Allah
Perintah untuk Bersyukur
Kisah Luqman dalam Al Qur’an diawali dengan penyebutan anugerah hikmah kepadanya dan
perintah untuk bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman :
َولَقَ ْد آت َ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِ هّلِلِ َو َمن يَ ْش ُك ْر فَإِنه َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه
ي َح ِميد ٌّ ِغن َو َمن َكفَ َر فَإ ِ هن ه
َ ََّللا
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, dan Kami perintahkan
kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada-Nya atas hikmah yang
telah dianugerahkan kepada dirinya. Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah
menjelasakan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada
Allah atas apa yang telah Allah berikan kepada-Nya agar Allah senantiasa memberkahinya
dan terus menambah nikmat dan keutamaan kepada dirinya. Allah juga menceritakan bahwa
syukurnya orang yang bersyukur pasti manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan
sebaliknya barangsiapa yang kufur dan enggan bersyukur kepada Allah maka kerugian dan
kesengsaraan juga akan kembali kepada dirinya sendiri. (Lihat Tafsir As Sa’di)
Perintah Allah kepada Luqman dalam ayat ini menjadi pelajaran dan wasiat bagi kita semua,
hendaknya kita sebagai hamba harus senantiasa bersyukur kepada Allah.
Syukur maknanya adalah merealisasikan ketaatan kepada Allah yang telah memberi nikmat
dengan cara meyakininya dalam hati, memuji dengan lisan, dan melakukaan taat dengan
anggota badan. Maka yang terkait dengan syukur meliputi lisan, hati, dan juga seluruh
anggota badan.
Ada perbedaan antara syukur dan pujian. Seseorang bersyukur disebabkan karena adanya
nikmat dari Allah. Adapaun pujian ( )الحمدpenyebabnya adalah adanya kesempurnaan dari
yang dipuji dan adanya pemberian darinya. Sehingga seorang hamba memuji Allah
disebabkan karena dua alasan, yaitu kesempurnaan Allah dan juga memuji-Nya karena
nikmat yang Allah berikan kepada hamba tersebut. Namun memuji hanya terbatas dilakukan
oleh lisan saja. Adapun bersyukur maka meliputi syukur dengan hati, lisan, dan anggota
badan.
Faidah Bersyukur
Allah Ta’ala menjelasakan :
Apa maksud ayat ini ? Para ulama tafsir menjelasakan bahwa pahala syukur akan kembali
kepada orang yang bersyukur. Maka ini merupakan manfaat yang akan kembali kepada
dirinya. Bukanlah maksudnya syukur akan kembali kepada Allah dan memberikan manfaat
untuk Allah, karena hakikatnya Allah tidak mendapat manfaat dari ketaatan hamba-Nya dan
tidak pula mendapat mudharat dari kemaksiatan hamba-Nya. Oleh karena itu faidah dan
manfaat dari besyukur kembalinya kepada orang yang telah bersyukur tersebut.
ي َح ِميد
ٌّ ِغن َو َمن َكفَ َر فَإ ِ هن ه
َ ََّللا
“ Dan barangsiapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)
Perlu diingat, bahwa perbuatan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah sama sekali
tidak akan memberi mudahrat bagi Allah dan sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan Allah
karena Dia adalah Al Ghaniy (Zat Yang Maha Kaya dan Tidak Membutuhkan Selainnya) .
Demikian pula perbuatan orang-orang yang kufur tidak akan mengurangi hikmah dan
keadilan Allah, karena Dia adalah Al Hamiid (Zat Yang Maha Terpuji)
Maka adanya orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah dan ada pula orang-orang yang
berbuat kufur terhadap nikmat tersebut terdapat hikmah di dalamnya. Hikmahnya adalah
untuk membedakan keutaaman syukur dan bahayanya perbuatan kufur. Jika tidak ada
bedanya, maka kondisi manusia akan sama sehingga niscaya tidak bisa terbedakan perbuatan
yang baik dan perbuatan yang buruk.
Faidah Ayat
Surat Luqman ayat ke-12 ini mengandung beberapa faidah :
Demikian pembahasan surat Luqman ayat ke-12. Semoga Allah menjadikan kita termsuk
hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas setiap nikmat yang kita dapatkan.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Sumber bacaan utama : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin
Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah