Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA

Dosen Pembimbing : Ir. Sahrul Effendy.A, M.T.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
Anisa Rahmawati : (0618 4041 1408)
Arrafi Khoirunnisa : (0618 4041 1409)
Fadel Kurnia Artha : (0618 4041 1412)
Hamdhani Nino : (0618 4041 1413)
Ismeini : (0618 4041 1414)
M. Aqil Syaputra : (0618 4041 1416)
Rhevy Liandari M. T. : (0618 4041 1421 )
Kelas : 4 EGB

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PRAKTIKUM TEKNOLGI PEMANFAATAN BATUBARA
UJI KOMPETENSI TEKNOLOGI PEMBRIKETAN BATUBARA

1. Jelakan pengertian briket secara umum

4. Tuliskan prosedur pembuatan briket batubara non-karbonisasi, lengkapi dengan diagram alir

7. Jelaskan pengujian kualitas briket batubara berdasarkan analisis proksimat

10. Jelaskan kerugian dan keuntungan penggunaan briket secara umum

13. Jelaskan kajian ekonomi penggunaan briket, bandingan terhadap penggunaan bahan
bakar
gas, bahan bakar cair dan biomassa

Pembahasan:

1. Pengertian briket secara umum

Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa digunakan sebagai
energi alternatif pengganti , minyak bumi dan energi lain yang berasal dari fosil. Briket
dapat dibuat dari bahan baku yang banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk kayu (serbuk gergaji), bongkol
jagung, daun,dan lain sebagainya.

Sumber:

http://repository.untag-sby.ac.id/665/3/BAB%202.pdf, diakses 21/04/2020 pukul 9:05

4. Prosedur pembuatan briket batubara non-karbonisasi dan Diagram Alirnya:

Prosedur pembuatan:

 Memasukkan batubara ke dalam crusher


 Setelah mendapatkan batubara berukuran kecil dari hasil crushing, batubara tersebut
dibawa ke ball mill.
 Setelah itu, melakukan proses screening(diayak) dengan ukuran -60 mesh
 Mencampurkan batubara halus sebanyak 80-95% dengan air 10% , bahan perekat
20%, Setelah pencampuran di atas, memasukkan hasilnya ke dalam cetakan briket
sesuai dengan model tertentu.
 Setelah dicetak, melakukan pengeringan dengan menjemur briket batubara yang
sudah dicetak atau dengan oven. Setelah kering, briket batubara siap digunakan.

Diagram Alir Proses Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi:

Sumber:

http://my-briket.blogspot.com/2009/04/proses-pembuatan-briket.html

7. Pengujian Kualitas Briket Batubara

Parameter analisis proksimat kualitas briket batubara meliputi, yaitu inherent


moisture, kadar abu, zat terbang, karbon tertambat. Pengujian mengenai kualitas briket
telah dilakukan oleh Tambaria dan Serli (2019). Dalam kajiannya, mereka
membandingkan kualitas briket batubara karbonisasi, briket batubara non-karbonisasi,
briket biomassa, dan briket kayu.

Pada pengujian inherent moisture briket dari penelitiannya, mereka menyebutkan


inherent moisture semua sampel briket masih dalam batas aman blast furnace. Namun,
briket batubara terkarbonisasi dan briket bambu terkarbonisasi sangat direkomendasikan
karena kadar air yang lebih rendah dan akan lebih efektif jika dibakar. Diperoleh hasil
bahwa inherent moisture tertinggi ada pada briket batubara, yaitu 13,24% dan terendah
adalah briket batubara karbonisasi 8,55%. Perbedaan inherent moisture antara briket
batubara dan briket batubara karbonisasi disebabkan oleh proses karbonisasi yang
mengurangi kadar air pada sampel. Briket bambu karbonisasi memiliki inherent moisture
8,91% sedangkan briket kayu memiliki inherent moisture 9,85% yang menandakan bahan
baku bambu dan proses karbonisasi mempengaruhi perbedaan inherent moisture pada
sampel biomassa ini.

Untuk pengujian kadar abu briket, mereka memperoleh hasil kadar abu tertinggi
adalah briket bambu karbonisasi sebesar 14,5% dan briket batubara karbonisasi 13,08%.
Briket batubara memiliki kadar abu 5,74% dan briket kayu memiliki kadar abu 3%. Hasil
analisis kadar abu memperlihatkan proses karbonisasi dapat menyebabkan peningkatan
kadar abu pada briket.

Berdasarkan zat terbang, sampel briket yang memenuhi standar boiler adalah
briket batubara dan briket biomasa karbonisasi. Proses karbonisasi pada briket batubara
dan biomassa dapat meningkatkan kadar karbon sehingga tepat digunakan sebagai
sumber energi alternatif. Hasil penelitiannya mengenai kandungan zat terbang dalam
briket menunjukkan bahwa kandungan zat terbang tertinggi adalah briket kayu sebesar
69,39% dan briket batubara sebesar 40,31%. Zat terbang terendah adalah briket bambu
karbonisasi, yaitu sebesar 8,44% dan briket batubara karbonisasi 19,10%. Hasil analisis
zat terbang memperlihatkan proses karbonisasi dapat menyebabkan penurunan zat
terbang pada briket.

Dari segi karbon tertambat, briket batubara memiliki presentasi karbon tertambat
40,71%. Proses karbonisasi pada batubara dapat meningkatkan karbon tertambat hingga
59,57%. Proses karbonisasi yang dapat meningkatkan karbon tertambat juga terlihat pada
briket bambu karbonisasi dengan karbon tertambat 68,15%. Karbon tertambat terendah
pada penelitian ini adalah briket kayu, yaitu 17,79%. Hal ini menunjukkan bahwa kayu
memiliki presentasi karbon rendah.
Gambar 1. Analisis Proksimat dari Berbagai Macam Jenis Briket

Sumber:

Tambaria, TN., Serli, BFY., 2019. Kajian Analisis Proksimat pada Briket
Batubara dan Briket Biomassa. Jurnal Geosains dan Teknologi. (2019):77-86.

10. Kerugian dan keuntungan penggunaan briket secara umum:

 Keuntungan:
1). Dapat menghasilkan panas pembakaran yang tinggi
2). Asap yang dihasilkan lebih sedikit daripada arang konvensional, sehingga
meminimalisir  pencemaran udara
3). Bentuknya lebih seragam dan menarik, karena dicetak dengan menggunakan alat
cetak sederhana
4). Pembuatan bahan baku tidak menimbulkan masalah dan dapat mengurangi
pencemaranlingkungan
5). Pada kondisi tertentu dapat menggantikan fungsi minyak tanah dan kayu bakar
sebagai sumber energi bahan bakar untuk keperluan rumah tangga
6). Lebih murah bila dibandingkan dengan minyak tanah atau arang kayu.
7). Masa bakar jauh lebih lama daripada arang biasa.

 Kerugian:
1). Biaya awal instalasi cukup tinggi.
2). Tidak dapat diandalkan, karena energi didapatkan alam maka tergantung dengan
faktor alam.
3). Belum cukup efisien.

Sumber:

https://hikayatu.blogspot.com/2012/02/keuntungan-dari-briket-arang-tempurung.html

https://raymoon760.wordpress.com/2013/06/19/manfaat-briket-arang-dan-cara-
pembuatan-briket/

https://www.amazine.co/27018/6-kelebihan-kekurangan-energi-biomassa/

13. Perbandingan Nilai Ekonomis:

Briket organik terbuat dari limbah yang mudah diperoleh, tersedia dalam jumlah banyak
dan harga sangat murah atau malah pada beberapa sampah tersebut (daun dan ranting) bisa
diperoleh secara gratis, serta pembuatannya pun relative mudah (Enik Widarti dkk).

Untuk melihat efisiensi/penghematan bahan bakar, dapat juga dilakukan dengan


membandingkan nilai kalori persatuan rupiahnya. Hal ini dilakukan berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan oleh Enik Sri Widarti dkk. Adapun hasil perbandingan nilai ekonomis
ini dapat dilihat pada Tabel -1 berikut ini.

Tabel – 1. Daftar Efisiensi Bahan Bakar


No. Bahan Bakar Nilai Kalor Harga (Rp/kg) Harga per
(kKal/kg) kKal
(Rp/kKal)
*)
1. Minyak tanah 11.000 8.500 0,773
2. Gas LPG*) 11.900 7.355 0,618
3. Briket K1 3.477,67 1.300 0,374
4. Briket K2 3.175,86 1.300 0,409
5. Briket K3 3.211,32 1.300 0,405
)
* Widarti,dkk (2007)

Dari data perbandingan efisiensi bahan bakar di atas, dapat dilihat bahwa harga per kilo
kalori briket pelepah kelapa sawit jauh lebih murah jika dibandingkan harga minyak tanah
dan gas LPG.

Perbandingan konsumsi energi bahan bakar ini dapatdilihat pada Tabel -7 berikut.
Dimana jika suatu rumah tangga membutuhkan minyak tanah sebanyak 3 liter perhari,
dimana nilai kalori minyak tanah adalah 11.000 kKal, maka kebutuhan energi rumah tangga
terhadap minyak tanah adalah 33.000 kKal/hari. Jika harga minyak tanah saat ini adalah Rp.
8.500,- maka satu keluarga membutuhkan biaya energi sebesar Rp. 25.500 per hari. Nilai
kebutuhan energi minyak tanah ini dijadikan sebagai dasar perbandingan kebutuhan
kebutuhan kalori dari dua bahan bakar yang berbeda yakni LPG dan Briket pelepah kelapa
sawit.

Papilo (2012) telah mengkaji perbandingan secara ekonomi dari penggunaan briket,
minyak tanah, dan LPG. Dalam kajiannya, ia melakukan penelitian menggunakan 3 macam
sampel briket dengan bahan baku berbeda, yaitu dari pelepah kelapa sawit yang berada di
dalam lingkungan UIN Suska Riau, pelepah kelapa sawit pada perkebunan PT Asian Agre
(Kabupaten Pelalawan), dan pelepah kelapa sawit dari perkebunan milik masyakat dari
daerah Pantai Raja (Kabupaten Kampar).
Pada penelitiannya Papilo dapat menghasilkan briket yang ditentukan harganya sebesar
Rp1.300/kg. Harga ini jauh lebih murah dibanding dengan harga bahan bakar lain terutama
minyak tanah dan LPG. Harga minyak tanah dan LPG, menurut Widarti, dkk (2007), sebesar
8.500/lt dan 7.355/kg.
Apabila dikaji dari segi nilai ekonomis, yang ditinjau dari perbandingan harga bahan
bakar per nilai kalorinya, briket pelepah kelapa sawit hasil penelitian diperoleh harga yang
relatif lebih murah. Pada briket pelepah kelapa sawit sampel 1, diperoleh harga
Rp0,374/kKal. Pada sampel 2 Rp 0,409/kKal, dan pada sampel 3, yakni Rp 0,405/kKal,
sedangkan minyak tanah sebesar Rp 0,773/kKal dan gas LPG sebesar Rp 0,618/kKal.
Papilo juga mengkaji perbandingan biaya konsumsi energi rumah tangga untuk
penggunaan briket, minyak tanah, dan LPG. Di setiap harinya, penggunaan minyak tanah
sebanyak 3 liter dengan biaya konsumsi Rp25.500. Biaya penggunaan LPG yang dibutuhkan
adalah Rp20.396,22. Sedangkan penggunaan briket, dimana untuk menggantikan 3 liter
minyak tanah dibutuhkan 10,39 briket pelepah kelapa sawit, biaya konsumsi sebesar
Rp12.335,67.
Dari penelitiannya tersebut, Papilo menyimpulkan bahwa penggunaan briket kelapa sawit
lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar lain, misalnya minyak tanah dan
LPG. Nilai efisiensi penggunaan briket pelepah kelapa sawit untuk menggantikan minyak
tanah adalah sebesar 106,71%. Sedangkan untuk menggantikan LPG efisiensi penggunaan
briket pelepah kelapa sawit adalah 65,34%. Terlihat nilai efisiensi yang cukup besar yang
dihasilkan jika menggunakan briket pelepah kelapa sawit sebagai bahan bakar pengganti
minyak tanah maupun LPG.

Sumber:

Jurnal sain, teknologi dan industri Petir Papilo Program Studi Teknik Industri
Fakultas Sains dan Teknologi – UIN Suska Riau,2012. Diakses pada 21 april 2020

Papilo, Petir. 2012. Briket Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi
Alternatif yang Bernilai Ekonomis dan Ramah Lingkungan. Jurnal Sains, Teknologi dan
Industri. 9 (2): 67-78.)

Anda mungkin juga menyukai