Anda di halaman 1dari 10

Definisi Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter paud adalah adalah cara berpikir dan


berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,
Menurut (Ditjen Mandikdasmen – Kementerian Pendidikan Nasional).

Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk


membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti (Thomas Lickona)

Mengapa Pendidikan Karakter Harus Dibangun sejak Dini?

 Usia 0-6 tahun otak berkembang sangat cepat (80%)


 AUD lebih cepat menyerap informasi/ perilaku dari lingkungan
sekitarnya
 Pengalaman anak pada tahun pertama menentukan kualitas
kehidupannya dimasa akan datang
 Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh
kecerdasan emosi (80%), hanya 20% kcerdasan kognitif (Daniel
Goleman)
 Hasil penelitian 13 faktor penunjang keberhasilan di dunia kerja (80%)
tergantung dari karakter seseorang

Cakupan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini?

Pendidikan karakter PAUD mencakup aspek-aspek sebagai berikut :


Aspek Spiritual
Aspek Personal/kepribadian
Aspek Sosial
Aspek Lingkungan

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter sendiri dalam PAUD mencakup 9 (sembilan)


pilar sebagai berikut:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya


2. Kemandirian dan Tanggung jawab
3. Kejujuran/Amanah, Bijaksana
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, Suka Menolong, dan GotongRoyong
6. Percaya diri, Kreatif, dan Pekerja Keras
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah hati
9. Toleransi, Kedamaian, dan Kesatuan

Prinsip Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

1. Melalui contoh dan keteladanan


2. Dilakukan secara berkelanjutan
3. Menyeluruh semua aspek perkembangan
4. Menciptakan rasa kasih sayang
5. Aktif memotifasi anak
6. Melibatkan Pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
7. Adanya penilaian

Karakter anak usia dini bisa dibina sejak usia dini dengan menggunakan 3
prinsip yang disebut Triangle Relationship Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
yang meliputi hubungan dengan diri sendiri, hubungan kepada tuhan, dan
hubungan dengan lingkungan baik manusia maupun makhluk hidup lainnya,
silahkan ayah bunda lihat gambar diatas.
Dalam pengamalannya, pendidikan karakter PAUD harus melibatkan
komponen orang tua dan guru dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:

 Ciptakan lingkungan yg nyaman &menyenangkan


 Tersedianya kurikulum & Modul yang berbasis karakter
 Tersedianya guru yg kompeten & berkarakter
 Tersedianya alat bantu mengajar berbasis karakter
 Kerjasama antara sekolah dan ortu

I. PENDAHULUAN
Pendidikan atau Tarbiyah merupakan masdar dari rabba – yurabbiy –
tarbiyatan, yang artinya Mendidik. Mendidik merupakan salah satu langkah
yang penting untuk membentuk insan yang kamil. Dengan pendidikan suatu
bangsa akan menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.
Kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan pekerjaan orang tua yang
mengasuh anaknya sewaktu kecil. Pengasuhan itu meliputi pekerjaan menjaga
dan memelihara fitrah anak menjelang baligh, mengembangkan seluruh potensi
dan kesiapan anak yang bermacam – macam yaitu dengan keterampilan, dan
memberikan pendidikan.
Bagaimana kondisi anak ketika lahir atau dalam keadaan yang bagaimana
anak itu?. Apa saja yang harus dilakukan orang tua terhadap anak yang baru
lahir?. Keterampilan apa yang harus diberikan?, agar setelah anak menjadi
dewasa sudah terbekali, dan pendidikan agama yang bagaimana yang harus
orang tua berikan?. Maka, makalah kali ini akan membahas masalah – masalah
diatas.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Bagaimana hadits tentang anak lahir atas dasar fitrah?
B. Bagaimana hadits tentang aqiqah, memberi nama dan mencukur rambut
anak?
C. Bagaimana Hadits Abi Rafi’ tentang 4 aspek pendidikan?
D. Hadits Tentang Pendidikan Sholat Terhadap Anak Usia 7 Tahun

III. PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Anak Lahir atas Dasar Fitrah
Hadits Abu Hurairah tentang anak lahir atas dasar fitrah

‫ل اه‬
ِ‫َّلل‬ ‫َ ر‬
ُ‫َسُو‬ ‫َال‬‫ل ق‬َ‫َا‬
‫ْه ق‬ ‫َن‬ ‫ِي اه‬
‫َّلل ع‬ ‫َض‬‫ة ر‬ََ َْ
‫ير‬ ‫هر‬ُ ْ
‫َن‬‫ع‬
ُ‫ول‬
‫د‬ َ ‫ي‬
ُ ‫ِال‬
‫ٍ إ‬‫ُْلود‬ َ ْ
‫مو‬ ‫ِن‬
‫ما م‬ َ َ ‫َسَه‬
‫لم‬ ‫ِ و‬‫ْه‬
‫لي‬ََ ‫لى اه‬
‫َّلل ع‬ ‫َه‬‫ص‬
‫َو‬
ْ ‫ِ أ‬
‫ِه‬‫َان‬
‫ِر‬‫َص‬
‫ين‬َُ
‫ِ و‬‫ِه‬
‫دان‬َِ
‫هو‬َ‫ي‬
ُ ‫ه‬ُ‫َا‬‫بو‬ََ
‫َأ‬ ‫َة‬
‫ِ ف‬ ‫ْر‬
‫ِط‬ ْ ‫لى‬
‫الف‬ ََ‫ع‬
َ‫َا‬
‫ء‬ ‫ْع‬‫َم‬ ًَ
‫ة ج‬‫ِيم‬‫به‬ َُ
َ ‫ة‬ ‫َه‬
‫ِيم‬ ْ ُ
‫الب‬ ‫َج‬
‫ْت‬‫تن‬ ‫َم‬
ُ ‫َا‬ ‫ِ ك‬
‫ِه‬ ‫َجِسَان‬
‫يم‬ُ
‫بو‬َُ
‫ل أ‬ُ‫ُو‬
‫يق‬َ ‫ه‬‫ثم‬ُ ‫ء‬
َ‫َا‬
‫دع‬ ‫ْ ج‬
َْ ‫ِن‬
‫ها م‬َ‫ِي‬
‫ن ف‬ َ‫تحِسُّو‬
ُ ْ‫هل‬َ
‫َر‬
َ ‫َط‬
‫ِي ف‬
‫الت‬‫َّللِ ه‬
‫اه‬ ‫ة‬‫ْر‬
ََ ‫ْه (ف‬
‫ِط‬ ‫َن‬ ‫ِي اه‬
‫َّلل ع‬ ‫َض‬‫ة ر‬ََ َْ
‫ير‬ ُ
‫هر‬
ُ
‫ِين‬ ‫َل‬
‫ِكَ الد‬ ‫اه‬
‫َّللِ ذ‬ ‫لق‬
ِ َْ‫ِخ‬
‫َ ل‬ ‫ْد‬
‫ِيل‬‫تب‬َ ‫ها ال‬
َْ
‫لي‬ََ
‫هاسَ ع‬‫الن‬
‫كتاب‬ ‫في‬ ‫البخاري‬ ‫ُ (أخرجه‬ ‫َيِم‬ ْ
‫الق‬
)‫الجنائز‬
Artinya:“Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada
seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikan ia yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang
melahirkan binatang dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa
kekurangan padanya. Kemudian abu hurairah ra. berkata : “fitrah Allah dimana
manusia telah diciptakan tak ada perubahan pada fitrah Allah itu. Itulah agama
yang lurus” (HR al-bukhari dalam kitab jenazah)
Dari hadits diatas dapat dijelaskan bahwa setiap bayi dilahirkan dalam
keadaan suci, artinya, selamatnya watak atau sifat dan bersihnya akal dari hal-
hal yang menjauhkannya dari menerima agama Islam. Seperti mengikuti
sesuatu yang mencegahnya untuk menerima kebenaran, lalu orang tuanya
membuatnya yahudi atau nasrani dengan mengajarkan agama tersebut
sehingga membuat anak senang dengan agama itu atau anak tersebut
mengikuti agama orang tuanya. Secara hukum agama anak itu mengikuti
agama orang tuanya.
Islam itu luhur dan tidak ada yang lebih luhur darinya. Oleh karena apabila
ada seorang anak kecil, yang salah satu orang tuanya memeluk Islam dan yang
lainya tidak memeluk Islam, maka anaknya ikut pada orang tuanya yang
memeluk Islam. Karena orang tua yang Islam lebih berhak atas anak.
Walaupun orang tuanya yang muslim adalah ibunya. Hal ini sesuai dengan
hadist Ibnu Abbas.

ََ
‫نا‬ ‫ْت‬
‫ُ أ‬ ‫ُن‬
‫ل ك‬ ‫ُو‬
ُْ َ ‫َا‬
‫يق‬ ‫هم‬ُْ
‫َن‬‫ِى هللاُ ع‬‫َض‬
‫هاسٍ ر‬‫َب‬
‫بنِ ع‬ْ‫َنِ ا‬
‫ع‬
‫ُم‬
ْ‫ِي‬ ‫َأ‬
‫دانِ و‬َ‫ِْل‬ ْ َ
‫الو‬ ‫ِن‬
‫نا م‬ََ
‫َ أ‬‫ْن‬‫ِي‬ ‫ْع‬
‫َف‬ ‫َض‬
‫ُسْت‬ ْ َ
‫الم‬ ‫ِن‬
‫ِى م‬‫ُم‬‫َا‬
‫و‬
ُ‫َا‬
) ‫ه البخاري‬ ‫َو‬‫ء( ر‬ ‫َ الن‬
ِ‫ِسَا‬ ‫ِن‬‫م‬
Artinya : “Dari Ibnu Abbas ra. Berkata: dahulu aku dan ibuku termasuk orang-orang yang
lemah, aku golongan anak-anak dan ibuku dari golongan perempuan.”(HR.
Bukhari).
Pada saat itu ayah dari Ibnu Abbas yaitu Abbas yang merupakan paman
Nabi belum memeluk Islam, ia masuk Islam setelah perang badar. Hal ini
menunjukkan bahwa Islamnya Ibnu Abbas itu dianggap sah. Oleh karena itu,
apabila ada anak kecil yang memeluk Islam mati, menurut Jumhur Ulama dia
wajib disholati, sehingga bayi yang gugur ( lahir dalam keadaan mati).
Melihat beberapa hadits yang dicontohkan akan tersurat tiga pesan
diantaranya:
a. Bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah
b. Anak lahir itu seperti kertas putih (tabularasa)
c. Bahwa kertas yang putih itu yang menulis adalah orang tuanya
Kata “fitrah” dalam hadits disini menjadi titik permasalahan. Menurut jumhur
ulama’, terdapat tiga pemahaman arti fitrah yaitu:
a. Fitrah adalah suatu keadaan dimana ia terlepas dari dosa-dosa
b. Fitrah dalah sebagai tabi’at dasar manusia yang sudah tertanam sejak lahir
c. Konsep ketuhanan yang sudah ditanamkan dari sejak zaman sebelum
dilahirkan.1[1]

B. Hadits Tentang Aqiqah, Memberi Nama dan Mencukur Rambut Anak


Hadits Samurah tentang hal-hal terhadap anak yang baru lahir

‫ْه‬
ِ ََ
‫لي‬ ‫لى اه‬
‫َّلل ع‬ ‫َه‬ ‫ل اه‬
‫َّللِ ص‬ ُ‫َسُو‬
‫ر‬ َ‫َا‬
‫ل‬ ‫ل ق‬َ‫َا‬‫ة ق‬ََ
‫ُر‬‫ْ سَم‬‫َن‬
‫ع‬
َ
‫ْم‬‫يو‬ ُْ
َ ‫ه‬‫َن‬ ‫ُ ع‬
‫بح‬َ‫ذ‬ْ‫ي‬ُِ‫ِه‬ ‫َت‬
‫ِيق‬‫َق‬‫ِع‬
‫ب‬ ٌ
‫هن‬ َْ
َ‫ت‬‫مر‬ ‫ُالم‬
ُ ُ ْ َ
‫الغ‬ ‫َسَه‬
‫لم‬ ‫و‬
ُ‫ْسُـ‬
‫ه ( أخرجه‬ ‫َأ‬‫ُ ر‬ َ ْ
‫ـلق‬ ‫يح‬َُ ‫يسَم‬
‫هى و‬ َُ ‫ِع‬
‫ِ و‬ ‫السهـاب‬
)‫الترمذي في كتاب االضاحي‬
Artinya : “Dari Samurah RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “(setiap) anak
kecil ( belum baligh ) tergadai (dan) ditebus dengan mengakikahkannya,
disembelih hewan pada hari ketujuh lahirnya, diberi nama dan dicukur
rambutnya”. (HR At-tirmidzi dalam Kitab kurban)
Dalam hadits diatas bahwa rasul telah bersabda dimana ada beberapa hal
yang dilaksanakan setelah bayi lahir diantaranya mengaqiqahi, memberi nama
serta mencukur rambut bayi semua itu dilaksanakan pada hari ketujuh pasca
kelahiran. Dalam hal ini ada hadits lain yang diriwayakan oleh Abu Dawud,
bahwa Rasulullah pernah mengumandangkan adzan dan iqamah di telinga cucu
beliau ( Hasan dan Husain) ketika Fatimah melahirkan.
Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengumandangkan adzan dan iqamah
Mengapa Rasul memberi contoh kepada umatnya tentang perintah
mengumandangkan adzan dan iqamah? Ibnu Qayyim berkata, “Rahasia atau
hikmah mengumandangkan adzan dan iqamah pada bayi yang baru lahir
adalah supaya kalimat pertama kali didengarkan ketika datang di dunia adalah
kalimat tauhid. Hal ini dikarenakan agar sesuatu yang pertama kali menembus
pendengaran manusia adalah kalimat seruan Allah SWT yang mengandung
Kebesaran dan Keagungan-Nya”. Ini sekaligus sebagai pendidikan pertama
kepada anak dalam masalah tauhid / keimanan.
Pengaruh adzan tersebut akan meresap dalam kalbunya dan
mempengaruhinya meskipun dia sendiri tidak mmenyadari. Hikmah dari adzan
adalah syaithan akan lari ketika mendengar, sedangkan syaithan selalu
mengintai anak itu saat dilahirkan. Seperti hadits nabi yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah : “ Tidak ada anak keturunan adam yang dilahirkan kecuali setan
akan menyentuhnya ketika lahir. Maka setan memeras perutnya sehingga bayi
tersebut menjerit karena sentuhan setan, kecuali maryam dan putranya”. (HR.
Bukhari, Muslim dan Ahmad)2[2]
b. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa Arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak
yang baru lahir. Menurut istilah Islam, aqiqah berarti menyembelih binatang
ternak yang berkenaan dengan kelahiran anak sebagai bukti rasa syukur atas
karunia Allah SWT dengan syarat-syarat tertentu. Rasuluallah bersabda:”
Rasulullah telah menyuruh kita agar menyembelih akikah untuk seorang anak
laki-laki dua ekor kambing dan untuk seorang anak perempuan, satu ekor
kambing”. (HR. Ibnu Majah).
Hukum aqiqah menurut sebagian besar ulama adalah sunnah bagi orang
tua yang baru melahirkan. Waktu pelaksanaan aqiqah pada hari ke 7 saat hari
kelahirannya, apabila terlewat maka dapat dilakukan pada hari-hari lain selama
anak belum baligh. Rasulluallah bersabda :”Aqiqah disembelih pada hari ke
tujuh, keempat belas, atau keduapuluh satu (dari lahirnya anak)”. (HR. al-
Baihaqi)3[3]
Seorang anak jika selama hidupnya belum diaqiqahi sedangkan orang tuanya
sudah meninggal maka ia dapat mengaqiqahi dirinya ketika cukup harta.
c. Memotong Rambut
Maksudnya bahwa anak itu tergadai dengan kotoran rambutnya. Nabi
bersabda: “hilangkanlah dari kepalanya, (dengan mencukur rambutnya)”.
Rasulullah menyuruh Fatimah untuk mencukur rambut anaknyadan
bersedekah perak seberat rambutnya. Menurut dzahirnya mencukur rambut
terhadap anak laki-laki ataupun perempuan bersifat umum.
d. Memberi Nama
Memberi nama yang baik adalah kewajiban yang harus ditunaikan orang
tua terhadap anak yang baru lahir. Jangan member nama anak yang akan
membuat anak tertekan, sebab julukan-julukan akan menyakiti hati sang anak.
Karena nama adalah kabar gembira serta harapan orang tua terhadap anak.
Sebaiknya memilih nama untuk anak diusahakan sebagus mungkin. Rasul
bersaabda : ” pada saat hari kiamat kalian akan dipanggil sesuai nama kalian
dan nama bapak kalian, maka baguskanlah nama kalian”. Nama yang paling
disukai atau dicintai Allah SWT adalah: Abdullah, Abdurrahman, atau nama-
nama nabi. Mengambil nama dari Asma’ul Husna dengan menambahi,4[4]
karena memberi nama anak sama persis dengan nama Allah atau Sifat-Nya itu
tidak boleh. Seperti hadits Nabi yang diriwayatkan Ibnu Umar yang artinya :”
Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai dalam pandangan Allah
adalah Abdullah dan Abdurrahman”. (HR. Muslim)5[5]

C. Hadits Abi Rafi’ tentang 4 aspek pendidikan

‫عن أبي رافع قال قلت يا رسول هللا أللولد‬


‫علينا حق كحقنا عليهم قال نعم حق الولد‬
‫على الوالد أن يعلمه الكتابة والسباحة‬
‫والرمي(الرماية) وأن يورثه(وأن ال يرزقه‬
‫من شيوخ بقية‬،‫إال) طيبا (هذا حديث ضعيف‬
‫معين‬ ‫بن‬ ‫يحيى‬ ‫ضعفه‬ ‫الحديث‬ ‫منكر‬
‫والبخاري وغيرهما باب ارتباط الخيل عدة‬
)‫في سبيل هللا عز وجل‬
Artinya :” Dari Abi Rafi’ dia berkata: aku berkata: wahai RasulAllah apakah ada
kewajiban kita terhadap anak, seperti kewajiban mereka terhadap kita?, beliau
menjawab: ya, kewajiban orang tua terhadap anak yaitu mengajarkan menulis,
berenang, memanah, mewariskan dan tidak memberikan rizki kecuali yang baik”.
(hadits ini dhoif, dari beberapa syeikh yang diingkari haditsnya. Di dhoifkan oleh
Yahya bin Mu’in, al-Bukhari dan lainya. Bab mengikat kuda untuk berperang
dijalan Allah azza wajalla)”.
Dalam hadits ketiga bahwa seorang anak memiliki hak dari orang tuanya
yaitu hak pendidikan:
a. Pendidikan menulis
Dalam pendidikan menulis, anak bisa menggunakan tangannya untuk
berekspresi dan mengenal huruf-huruf bacaan sehingga dapat mengembangkan
wawasan anak.
b. Pendidikan berenang
Berenang dianjurkan agar anak dapat menjalankan kehidupan seimbang,
untuk mempertahankan hidup, dan melatih mental untuk bertahan dan
melindungi diri agar tidak tenggelam, tidak mudah menyerah. Sehingga dapat
menanamkan kesabaran anak.
c. Pendidikan memanah
Memanah dianjurkan untuk menanamkan rasa patriotisme dan bersungguh-
sungguh dalam mencapai tujuan hidup.
d. Pendidikan ekonomi
Pendidikan di mana orang tua di anjurkan dapat memberikan rizki yang halal,
karena rizki yang di dapat dan di nikmati oleh anak akan mempengaruhi
terhadap keadaan serta karakter di masa depannya atau masa yang akan
datang.6[6]

D. Hadits Tentang Pendidikan Sholat Terhadap Anak Usia 7 Tahun


Hadits Amer bin Syu'aib tentang pendidikan shalat terhadap anak usia tujuh
tahun
َ‫َا‬
‫ل‬ ‫ِق‬ ‫َد‬
‫ِه‬ ‫ْ ج‬ ‫َن‬
‫ِ ع‬‫ِيه‬‫َب‬
‫ْ أ‬ ‫َن‬ ‫ْبٍ ع‬ ‫بنِ شُع‬
‫َي‬ ْ ‫ِو‬ ‫َم‬
‫ْر‬ ‫ْ ع‬‫َن‬‫ع‬
‫ُوا‬
‫مر‬ُ َ‫لم‬‫َسَه‬
‫ِ و‬‫ْه‬ ََ
‫لي‬ ‫لى اه‬
‫َّلل ع‬ ‫َه‬ ‫ل اه‬
‫َّللِ ص‬ ُ‫َسُو‬
‫ل ر‬ َ‫َا‬‫ق‬
َ
‫ِين‬
‫ِن‬‫ِ س‬ ‫ء سَب‬
‫ْع‬ ُ‫َا‬ َْ
‫بن‬ ‫ْ أ‬ َُ
‫هم‬‫ِ و‬ ‫هالة‬
‫ِالص‬ ‫ْ ب‬‫ُم‬
‫دك‬ ‫َو‬
َ‫ْال‬ ‫أ‬
‫ُوا‬
‫ِق‬‫َر‬
‫َف‬‫ٍ و‬‫َشْر‬
‫ء ع‬ُ‫َا‬‫بن‬َْ
‫ْ أ‬ َُ
‫هم‬ ‫ها و‬ َْ
‫لي‬ ََ‫ْ ع‬ ُ‫بو‬
‫هم‬ ‫ْر‬
ُِ ‫َاض‬‫و‬
‫ِ (أخرجه ابوداود في‬ ‫َاجِع‬‫َض‬ ْ ‫ِي‬
‫الم‬ ‫ْ ف‬
‫هم‬َُ‫ْن‬
‫بي‬َ
)‫كتاب الصالة‬
Artinya :” Dari ‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah
saw. Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia
tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur
sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”.
(HR.Abu Daud dalam kitab sholat)”
Hadits tersebut menerangkan bagaimana mendidik tentang agama pada
anak-anak. Diantara perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada 3 yaitu
perintah melaksanakan shalat, perintah memberikan hukuman bagi
pelanggarannya, perintah mendidik pendidikan seks.
a. Perintah Shalat
Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya diperintah
Rasul agar perintah kepada mereka melaksanakan shalat. Perintah disini
maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah shalat tidak
saat waktu anak berumur tujuh tahun, namun sejak usia 4 tahun atau 5
tahunsudah harus diajak orang tuanya melaksanakan shalat bersama-sama
walaupun belum dilaksanakan secara baik. Nah setelah usia 7 tahun perintah
orang tua hendaknya secara tegas. Dalam riwayat al-Turmudzi Rasulullah
bersabda: “ Ajarkan anak akan shalat sedang ia berumur 7 tahun”. Usia 7 tahun
dalam perkembangan anak disebut usia kritis atau mumayyis dan usia
pendidikan. Pada usia inilah anak sudah mulai berpikir cerdas menangkap
pengetahuanserta dapat berkomunikasi secara sempurna.
b. Memberi Hukuman bagi Pembangkangnya
Perintah shalat pada usia 7 tahun berlanjut pada usia 9 dan 10 tahun,
dimana saat usia diatas 7 tahun anak-anak biasanya mengalami proses
kejenuhan. Kejenuhan inilah yang mengakibatkan anak malas dan
membangkang untuk melakukan perintah-perintah agama yang diperintahkan
Allah melalui orang tua. Maka orang tua diperbolehkan untuk memberikan
hukuman yang berupa pukulan, sikap marah. Pukulan disini adalah hukuman
yang sesuai kondisi atau pukulan bisa diartikan pukulan pada fisik jika
diperlukan. Hukuman pukulan diberikan anak ketika berusia 10 tahun, karena
pada usia ini seorang anak pada umumnya sudah mampu tahan pukulan, asal
jangan dimuka. Hukuman tersebut menunjukan bahwa jika meninggalkan
shalat begitu berat.
c. Pendidikan Seks
Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, maksudnya untuk
menghindari fitnah seks di tempat tidur, karena usia 10 tahun ini usia
menjelang baligh atau remaja. Syekh al-Manawi dalam Fath al-Qadir Syarah al
Jami’ al-Shaghir berkata bahwa perintah memisahkan tempat tidur antar
mereka untuk menghindari gejolak syahwat seksual.7[7]

IV. KESIMPULAN
Dalam ajaran Islam, anak merupakan anugerah dan amanat dari allah swt
yang harus dididik dan dibina, pendidik adalah segala usaha yang harus
dilakukan untuk mendidik anak, sehingga anak bisa dapat berkembang dan
tumbuh serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.
Orang tua adalah termasuk unsur utama yang termasuk dalam pendidikan
anak, dari proses kejadian, pertumbuhan dan perkembangannya, orang tua
dapat menentukan, mau dijadikan apa anak mereka dikemudian kelak.
Ketika anak baru lahir disunnahkan untuk melakukan aqiqahan sebagai
ungkapan rasa syukur, dan diberi nama yang baik dan mencukur rambutnya
serta memberi pendidikan kepada anaknya mulai dari menulis, berenang, dan
pendidikan ekonomi.
Juga memberi pendidikan dan pengajaran dalam hal ibadah yaitu dengan
mengajarkan shalat.

V. PENUTUP
Dengan berakhirnya makalah yang dibuat ini, penyusun menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangum demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai