Anda di halaman 1dari 17

PROSES PEMBUATAN BRIKET

I. Tujuan Pembuatan
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu dan nilai kalor dari briket arang
tempurung kelapa
- Melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar

II. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

 Menghasilkan bahan bakar alternatif untuk usaha uliner dalam mengantisipasi


melonjaknya harga BBM
 Menghasilkan bahan bakar yang alternatif yang ramah lingkungan
 Memanfaatkan limbah pertanian yang umumnya dibuang.

III. Alat dan Bahan yang Digunakan


 Alat yang digunakan
- Neraca analitik
- Oven pengering
- Pan/Loyang pengering
- Top loading balance
- Cawan + penutup
- Desikator

 Bahan yang digunakan


- Batubara 60 mesh
IV. Dasar teori
1.Briket
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan
menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatan. Syarat briket yang baik adalah briket
yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu,
sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kiteria sebagai berikut :
a. Mudah dinyalakan
b. Tidak mengeluarkan asap
c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun
d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama
e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik. (Nursyiwan dan Nuryei, 2005)

Briket batubara memiliki keungggulan sebagai berikut:


a. Murah
b. Panas yang tinggi dan kontinu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
c. Tidak beresiko meledak atau terbakar
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga, dan sumber batubara
berlimpah.

Briket adalah teknologi yang menggunakan proses basah atau kering untuk
mengkompresi bahan baku ke dalam beberapa bentuk. Proses briket kering
memerlukan tekanan tinggi dan tidak memerlukan pengikat. Proses tersebut mahal dan
direkomendasi hanya untuk produksi level tinggi. Sedangkan proses basah hanya
memerlukan tekanan rendah tetapi memerlukan binder (Assureira, 2002).

Beberapa tipe/bentuk briket yang umum dikenal adalah, antara lain :


bantal(oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain.
Kemudian adapun faktor-faktor yang mempengarhui sifat briket adalah berat jenis
bahan bakar atau berat jenis bahan baku, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan
tekanan pada saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan
briket juga mempengaruhi sifat briket.

2.2 Teknologi Pembuatan Briket


Ada tiga jenis briket batubara yang berbeda-beda komposisinya, yaitu:
a. Briket batubara biasa (Non Karbonisasi).

Campuran berupa batubara mentah dan zat perekat (biasanya lempung). Sangat
sederhana dan biasanya berkualitas rendah. Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang
ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun
lebih murah.Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka
pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan
menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul
dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini
umumnya digunakan untuk industri kecil. Pada briket jenis ini komposisi
campurannya adalah batubara 80% – 95%, bahan pengikat 5% – 20%, bahan imbuh
0% -5 %.

b. Briket batubara terkarbonisasi.


Batubara yang digunakan “dikarbonisasi” (carbonised) terlebih dulu dengan cara
membakarnya pada suhu tertentu sehingga sebagian besar zat pengotor, terutama zat
terbang (volatile matters) hilang. Dengan bahan perekat yang baik, briket batubara
yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisinya. Dengan proses
karbonisasi zat – zat yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan
serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya
produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar
50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman
dalam penggunaannya. Bahan baku
utama briket batubara terkarbonisasi adalah batubara dengan persentase antara 80 –
90%, sisanya 5 – 15% merupakan bahan pengikat dan bahan imbuh. Bahan imbuh
yang biasa digunakan adalah kapur dengan kadar maksimum 5% yang berfungsi
sebagai adsorban untuk menangkap SO2.

c.Briket bio-batubara(bio-briket).

Selain kapur dan zat perekat, ke dalam campuran ditambahkan bio-masa sebagai
substansi untuk mengurangi emisi dan mempercepat pembakaran. Bio-masa yang
biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa
sawit, sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk gergaji. Bahan baku briket bio-batubara
terdiri dari : batubara, biomassa, bahan pengikat dan kapur. Komposisi campurannya
adalah batubara 50% – 80%, biomas 10% – 40%, bahan pengikat 5% – l0%, bahan
imbuh (kapur) 0% – 5%.
V. Langkah Kerja
 Penentuan Kadar Air Sisa
a) Memanaskan cawan kosong pada kondisi dimana sampel akan
dikeringkan, mendinginkan cawan beserta tutup dalam desikator
selama 15-30 menit
b) Menimbang 1 gr sampel, menuangkan dalam cawan, menutup dan
menimbang sampai berat konstan (± 0,1 gr)
c) Menempatkan cawan tanpa tutup dalam oven yang telah dipanaskan
pada suhu 107 ± 3˚C, menutup oven, memanaskan selama 1 jam,
membuka oven, cawan diusahakan dengan tutup segera cawan
didinginkan dalam desikator
d) Menimbang segera setelah pencapaian suhu ruang

Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari
batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam batubara.
Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara
dalam bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena
adanya oksidasi terhadap batubara tersebut.
Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni :

1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler
serta pori2 batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.

2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubaraatau di dalam pori2
batubara yang relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.

3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang
mengikatnya, penguapan pada umumnya mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat celcius.
Beberapa badan standarisasi international membuat metode untuk penetapan air kristal ini,
namun jarang orang mempergunakannya, amerika menetapkan bahwa air kristal yang
terdapat di dalam batubara ialah 8% dari kadar abu batubara, sedangkan negara-negara
eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu batubara.

PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA

 Air total contoh batubara adalah jumlah air bebas dan air sisa dari contoh
batubara tersebut.
 Air bebas adalah air yang dibebaskan pada contoh yang dikeringkan dalan suhu
kamar
 Air sisa adalah contoh air yang masih terkandung dalam contoh yang telah
dikeringkan pada suhu kamar.

Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori
batubara baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama
pemanasan.Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan
sampai pada suhu 105 – 110 derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di
dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang
dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air
kristal mineral dan air hasil penguaraian zat organik karena oksidasi, tidak termasuk
sebagai air batubara.

ISTILAH YANG DIPAKAI

Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian


muncullah bermacam istilah yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :

Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium


moisture) dan Adherent moisture (surface moisture, free moisture).
Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous
moisture) dan Residual moisture.

Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis sample)
selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang, seperti
natural moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined moisture, as
received moisture dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN ISTILAH
 Kondisi 1
1. Inherent moisture
Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga
kapiler dan pori-pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara teori
dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100% serta
suhu 30 derajat celcius.Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di kedalaman
aslinya, maka badan-badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk
dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.Standar internasional,
British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah
kondisi dengan tingkat kelembapan 96 – 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan
standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu
30 derajat celcius. sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan moisture
holding capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard (ISO),
British Standard (BS) dan Australia Standard (AS), sedangkan American Standard
(ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture, Moisture Holding Capacity dan
equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan batubara
dan pori-pori batubara yang relatif besar.Surface moisture ialah istilah yang dipergunakan
oleh international standard (ISO),BS,AS sedangkan ASTM mempergunakan istilah free
moisture.Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai
inherent moisture (Adherent moisture = total moisture – inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture pada batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa situasi,
antara lain :
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu penambangan maupun pada kondisi
asalnya di dalam tanah.
2. Taburan air hujan pada tumpukan batubara
3. sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.

Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses


penirisan (drainage), centrifuge, pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan
pemanasan.Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara,
maka semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface
moisture-nya, ini berarti bahwa semakin halus suatu batubara, semakin besar pula surface
moisture-nya.
Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena
adanya ikatan antara moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut dengan
“bridging” sehingga sulit sekali untuk dikurangi, dan apabila mencapai jumlah yang cukup
besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup besar pula, maka akan menimbulkan
masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut (coal handling), oleh karena itulah
pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah partikel halusnya.

 Kondisi 2
1.Total Moisture
ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan
adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau
pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan
nilai residual moisture dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 – % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan total
moisture metode dua tahap (two state determination).

a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru
diterima atau yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi tertentu
sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir
dicapai perbedaan berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan
istilah air dry loss (ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi istilah
tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah free moisture yang
dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah
kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 –
110 derajat celcius, proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual moisture
merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode dua tahap).

 Kondisi 3
1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk mengambarkan
persen jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi
ruangan (suhu dan kelembapan ruangan) yang kadang2 dibantu dengan hembusan kipas
angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan sampai dicapai berat konstan. Pengeringan justru
harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh metode standar. Hal ini dilakukan agar
pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi oksidasi terhadap batubara
tersebut sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini sifatnya
hanya informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya tidak selalu
harus sama.
2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um,
sedangkan ASTM mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air
yang menguap dari contoh yang halus apabila dipanaskan pada suhu 105 – 110 derajat
celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis proximate, istilah lain yang
banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture saja. Nilai
moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis lainnya, yang ada
hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan
apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau
diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.

Tabel.Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen, dan antrasit


Karbon Volatile Matter Calorivic Value Moisture
Gambut 60% > 53% 16,8 MJ/kg > 75% insitu
Lignit 60-71% 53-49% 23,0 MJ/kg 35% insitu
Subbitumen 71-77% 49-42% 29,3 MJ/kg 25-10% insitu
Bitumen 77-87% 42-29% 36,3 MJ/kg 8% insitu
( Muchjidin, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006)

VI. Data Pengamatan


Ukuran Massa Massa Massa Massa Massa
Batubara Cawan + Sampel Cawan setelah 30 setelah 30
Sample (gr) Kosong menit menit
(gr) (gr) pemanasan1 pemanasan2
60 Mesh 23,7598 0,8683 22,7115 23,4846 gr 23,3974 gr

VII. Perhitungan

 Pemanasan 1
Berat sample = (Berat cawan + batubara ) – cawan kosong
= 23,4846 gr – 22,7115 gr
= 0,7731 gr
 Pemanasan 2
Berat sample = (Berat cawan + batubara ) – cawan kosong
= 23,3974 gr – 22,7115 gr
= 0,6859 gr
Kadar Air Bebas=12,8087 %

Kadar Air Sisa (R):

W−H
R =( ) X 100 %
W

0,8683 gr − 0,6859 gr
=( ) X 100 %
0,8683 gr

=21,0065%

 Penentuan Kadar Air Total


𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ( 100−𝐴𝐷𝐿)
%M = ( ) + 𝐴𝐷𝐿
100
21,0065(100−12,8087 )%
=( ) + 12,8087 %
100

= 31,1245%

VIII. Analisis Data

Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu menentukan kadar air total pada sampel batubara.
Kadar air sisa pada batubara adalah kadar air yang secara fisik terikat dalam rongga-rongga kapiler
serta pori-pori batubara yang relatif kecil serta mempunyai tekanan uap air yang lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara (free moisture).
Sampel batubara yang digunakan pada penentuan kadar air sisa ini sebanyak 1 gr yang berukuran
60 mesh. Tahapan-tahapan yang dilakukan secara umum adalah pengeringan, pendinginan, dan
penimbangan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengeringan crussible. Ini dilakukan untuk
menghilangkan air/uap air yang terdapat pada permukaan crussible pada ruang terbuka yang dapat
mempengaruhi penentuan kadar air sisa pada sampel batubara. Pengeringan dilakukan selama 30
menit dengan suhu 107°C. Setelah itu crussible didinginkan pada desikator kemudian ditimbamg.
Kemudian melakukan pengeringan sampel batubara. Batubara dimasukkan kedalam crussible
yang telah didinginkan, lalu crussible yang berisi batubara ditimbang. Lalu dikeringkan didalam
oven dengan suhu 107±3°C selama 30 menit, lalu didinginkan didalam desikator. Kemudian
melakukan pengeringan sekali lagi sampai mendapati berat konstan.

Tujuan pengeringan sampel yaitu untuk mengetahui kadar air yang terikat dalam pori-pori
sampel batubara. Setelah dioven, didinginkan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
batubara setelah dikeringkan selisih dari berat crussible+sampel sebelum dioven dan sesudah
dioven merupakan massa air yang hilang dari batubara. Data yang didapat pada pemanasan 1
adalah 0,7731 gr Pada pemanasan 2 adalah 0,6859 gr.Dari data tersebut dapat dihitung penentuan
kadar air total sebesar 31,1245%
IX. Kesimpulan

 Air Total adalah merupakan jumlah kadar air yang terdiri dari kadar air
bebas dan air sisa .
 Air Sisa adalah air yang terikat secara fisik didalam rongga-rongga kapiler
serta pori-pori batubara yang relatif kecil .
 Kadar air sisa = 21,0065%
 Kadar air total = 31,1245%
X. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet penuntun praktikum analisa batubara.2019.Penentuan kadar air total


pada contoh yang telah dipreparasi.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang
 https://idhamds.wordpress.com/2008/09/15/moisture-batubara-bagian-1/
( Diakses pada tanggal 5 oktober 2019)
 http://rismayantianalisabatubara.blogspot.co.id/2012/02/laporan-analisa-
batubara-di-ptjembayan.html ( Diakses pada tanggal 5 oktober 2019)
XI. GAMBAR ALAT

Desikator Neraca Analitik

Pan Pengering Oven Pengering

Cawan Porselen

Anda mungkin juga menyukai