayu (alas yang memberi jarak
antara lantai dan tumpukan obat). Pada setiap unit layanan, persediaan obat
dipisah menjadi 2, yaitu stok gudang dan stok pelayanan. Gudang induk
puskesmas selalu dalam keadaan terkunci, dan kamar obat selalu terkunci bila
Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem
dimana obat yang masa expired nya lebih lama diletakkan dibagian belakang
Sedangkan sistem FIFO, dimana obat yang datang lebih dulu diletakkan
petugas dalam mencari obat yang dicari. (Laporan Tahunan Puskesmas Poned
Balowerti, 2016)
32
Gambar 2.1 Gudang Penyimpanan Obat
33
Gambar 2.3 Lemari kaca tempat penyimpanan obat di pelayanan
dengan kunci tersendiri, vaksin yang perlu suhu dingin diletakkan di lemari
2016).
keramik, dan lumayan luas. Namun penataan alat kesehatan tersebut terlihat
34
begitu tidak rapi. Pengelolaan dan penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas
pengelola barang dan alat kesehatan puskesmas. Oleh karena itu masih butuh
2.3.5 Pendistribusian
kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam
jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif (Laporan
35
b. Menentukan jumlah obat
setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah kunjungan di masing-
Rumus : Kebutuhan = SO – SS
SO = SK + SWK + SWT + SP
tablet, sisa stok per 30 november 200 tablet, hari kerja puskesmas 25
hari kerja, maka pemakaian rata-rata obat yang digunakan pada bulan
Obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan
36
1) Gudang obat menyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit
pelayanan
2) Diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan dengan
formulir LPLPO yang sudah ditanda tangani dan satu rangkap disimpan
unit.
puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
3) Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka perlu
b. Kualitas/kondisi obat
c. Isi kemasan
37
mengajukan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat puskesmas induk
melalui LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat yang nantinya
Balowerti, 2016).
Bagan 2.4 Alur Distribusi Obat Di Puskesmas Poned Balowerti (Laporan Tahunan
Puskesmas Poned Balowerti, 2016)
Lemari Es
38
Bagan 2.6 Alur Distribusi Alkes Di Puskesmas Poned Balowerti (Laporan
Tahunan Puskesmas Poned Balowerti, 2016)
kepada masyarakat. Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat
software khusus untuk mengolah dan merekam keluar masuk obat dan BMHP.
Obat yang baru datang, disimpan dalam gudang dan diletakkan berdasarkan
39
berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk dilakukan
manajemen obat dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali,
obat) mencakup laporan dari masing-masing unit kerja (polindes, pustu, apotik).
KEPALA PUSKESMAS
DINKES
masing ruangan (BP, KIA, rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila ada
untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan tersebut. Bila
ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas alat
kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran yang
40
besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas. Laporan Tahunan Puskesmas
atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit
ringan. Pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masing-
masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada kepala
a. Kartu Stelling
Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang
keluar atau masuk serta sisa obat. Mengontrol penggunaan dan pendistribusian
obat. Memantau keseimbangan antara stock obat yang tersisa dengan obat
Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah untuk mencatat mutasi
obat (penerimaan dan pengeluaran) dan data pada kartu stok digunakan untuk
41
menyusun laporan pemakaian obat dengan format Laporan Pemakaian dan
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanan. Form ini mencatat
tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat) atau penerima obat
jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, sisa stok obat pada
kartu stok :
Informasi
Manfaat
digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh
42
Gambar 2.6 Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas
pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan untuk
pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan psikotropika
yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan tiap bulan.
43
Di Puskesmas Poned Balowerti menyediakan obat narkotika contohnya
codein 10 mg. Jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari pihak
pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak
penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di
Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa
stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan
setiap bulan oleh kepala gudang obat. Mengetahui penggunaan serta stok obat
44
Gambar 2.9 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
Laporan farmasi klinis adalah laporan farmasi yang diberikan sebagai bagian
45
h. Laporan Penggunaan Obat Rasional
berdasarkan eviden based medicine. Dan dibuat laporan dalam bentuk laporan
bulanan.
46
Gambar 2.12 Laporan Penggunaan Antibiotika
47