Anda di halaman 1dari 2

7.

Investigasi kecelakaan adalah suatu cara untuk mencari data dan fakta yang
berhubungan dengan kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban jiwa atau kerugian
harta benda. Investigasi kecelakaan dilakukan guna mencari akar penyebab dari
kecelakaan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Yang terlibat adalah
 Pekerja yang memiliki pengetahuan atau memahami tentang proses kerja
 Supervisor di area tempat terjadinya kecelakaan
 Safety officer
 Pimpinan departemen K3 perusahaan
 Pekerja yang kompeten dalam melakukan investigasi kecelakaan
 Para ahli di luar perusahaan (sesuai kebutuhan investigasi)
 Perwakilan dari pemerintah daerah atau polisi setempat.
15. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah suatu Badan
yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsur
pengusaha dantenaga kerja. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
merupakan wadah kerja sama antara unsur pimpinan perusahaan dan tenaga kerja
dalam menangani masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di perusahaan.
Pasal 1 Huruf d Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER04/MEN/1987
Tentang Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja yang menyatakan bahwa: “Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah badan
pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama antara pengusaha dan
pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja”
16. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut dengan
P3K di tempat kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan
tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Selengkapnya baca Permenakertrans No 15 tahun 2008
Cara RJP:
1. Pastikan jalan nafas terbuka pada penderita.
2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu pastikan alat tersebut tidak
bocor (tertutup rapat).
3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor melalui hidung
penderita dengan cara mencapit lubang hidung penderita.
4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (1,5-2 detik pada manusia dewasa).
Tiupan/hembusan merata dan cukup (dada penderita bergerak naik).
5. Periksa nadi penderita selama 5-10 detik dan pastikan nadi penderita masih
terdeteksi.
6. Lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan frekuensi pemberian bantuan
nafas (dewasa : 10-12 kali bantuan nafas per menit).
7. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai dengan bergerak naik
turunnya dada penderita.

Anda mungkin juga menyukai