Anda di halaman 1dari 10

PT.

SINAR SOSRO INDONESIA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja)

Di susun oleh :

NOVIA DWI NISRINA

40040117640005

Dosen Pengampu :

Fahmi A, ST, M.Eng

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA


INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Sinar Sosro Indonesia adalah perusahaan teh siap minum dalam kemasan botol
yang pertama di Indonesia dan di dunia ,didaftarkan pada tanggal 17 Juli 1974 oleh Bapak
Soegiharto Sosrodjojo, yang berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung KM. 28 kelurahan Medan
Satria Bekasi. Sampai saat ini PT. Sinar Sosro sudah mempunyai 14 pabrik yang tersebar
diseluruh Indonesia yakni, di Medan, Palembang, Pandeglang, Jakarta, Tambun, Cibitung,
Ungaran, Gresik, Mojokerto, dan Gianyar. Serta pabrik yang khusus memproduksi air
mineral Prim-A yaitu di Sentul, Sukabumi, Purbalingga dan Pandaan. Saat ini, produk-
produk yang diproduksi oleh PT. Sinar Sosro adalah, Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, S-Tee,
Tebs, Country Choice dan Air Mineral Prim-A. Sama halnya perusahaan lain PT Sinar Sosro
Indonesia mempunyai standar manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja untuk
menunjang proses produksinya.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja
tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan social dan
kesejahteraan para pekerjanya, tapi juga berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas
kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa permasalahan yang ada di dalam perusahaan tersebut?

2. Bagaimana cara menangani permasalahan Keselamatan dan kesehatan kerja yang


timbul pada saat proses produksi?
3. Bagaimana cara agar saat melakukan proses produksi pekerja dapat memastikan
keselamatan kesehatan kerja?

1.3 Tujuan

Untuk mengertahui permasalahan Keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan


dan tanggapan serta solusi dalam permasalahan tersebut.
BAB II
PENGAMATAN PRODUKSI

A. Lokasi / Unit kerja


PT Sinar Sosro Indonesia
Alamat : Jl Raya Ungaran-Solo
Kecamatan : Bergas
Kabupaten : Semarang

Karakteristik bangunan tempat kerja :


Industri pengolahan minuman (kantor, tempat produksi, tempat penyimpanan / gudang,
tempat pengolahan limbah padat dan cair ). Dari tempat tersebut merupakan tempat yang
tertutup.

B. Kelompok Pekerja
Di PT Sinar Sosro jumlah pekerja mencapai kurang lebih 900 orang
C. Keselamatan Kerja
Perusahaan memberikan APD berupa: Masker, sepatu boot, sarung tangan, kacamata,
ear pluge. Namun sebagian dari tenaga kerja ada yang tidak menggunakan APD tersebut
karena mereka beranggapan jika APD tersebut digunakan justru akan mengganggu proses
produksi yang berjalan dan pekerja merasa tidak nyaman ketika memakai APD. (Contoh :
Masker membuat para tenaga kerja merasa kesulitan untuk bernafas, bahan yang digunakan
untuk membuat Ear pluge tersebut tidak nyaman digunakan pada telinga karena terlalu
keras).

D. Tahapan Proses Produksi


1. Pengumpulan Botol kosong
2. Pensortiran Botol yang tidak layak pakai (misal ada botol yang cacat)
3. Pencucian dan sterilisasi Botol
4. Pengisian, pensortiran isi Botol dan penutupan Botol
5. Pemasukan Botol di dalam krat (cratter) dan kemudian di distribusikan
Proses produksi pada PT Sinar Sosro Indonesia setiap hari dimulai pada pukul 08.00
pagi sampai dengan 16.00 sore (shift pertama), jam 16.00 sore sampai dengan jam 24.00
malam (shift kedua), dan jam 24.00 sampai dengan jam 08.00 pagi (shift ketiga). Dan
istirahat tenaga kerja pada shift pertama pukul 12.00-13.00, pada shift kedua pukul 20.00-
21.00 dan pada shift ketiga puku l4.00-05.00.
BAB III
PERMASALAHAN
3.1 Analisis Permasalahan
Masalah kesehatan yang dialami pekerja pada bagian produksi pada PT Sinar Sosro
Indonesia adalah panas pada mesin pencucian botol dan juga di dukung oleh ruangan yang
panas karena fentilasi udara yang kurang. Jarak yang dekat dengan sumber panas seperti pada
mesin pencucian, menyebabkan tenaga kerja memiliki kemungkinan untuk kontak dengan
sumber panas.Tingkat kepanasan pada ruang produksi mencapai 40C .
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha
menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek
yang membahayakan. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Ruam panas (prickly heat)
Dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimanakeringat tidak dapat dengan mudah
menguap dari kulit. Keadaan ini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa
kasus menyebabkan rasa sakityang hebat
b) Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja
seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga
kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruhlingkungan kerja yang tidak nyaman
akibat tekanan panas.
c) Heat cramps
Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yangmenyebabkan hilangnya
garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan
pingsan.Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas.
d) Heat exhaustion
Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum
tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan
normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.
e) Heat stroke
Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik,
kulit kering dan panas.
Selain paparan panas yang tinggi dibagian produksi , pekerja juga mengalami permasalahan
kebisingan akibat pengoperasian alat produksi. Pemaparan bising selama 8 jam perhari,
sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di
atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan
terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah
beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan
sangat merugikan.
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi
dalam 3 kategori:
1. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang
disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi
bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan senjata api.
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan seperti yang
tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
718/Menkes/Per/XI/1987: Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan
sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan
kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga
mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI,
1993).

Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para


pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres,
sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan
karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek, seperti perubahan frekuensi
jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat.
3.2 Tanggapan
Setiap pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yang nyaman digunakan
untuk keselamatan kerja , pemakaian alat pelindung telinga dan pengaturan udara di bagian
produksi untuk menurunkan suhu yang tinggi dengan cara penambahan ventilasi udara dan
kipas angin . Selain itu perlu pemeliharaan dan pemeriksaan alat produksi agar tidak
menimbulkan kecelakaan kerja atau kerusakan alat agar tidak mengganggu proses produksi.
3.3 Solusi
Untuk pekerja yang mengalami permasalahan karena paparan panas yang tinggi dapat
diatasi dengan cara beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur
untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit,untuk pekerja yang mengalami
kelelahan akibat panas dapat dipindahkan ketempat dingin,memberikan kompres dingin, kaki
dimiringkan keatas dan diberi banyak minum cairan yang mengandung elektrolit seperti
calcium, sodium and potassium.Untuk pekerja yang mengalami heat stoke dapat ditangani
dangan mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah.
Segera mencari pertolongan medis.
Untuk mengatasi masalah kebisingan perlu dilakukan komunikasi dengan pihak
perusahaan jika merasa bahwa kebisingan tersebut dapat berbahaya bagi kesehatan
pendengaran para pekerja.
Beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan antara lain:
1. Pihak perusahaan bisa melakukan taksiran risiko kebisingan melalui identifikasi
adakah sumber kebisingan di tempat kerja dan apakah ada pekerja yang terganggu
pendengarannya. Taksiran tersebut harus didasarkan pada informasi yang terpercaya
misalnya dengan terjun langsung. Jika ada pekerja yang melakukan komplain maka
harus diperiksa apakah benar ada sumber kebisingan di tempat kerja.
2. Setelah perusahaan mengetahui adanya sumber-sumber kebisingan di tempat kerja
maka hal yang selanjutnya bisa dilakukan yang melakukan aksi untuk mengurangi
paparan kebisingan tersebut. Misalnya jika sumber kebisingannya berasal dari mesin,
maka bisa memeriksa keadaan mesin tersebut apakah memang beroperasi dengan baik
atau ada kerusakan. Mesin yang terlalu bising bisa diganti dengan mesin yang tidak
terlalu bising jika memang hal tersebut memungkinkan.
3. Perusahaan wajib menyediakan alat pelindung pendengaran. Alat pelindung
pendengaran tersebut disesuaikan dengan tingkat kebisingan dan harus dapat
digunakan saat bekerja. Alat pelindung pendengaran tersebut harus dapat melindungi
pendengaran dan setidaknya dapat melindungi suara 85db di telinga
4. Menyediakan informasi, instruksi, dan pelatihan bagi para pekerja di tempat kerja
yang memiliki polusi suara. Tempat atau sumber kebisingan perlu diberi tanda jika
memang membutuhkan penggunaan alat pelindung. Pekerja juga perlu diberikan
pelatihan untuk penggunaan alat pelindung pendengaran. Di tempat mana saja mereka
harus menggunakan alat tersebut. Pelatihan juga memberikan informasi tentang apa
yang harus dilakukan pekerja jika mereka mengalami gangguan pendengaran karena
bekerja.
5. Memberikan bantuan kesehatan jika ada pekerjanya yang menderita gangguan
pendengaran karena kebisingan di tempat kerja. Kebisingan di tempat kerja memang
kadang tidak langsung berdampak paka pekerja saat itu juga, namun dapat terlihat
efeknya dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan harus terus memantau para
pekerjanya dan lingkungan kerja tersebut agar tidak berbahaya bagi pekerja.
6. Pemilihan alat kerja dan proses kerja yang tepat dapat mengurangi risiko kebisingan
yang terjadi di tempat kerja. Para pekerja dan manajemen perusahaan perlu
melakukan komunikasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi
telinga.

Anda mungkin juga menyukai