Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH EKSPOR IMPOR TERHADAP PERKEMBANGAN DAN

PEREKONOMIAN DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. IRAWAN, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

DONY SETIAWAN BBA 117 111


FITERI YULINDA SARI BBA 117 087
JEPRI BBA 117 019
OKTAVIA M. SIAHAAN BBA 117 128
OKTAPA JOSUF BBA 117 171
SHEILA A. NURAZIZAH BBA 117 036
YUNITA NOER LAELY BBA 117 196
YOEL NOVENTRI BBA 117 181

JURUSAM MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini berjudul
“Pengaruh Ekspor Impor Terhadap Perkembangan dan Perekonomian di Indonesia” ini
disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Irawan, M.Si Kami berharap
agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
maupun kekurangan baik dari segi tata bahasa, pengetikan serta materi.

Palangka Raya, November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Ekspor Impor ......................................................................................... 3
2.2 Pengaruh Ekspor Impor dalam Perkembangan Perekonomian di Indonesia........... 4
2.3 Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Menurunnya atau meningkatnya Ekspor
Impor bagi Perekonomian di Indonesia ................................................................... 6
2.4 Kebijakan yang di upayakan Pemerintah untuk Meningkatkan Ekspor Impor di
Indonesia.................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang
tidak terdapat di negara lain. Suatu negara akan membutuhkan komoditi yang tidak tersedia
di negaranya tetapi tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan
perdagangan atau pertukaran komoditi dengan negara lain. Terjadilah kegiatan ekspor dan
impor tiap negara.
“Perdagangan internasional ekspor impor adalah kegiatan yang dijalankan eksportir
maupun produsen eksportir dalam transaksi jual beli suatu komoditi dengan orang asing,
bangsa asing, dan negara asing. Kemudian penjual dan pembeli yang lazim disebut eksportir
dan importir melakukan pembayaran dengan valuta asing” Amir (2001:1).
Melimpahnya kekayaan alam di negeri ini menyambut peluang bisnis berskala
internasional. Dengan segudang hasil panen, Indonesia mampu mengekspor beberapa bahan
pangan maupun bahan produksi, seperti kayu atau hasil hutan lain. Kegiatan ekspor impor ini
dijadikan salah satu solusi yang dipilih agar kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi. Maraknya barang impor memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat
Indonesia yang belum diproduksi di negeri sendiri.
Terbatasnya persediaan disuatu negara, kegiatan impor pun digagas. Kegiatan ekspor
impor juga dapat menumbuhkan hubungan harmonis antarbangsa. Dengan perdagangan
internasional ini, banyak pihak dilibatkan dan sama-sama mendapat keuntungan. Baik
keuntungan hasil jual maupun keuntungan atas pemenuhan kebutuhan. Ekspor impor juga
merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang besar pengaruhnya bagi para pebisnis.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri
membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam
antarberbagai produk. Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya
saing suatu produk.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh ekspor impor dalam perkembangan perekonomian di Indonesia?
2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab menurunnya atau meningkatnya ekspor impor
bagi perekonomian di Indonesia?
3. Kebijakan apa saja yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor di
Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh ekspor impor dalam perkembangan perekonomian di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab menurunnya atau meningkatnya
ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.
3. Untuk mengetahui kebijakan yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor
impor di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekspor Impor


“Yang dimaksud dengan kegiatan ekspor adalah perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah Pabean suatu negara dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku” Djauhari (2002:1).
“Ekspor impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih
dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-
negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut dan
darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha-pengusaha
yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda” Hutabarat
(1989:1).
Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama yang
masing-masing alasan menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains from trade) bagi
mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-
bangsa sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh kentungan dari perbedaan-
perbedaan mereka melalui suatu pengaturan dimana mereka setiap pihak melakukan sesuatu
relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan menapai
skala ekonomis (economies of scale) dalam produksi. Dalam dunia nyata, pola-pola
perdagangan internasional menceminkan interaksi dari kedua motif diatas.
Kegiatan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan
rodaperekonomian di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara yang
sangat kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan
internasional.
Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar sangatlah
cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor impor, baik dari segi peraturan yang
selalu diperbarui terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional, kepabeanan,
maupun perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan dan selama ini sering terjadi
permasalahan di lapangan.
Adapun negara-negara yang melakukan perdagangan luar negeri dengan Indonesia
diantaranya: Bangkok, Beijing, Bonn, Brussel, Kairo, Kanbera, Kopenhagen, Hongkong,

3
Kuala Lumpur, Inggris, Manila, Ottawa, New Delhi, Paris, Riyad, Seul, Singapura, Tokyo,
Washington, Taipe, dan masih banyak lagi.

2.2 Pengaruh Ekspor Impor dalam Perkembangan Perekonomian di Indonesia


Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu,
ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya
strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi
ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli
barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai
produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu
produk.
DATA-DATA PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA

Nilai ekspor Indonesia Agustus 2019 mencapai US$14,28 miliar atau menurun 7,60
persen disbanding ekspor Juli 2019. Demikian juga jika dibanding Agustus 2018 menurun
9,99 persen. Ekspor non migas Agustus 2019 mencapai US$13,40 miliar, turun 3,20 persen
disbanding Juli 2019. Demikian juga disbanding ekspor non migas Agustus 2018, turun
7,18persen.

4
Penurunan terbesar ekspor non migas Agustus 2019 terhadap Juli 2019 terjadi pada bahan
bakar mineral sebesar US$157,9 juta (8,23 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi
pada perhiasan/permata sebesar US$168,8 juta (25,31 persen).

DATA-DATA PERKEMBANGAN IMPOR INDONESIA

Nilai impor Indonesia Agustus 2019 mencapai US$14,20 miliar atau turun 8,53 persen
disbanding Juli 2019, demikian pula jika dibandingkan Agustus 2018 turun 15,60 persen.
Impor non migas Agustus 2019 mencapai US$12,56 miliar atau turun 8,76 persen dibanding
Juli 2019, demikian pula jika dibandingkan Agustus 2018 turun 8,77 persen. Impor migas

5
Agustus 2019 mencapai US$1,63 miliar atau turun 6,73 persen dibandingJuli 2019, dan turun
46,47 persen dibandingkan Agustus 2018.

Penurunan impor non migas terbesar Agustus 2019 dibanding Juli 2019 adalah golongan
mesin/pesawat mekanik sebesar US$259,8 juta (9,88 persen), sedangkan peningkatan terbesar
adalah golongan benda-benda daribesi dan baja sebesar US$46,4 juta (14,77 persen).

2.3 Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Menurunnya atau Meningkatnya Ekspor


Impor bagi Perekonomian di Indonesia.
Penyebab krisis ekonomi menurut identifikasi para pakar, adalah sebagai berikut:
1. Fenomena productivity gap (kesenjangan produktifitas) yang erat berkaitan dengan
lemahnya alokasi aset ataupun faktor-faktor produksi.
2. Fenomena diequilibrium trap (jebakan ketidak seimbangan) yang berkaitan dengan
ketidak seimbangan struktur antar sektor produksi.
3. Fenomena loan addiction ( ketergantungan pada hutang luar negeri) yang berhubungan
dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk
mata uang asing (foreign currency).

Dampak krisis ekonomi bagi Indonesia:


Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia
memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata
uang luar yang besar, lebih dari 20 milyar dolar, dan sektor bank yang baik.

6
Tapi banyak perusahaan Indonesia banyak meminjam dolar AS. Di tahun berikut,
ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan
tersebut, level efektifitas hutang dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata
uang lokal meningkat.
Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan
jalur perdagangan dari 8% ke 12%. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus
1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating bebas. Rupiah jatuh lebih
dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi
karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat.
Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moody’s
menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi junk bond.
Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada
November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul di neraca perusahaan.
Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang
disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu
dengan cara menjual rupiah, dan menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Masalah pasar Asean-China dalam kerangka Asean China Free
Trade Agreement(ACFTA) juga menjadi problem yang cukup kompleks. Karena produk hilir
Indonesia tidak mampu bersaing hadapi produk asal China. Sedangkan andalan Indonesia di
pasar bebas Asean-China tersebut lebih pada komoditas primer seperti minyak sawit mentah
(crude palm oil/CPO), karet, dan batu bara. Dengan demikian pasar domestik akan kebanjiran
barang China dan komoditas dari negara Asean lainnya. Implementasi ACFTA bisa menjadi
bumerang jika banjirnyaconsumer goods semakin tak tertahankan.
Faktor pendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai
berikut:
a. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.
b. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara.
c. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi.
d. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk
tersebut.
e. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
7
f. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
h. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

2.4 Kebijakan yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor di


Indonesia.
Beberapa ekonom menyebutkan bahwa Indonesia mengalami perbaikan ekonomi.
Pasar internasional juga sedang menunjukkan pemulihan dengan kemampuan pasar yang
berpotensi menyerap pasokan produk industri nasional.
Jadi ada peluang meningkatkan kinerja ekspor bila Indonesia bisa mengoptimalkan
kapasitas produksi dalam negeri karena pulihnya pasar global. Tentu merumuskan kebijakan
ekspor yang menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam perdagangan internasional
menjadi penting. Prestasi mengangkat kembali nilai ekspor tergantung dari kebijaksanaan
ekonomi yang ditempuh baik yang berada dalam lini bisnis vital maupun pendukung. Baik
yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Kebijakan-Kebijakan perdagangan Internasional yang telah diupayakan oleh
pemerintah, diantaranya:
1. Tarif
Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik
(Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor. Misalnya $6
untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs) adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya,
tarif 25 % atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan
biaya pengiriman barang ke suatu negara.
2. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau
perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tarif, subsidi ekspor dapat
berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari nilai yang
diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor, pengirim
akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestic dan harga luar negeri
sama dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor adalah meningkatkan harga dinegara
pengekspor sedangkan di negara pengimpor harganya turun.

8
3. Pembatasan impor
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang
yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi
kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi
impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju,
masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak
boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap
perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.
4. Pengekangan ekspor sukarela
Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export
Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela (Voluntary Restraint
Agreement = ERA).
VER adalah suatu pembatasan kuota atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara
pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas
ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981.
VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh
negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER
mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya menjadi perangkat
kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun belakangan. Namun dari
sudut pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor
dimana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal bagi negara
pengimpor.
VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingan dengan tarif yang membatasi
impor dengan jumlah yang sama. Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam
tariff menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata
mengakibatkan kerugian.
5. Persyaratan kandungan lokal.
Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan yang
mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota impor minyak
AS ditahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam nilai, yang
mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal dari nilai tambah
domestik. Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara berkembang
yang beriktiar mengalihkan basis manufakturanya dari perakitan kepada pengolahan bahan-

9
bahan antara (intermediate goods). Di amerika serikat rancangan undang-undang kandungan
local untuk kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini belum diberlakukan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekspor impor adalah suatu transaksi menjual dan membeli barang yang dilakukan oleh
dua atau lebih negara untuk mendapatkan barang-barang yang diperlukan di negara yang
bersangkutan. Perkembangan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan
roda perekonomian di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara yang
sangat kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan
internasional. Dan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang diupayakan pemerintah dalam
kegiatan ekspor impor di Indonesia maka seiring waktu, ekspor impor akan semakin menuju
target dari tujuan-tujuan negara Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://berandailmu33.blogspot.com/2016/12/makalah-pengaruh-ekspor-impor-dalam.html
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/09/16/1573/ekspor-agustus-2019-mencapai-us--14-
28-miliar--impor-agustus-2019-mencapai-us--14-20-miliar--turun-8-53-persen-dibanding-
juli-2019-.html

12

Anda mungkin juga menyukai