Anda di halaman 1dari 16

VISIT CAMPUS AND OUTING CLASS (VCOC) 2019

SMAN 1 KRAMATWATU
JAKARTA – JOGJAKARTA 11 S.D 15 DESEMBER 2019

A. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN KEGIATAN


Proses pendidikan adalah upaya sadar manusia untuk meningkatkan kualitas
hidup, kemampuan diri dan perubahan perilaku yang lebih baik. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. CTL
merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi
yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima
strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating,
experiencing, applying, cooperating, dan transfer ini diharapkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, maka SMA
Negeri 1 Kramatwatu memprogramkan kegiatan-kegiatan tersebut yang diantaranya
adalah kegiatan Visit Campus dan Outing Class (VCOC) yang akan dilaksanakan pada
akhir semester gasal. Hal ini didasarkan atas kurikulum sekolah yang menuntut siswa
untuk melakukan pembelajaran di luar sekolah seperti melakukan kunjungan belajar
ke museum, candi, pusat kesenian ataupun di masyarakat tertentu. Untuk itu pada
tahun pelajaran 2019-2020, SMA Negeri 1 Kramatwatu akan mengadakan kegiatan
Visit Campus dan Outing Class (VCOC)ke Jakarta - Jogjakarta bagi siswa kelas X, XI
dan kelas XII.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Maksud dari kegiatan ini adalah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar di luar
sekolah atau langsung dilapangan.
Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu :
1. Siswa mengetahui tentang berbagai hal tentang tempat peningalan sejarah
2. Siswa mengetahui berbagai hal di Museum
3. Siswa mengenal langsung kesenian daerah
4. Siswa mendapatkan pengalaman
5. Siswa melaksanakan tugas mata pelajaran terkait
6. Siswa menjalin kebersamaan dan keakraban

C. TUJUAN DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


Tujuan kegiatan VCOC 2019, diantaranya :
Jakarta : Universitas Indonesia (UI)
Jogjakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Candi Borobudur, Lava Tour
Merapi, Ramayana Ballet, Benteng Vredeburg, Malioboro
Waktu pelaksanaan kegiatan VCOC 2019 adalah :
Rabu s.d Minggu, 11 – 15 Desember 2019

D. JUMLAH PESERTA DAN GURU PENDAMPING


 Peserta Siswa sebanyak 420 orang, dengan rincian :
a. Siswa Putra sebanyak 171 orang
b. Siswa Putri sebanyak 249 orang
 Guru pendamping sebanyak 45 orang
E. TATA TERTIB PESERTA
a. UMUM
i. Peserta Visit Campus and Outing Class 2019 adalah peserta kelas X, XI dan XII yang
terdaftar sebagai peserta yang mendapat izin dari orangtua/wali murid
ii. Menaati segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan Panitia pelaksana atau
pihak yang bertanggungjawab selama dalam perjalanan maupun penginapan dan
obyek wisata.
iii. Menjaga nama baik sekolah, keluarga dan diri sendiri
iv. Peserta tidak diperkenankan membawa peralatan yang membahayakan diri maupun
orang lain.
v. Selama mengikuti kegiatan wajib mengenakan name tag

b. DALAM PERJALANAN
i. Peserta duduk pada tempat duduk yang telah disediakan dengan tertib sesuai
daftar nama pada Bus masing-masing
ii. Peserta tidak boleh pindah Bus dan/atau pergi tanpa seizin Pembimbing
iii. Menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan selama dalam perjalanan dan
diperbolehkan menegur temannya jika mengganggu ketertiban dan keamanan.

c. DI TEMPAT KUNJUNGAN (OBYEK WISATA)


i. Aktif mencatat, mengamati, memotret, mendengar penjelasan dari Tour Guide
(bagi-bagilah tugas oleh ketua kelompok dan buatlah ringkasan di penginapan)
ii. Tidak mencoret-coret benda-benda yang berada di sekitar kita, jadilah siswa
yang baik dan bertanggungjawab
iii. Selalu tampak sopan dan santun sehingga orang lain sangat merasakan
kesantunan tersebut.
iv. Selalu berpakaian rapi, tertutup dan sopan
v. Dalam kunjungan ke UI dan UNY wajib mengenakan seragam dan sepatu.

d. DI TEMPAT PENGINAPAN/HOTEL
i. Peserta menempati ruang/kamar yang telah ditentukan panitia/petugas
ii. Dilarang saling mengunjungi ruang penginapan kecuali dalam keadaan
mendesak dan penting dengan seizing guru pembimbing
iii. Dilarang merokok, membawa dan menggunakan obat terlarang, minuman
keras, senjata tajam, senjata api, petasan dan benda lain yang membahayakan.
iv. Tidak membawa barang apapun yang ada di kamar hotel
e. PAKAIAN
i. Dalam kunjungan ke UI dan UNY mengenakan seragam sekolah Visit Campus
and Outing Class 2019 dan celana/rok panjang serta mengenakan sepatu.
ii. Untuk tempat wisata lainnya gunakan pakaian bebas, rapi, dan sopan.

f. PESERTA DILARANG
i. Membawa/menggunakan senjata api/tajam, obat terlarang, rokok, minuman
keras serta benda lain yang membahayakan
ii. Memisahkan diri dari rombongan
iii. Memakai perhiasan atau benda berharga lainnya secara berlebihan
iv. Berpindah-pindah Bus tanpa seizing guru pembimbing
v. Merusak/mencoret-coret fasilitas umum dalam bentuk apapun juga dan
dimanapun.
vi. Merusak/mencoret-coret fasilitas yang ada di Bus dan tempat penginapan

g. SANKSI DAN HUKUMAN


i. Jika terbukti melanggar tata tertib akan dikenakan sanksi/hukuman berupa
teguran, peringatan keras dan hukuman khusus sesuai kadar pelanggaran.
ii. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib ini akan dicabut dalam buku catatan
pelanggaran siswa
iii. Peserta yang sengaja ataupun tidak sengaja merusak fasilitas umum harus
mengganti kerusakan tersebut
iv. Bagi peserta yang melakukan pelanggaran berulang kali dan/atau melakukan
pelanggaran berat maka tidak dianggap sebagai peserta Visit Campus and
Outing Class (Dipulangkan) tanpa dikembalikan biaya yang dibayarkan dan
harus mengganti kegiatan lain dan membuat laporan.

F. PERLENGKAPAN DAN BARANG BAWAN KEGIATAN


1. Baju seragam Putih Abu + Dasi
2. Baju seragam batik sekolah
3. Kaos VCOC 2019
4. Perlengkapan ibadah sholat
5. Perlengkapan mandi + Handuk (besar dan kecil)
6. Name Tag
7. Pakaian disesuaikan dengan lamanya study tour
8. Peralatan tulis untuk mengumpulkan data
9. Alat komunikasi
10. Obat-obatan pribadi
11. Jaket/sweater
12. Makanan ringan untuk diperjalanan
13. Menyiapkan uang receh untuk ke toilet

G. BARANG-BARANG YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN DIBAWA/DIPAKAI


1. Perhiasan yang berlebihan
2. Uang tunai yang berlebihan
3. Senjata Tajam
4. ROKOK dan minuman keras

H. RUNDOWN KEGIATAN VCOC 2019

HARI/TANGG
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
AL
Berkumpul di depan RM. OKI (padang) Peserta memakai Seragam
05.00 - 05.30
Bukit Kawi Putih Abu + Dasi + Sepatu
Pengecekan peserta dan persiapan Peserta diarahkan ke Bis
05.30 - 06.00
keberangkatan masing-masing
Perjalanan Menuju Kampus Universitas
06.00 - 09.00
Indonesia
Peserta diterima di
09.00 - 11.30 Sosialisasi Kampus Universitas Indonesia
Rabu, Balairung UI
11 Desember Makan siang di area
11.30 – 12.30 ISOMA
2019 kampus UI
Tugas : Membuat plot
12.30 – 15.00 Explore Kampus Universitas Indonesia
denah kampus UI
Solat Ashar dan persiapan keberangkatan
15.00 – 15.30
ke Jogja
Makan Malam di RM.
15.30 – 04.00 Perjalanan menuju Jogjakarta
Pringsewu Km. 207
Rm. Ambarketawang
04.00 - 07.00 Sampai di Jogja + Bersih diri + Sarapan Jogjakarta
Perjalanan menuju Universitas Negeri Peserta memakai seragam
07.00 - 08.00 Yogyakarta batik abu + sepatu
Sosialisasi Kampus Universitas Negeri Peserta kelas XII di Gedung
Yogyakarta (XII) Fak. Ilmu Sosial
08.00 - 11.00
Kamis Kunjungan ke Museum Pendidikan UNY Peserta Kelas X dan XI di
12 Desember (X dan XI) Museum Pend. UNY
2019 11.00 - 12.00 Istirahat dan solat duhur Makan siang di perjalanan

12.00 – 14.00 Perjalanan ke Candi Borobudur


14.00 - 17.00 Eksplore Candi Borobudur
17.00 - 18.30 Perjalanan menuju Rumah makan
18.30 – 20.00 Makan malam & solat magrib Rm. Kopi Legi
HARI/TANGG
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
AL
20.00 – 21.00 Perjalanan menuju Hotel Hotel Bhinneka

21.00 - Check in Hotel + Istirahat


05.00 - 07.00 Bersih diri dan sarapan di hotel
07.00 - 08.00 Perjalanan menuju Lava Tour Merapi
08.00 – 11.00 Lava Tour Gunung Merapi
11.00 - 12.00 Perjalanan menuju Rumah Makan
Rm. Merapi
12.00 - 14.00 Solat Jumat dan Makan Siang
Jumat Ramayana Ballet
13 Desember 14.00 - 15.30 Perjalanan Menuju Candi Prambanan
2019 15.30 - 18.00 Pertunjukkan Ramayana Ballet
18.00 - 18.30 Sholat Magrib Area Candi Prambanan

18.30 - 19.00 Perjalanan menuju Rumah makan


19.00 - 20.30 Makan Malam Rm. Kopi Legi

20.30 – 21.00 Perjalanan pulang menuju hotel


21.00 - Istirahat
05.00 - 07.00 Bersih diri dan Sarapan
Barang Bawaan disimpan
07.00 – 08.00 Persiapan Check Out langsung ke bis masing-
masing
Sabtu Eksplore Malioboro dan Benteng Peserta memakai kaos
08.00 – 12.00
14 Desember Vredeburg VCOC
2019 12.00 – 13.00 Solat Duhur Masjid Agung Yogyakarta
13.00 – 14.00 Perjalanan menuju rumah makan
14.00 – 15.00 Makan siang Rm.
15.00 - Perjalanan pulang menuju Serang Makan malam di
Minggu
15 Desember 04.00 Sampai di Serang
2019
I. SEKILAS OBJEK VCOC 2019
1. CANDI BOROBUDUR
Pra-Pembangunan
Pada abad ke-3 sampai abad ke-5 M, agama Hindu dan Buddha mulai menyebar di
Asia Tenggara, termasuk di Nusantara. Zaman prasejarah di Indonesia pun berakhir kala
prasasti pertama ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta oleh berbagai kerajaan
Hindu di Indonesia.
Pada tahun 732 M, menurut prasasti Canggal, Raja Sanjaya yang beragama Hindu-
Siwa mendirikan Kerajaan Medang di Jawa Tengah. Mereka membangun banyak candi,
lingga, tempat pemujaan bercorak India-Jawa. Kemudian, pengaruh agama Buddha mulai
memasuki zaman keemasannya di Nusantara. Raja-raja Medang berikutnya memeluk
agama Buddha. Mereka menamakan diri sebagai Wangsa Syailendra.
Pembangunan
Candi Borobudur dibangun di daerah Kedu pada tahun 750-825 M oleh Wangsa
Syailendra. Pembangunannya dimulai dari masa pemerintahan Rakai Panangkaran dan
dituntaskan pada masa pemerintahan Smaratungga. Pembangunan Borobudur memakan
waktu 75 tahun. Periode pembangunan candi ini hampir bersamaan dengan pembangunan
Candi Sewu di Dataran Prambanan bersama dengan candi-candi Hindu lainnya, yang
menunjukkan kerukunan hidup di antara umat beragama pada zaman itu.
Menurut legenda, arsitek Candi Borobudur bernama Gunadharma, yang berasal dari India.
Figur wajah Gunadharma konon bisa dilihat dari lekuk Bukit Menoreh tak jauh dari Candi
Borobudur. Arsitektur Borobudur merupakan perpaduan budaya India dan Jawa yang
harmonis dan merupakan mahakarya dunia.
Candi Borobudur merupakan salah satu dari rangkaian tri candi Mendut-Pawon-
Borobudur yang dibangun dalam satu garis lurus jika dilihat dari angkasa. Ini
melambangkan urutan prosesi ritual dari Mendut menuju Pawon lalu menuju Borobudur.
Ketiga candi ini memang memiliki arsitektur, seni pahat, kisah relief, serta unit bangun yang
senada.
Pada tahun 792 M, Raja Smaratungga mendirikan wihara Buddhis bernama Abhayagiri
di puncak bukit situs yang saat ini dikenal dengan nama Kompleks Ratu Boko. Raja dibantu
oleh para biksu Sri Lanka dari wihara Abhayagiri di Sri Lanka.
Pada tahun 824 M, Raja Smaratungga dan putrinya Pramodawardhani memasang citra
dewa-dewi di wihara Buddhis bernama Weluwana (Hutan Bambu) yang diperkirakan ada
di sekitar Borobudur, yakni lokasi yang kini dikenal sebagai Candi Mendut.
Tahap Pembangunan
Pembangunan Borobudur berlangsung selama 75 tahun dengan upaya kolosal.
Pembangunan candi ini tidak dibangun secara terus-menerus dan mulus, namun melalui
berbagai tahapan pembangunan serta berbagai rintangan sehingga mengubah struktur
candi menjadi bangunan seperti sekarang.
1. Tahap pertama: Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan tanah padat bukit
sebagai pondasinya, sehingga tidak seluruhnya menggunakan batu andesit sehingga
membentuk cangkang batu andesit. Pada tahap awal, bagian atas bukit disiangi dan
diratakan, kemudian pelataran datar diperluas. Struktur candi sampai galeri tingkat
kedua telah dibuat sehingga masih tampak seperti piramida berundak.
2. Tahap kedua: Terjadi pemugaran bangunan secara penuh, penambahan material batu
baru, mulai dari tingkat kedua. Terjadi longsor di bagian utara candi. Lalu teras lingkar
atau bagian puncak candi mulai dibangun namun masih tanpa stupa.
3. Tahap ketiga: Kaki candi dibangun untuk menghentikan longsor, sehingga menutupi
relief Mahakarmawibhanga. Kaki candi yang besar dan lebar dibangun untuk
memperkuat struktur candi yang terlalu ramping. Di teras lingkar puncak dibangun tiga
teras lingkar dengan stupa-stupa kecil.
4. Tahap keempat dan kelima: Perbaikan monument tanpa perubahan terhadap rancang
bangun. Pelebaran kaki candi, renovasi, penambahan relief baru di lantai pertama.
Renovasi candi masih dilakukan sampai abad ke-13.
Pasca-Pembangunan
Pada tahun 832, Rakai Pikatan yang beragama Siwa, bertakhta setelah menikahi Ratu
Syailendra bernama Sri Kahulunan. Rakai Pikatan memberikan sumbangan ke berbagai
candi dan wihara Buddhis, termasuk untuk pembangunan Candi Plaosan, namun
mengerahkan sebagian besar sumber daya kerajaan untuk membangun kompleks Candi
Prambanan.
Pemerintahan Rakai Pikatan tidak sepenuhnya damai. Catatan prasasti menyiratkan
perang saudara melawan Pangeran Syailendra bernama Balaputradewa. Pada tahun 850-
an, Rakai Pikatan menang dan menguasai pulau Jawa. Balaputradewa menyingkir ke
Sumatra dan menjadi Raja Sriwijaya.
Makna Arsitek Borobudur
Tubuh candi Borobudur terdiri dari tiga tingkatan utama yaitu:
1. Kamadhatu (dasar candi). Tingkat pertama ini memiliki filosofi buidha, kamadhatu
artinya dunia seperti sekarang ini yang dipenuhi oleh angkara murka dan keserakahan.
2. Rupadhatu (tubuh candi). Tingkat kedua ini memiliki filosofi sebagai manusia sudah
mulai meninggalkan nafsu keduniawian walaupun kadang masih tergoda.
3. Arupadhatu (mahkota candi). Tingkat ketiga ini memiliki arti bahwa manusia sudah
mulai mencapai soksa yaitu tingkat kesempurnaan terakhir yang dicapai manusia.
Candi Borobudur berbentuk seperti bujursangkar dengan ukuran 123 x 123 meter, dan
didirikan dengan menggunakan bukit alami sebagai pondasinya. Tinggi bangunan candi
tanpa mahkota stupa utama adalah 34,5 meter. Jika dipasang mahkota stupa utamanya,
tingginya menjadi 42 meter.
Pada bagian teras bujursangkar terdapat 2.672 pahatan relief yang terdiri dari 1.212
relief dekoratif, dan 1.460 relief kisah. Relief kisah ini meliputi 160 relief tersembunyi
Mahakarmawibhangga yang ada di balik kaki candi. Kaki candi yang lebar dibuat dari
13.000 meter kubik batu untuk mengokohkan struktur candi agar tidak longsor.
Pada dinding luar, serta dinding dalam galeri tingkat pertama dan kedua terpahat 720
relief kisah Jataka dan Awadana, yang mengisahkan mengenai kelahiran lampau Buddha.
Pada dinding dalam galeri tingkat pertama juga terpahat 120 relief kisah Lalitawistara, yang
mengisahkan riwayat hidup Buddha Gautama.
Pada galeri kedua, ketiga, dan keempat terpahat 460 relief kisah Gandawyuha, yang
mengisahkan pencarian pencerahan oleh pemuda Sudhana.
Di bagian teras bujursangkar ini, baik dinding luar dan galeri dipahat dengan relief dan
dihias dengan stupa kecil dan relung berisi arca Buddha duduk bersila setinggi 1,5 meter.
Terdapat 432 arca Buddha dalam relung di teras ini. Arca Buddha dalam relung dalam
posisi duduk bersila, menghadap ke luar. Sikap tangan atau mudra arca di tiap sisi candi
berbeda, dengan rincian:
 Arca Buddha menghadap ke Timur: mudra Bhumisparsa, yang berarti memanggil bumi
sebagai saksi.
 Arca Buddha menghadap ke Selatan: mudra Wara, yang berarti kedermawanan.
 Arca Buddha menghadap ke Barat: mudra Dhyana, yang berarti pengheningan batin.
 Arca Buddha menghadap ke Utara: mudra Abhaya, yang berarti tidak gentar.
 Arca Buddha di pagar teras lingkar: mudra Witarka yang berarti pengerahan akal budi.
 Arca Buddha dalam stupa: mudra Dharmacakra yang berarti memutar Roda Dharma.
Gunung
Pada pandangan pertama, Borobudur tampak seperti kumpulan batu abu-abu, pendek,
dengan banyak stupa. Siluetnya menyerupai perbukitan di sekelilingnya. Siluet ini
menyiratkan suatu gunung.
Mahkota stupa puncak yang tinggi juga makin menegaskan lambang Borobudur
sebagai gunung. Simbol gunung memiliki makna religius penting bagi umat Buddha di
Jawa. Tradisi Jawa membangun biara berundak di tempat tinggi sejak zaman prasejarah
berlanjut hingga kini. Lalu, Borobudur didirikan para raja dari Wangsa Syailendra, yang
berarti “Penguasa Gunung―. Dalam satu prasasti, Borobudur disebut sebagai Sumeru
Buddha Sempurna. Gunung Sumeru adalah gunung mitologi yang menjadi pusat semesta,
tempat raja dewa bertakhta.
Stupa
Borobudur yang puncaknya terdiri dari 72 stupa dan 1 stupa utama, dengan teras
bujursangkar di bawahnya dihiasi ratusan stupa lainnya adalah sebuah stupa raksasa. Dari
jauh, Borobudur bisa dilihat sebagai satu unit stupa tunggal gigantik.
Stupa adalah bangunan Buddhis yang digunakan sebagai tempat penyimpanan abu atau
relik para suciwan. Stupa juga bisa dibangun untuk memperingati suatu peristiwa religius
atau untuk memperoleh jasa kebajikan. Ruang kosong dalam stupa utama mungkin
dahulunya menyimpan relik suci Buddha atau para siswa-Nya.
Mandala
Bentuk Borobudur jika dilihat dari atas membentuk mandala. Mandala adalah peta
yang menggambarkan tatanan semesta maupun sifat batin. Bentuk mandala yang
mendasari arsitektur Borobudur adalah Mandala Dharmadhatu dan Wajradhatu. Teras
Borobudur disusun sesuai dengan kaidah matematis Mandala Wajradhatu.

2. MALIOBORO
Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin
ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan
malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang
kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-
1816 M. pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta
(Kediaman Sultan).
Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata
sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di
bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola
perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung
selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club
(1822), the Dutch Governor’s Residence (1830), Java Bank dan kantor Pos untuk
mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu
yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga
disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada
masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina.
Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas
untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama
(1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua
bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca-
1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam
pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.
Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta,
dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan
kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang
menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut
lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah,
tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai
Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak
di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah
kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor
pemerintah provinsi.
Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi
Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku
yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari
setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya
Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya
gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah
gedung Senisono ditutup.

3. BENTENG VREDEBURG
Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk
menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang
berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan kubu yang
memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan
tembakan jika diperlukan.
Pada dasar meriam di kubu bagian selatan, Kraton Yogyakarta dan beberapa bangunan
bersejarah lainnya termasuk kepadatan lalulintas di sekitarnya terlihat dengan jelas. Dibangun
pada tahun 1765 oleh Belanda, Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi ini
mempunyai beberapa koleksi antara lain:
 Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
 Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan
sampai dengan masa Orde Baru.
 Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional
dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan
Indonesia.SEJARAH
Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang mempunyai
arti "Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah
Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 - 1788 bangunan
disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang
mempunyai arti "Benteng Perdamaian".
Secara historis bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai
perubahan fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada
tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada tahun 1945 -
1977 berfungsi sebagai markas militer RI.
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah. Oleh pemerintah
melalui Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep atas persetujuan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX selaku pemilik, ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan
budaya nusantara pada tanggal 9 Agustus 1980.
Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan dan dibuka untuk
umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November 1992 resmi menjadi "Museum
Khusus Perjuangan Nasional" dengan nama "Museum Benteng Yogyakarta".
Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk
luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan
dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum.

4. MERAPI LAVA TOUR


Siapa yang tak kenal dengan Gunung Merapi. Gunung yang mempunyai ketinggian 2.930
mdpl dan terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini
merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Gunung Merapi juga
merupakan salah satu tempat penting dan sakral bagi masyarakat Yogyakarta selain Keraton
dan Pantai Selatan. Ketiga tempat tersebut berada dalam satu garis lurus yang membentang
dari selatan ke utara. Tidak hanya dianggap sakral oleh masyarakat Jogja saja, Gunung Merapi
juga menjadi salah satu tempat favorit para pendaki karena keindahan pemandangan dari
puncaknya.
Erupsi Besar yang Menyisakan Lautan Pasir yang Luas
Gunung Merapi sampai saat ini masih terus menunjukan aktivitasnya. Erupsi Gunung
Merapi hampir terjadi setiap 5 tahun sekali, karena hal itulah muncul istilah “Merapi tak
pernah ingkar janji” yang dikenal oleh masyarakat yang tinggal disekitarnya. Erupsi besar
Gunung Merapi yang terakhir terjadi pada tahun 2010 lalu. Muntahan material vulkanik serta
lahar dingin saat erupsi tersebut meluluh lantakan hampir semua yang ada bawahnya, termasuk
pemukiman penduduk di kaki Gunung Merapi yang berada diwilayah Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta serta menewaskan ratusan orang dan ribuan penduduk lainnya
harus dievakuasi. Lautan pasir dan batu bekas terjangan lahar dingin pada erupsi tahun 2010
tersebut bisa di telusuri melalui Lava Tour Merapi.
Aktivitas yang bisa dilakukan di Merapi Lava Tour
Petualangan menikmati sisa-sisa erupsi Gunung Merapi dilakukan dengan menggunakan
Jeep seperti yang dilakukan oleh Rambo. Perjalanan Merapi Lava Tour dimulai dari Telogo
Putri yang ada di Kawasan Wisata Kaliurang menyusuri jalanan berbatu dengan sensasi yang
mendebarkan menuju ke beberapa lokasi mulai dari rumah-rumah penduduk yang telah rusak
dan ditinggalkan, Museum Sisa Hartaku, Batu Alien, Bangker tempat pengungsian sampai
dengan sensasi menyusuri Kali kuning.
Museum Sisa Hartaku: Museum Sisa Hartaku merupakan sebuah rumah pribadi milik
penduduk Desa Kinahrejo yang bernama Bapak Riyanto yang rusak terkena terjangan awan
panas akibat erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November 2010 pada pukul 12.04.49.
Waktu terjadinya bencana tersebut bisa dilihat pada sebuah jam yang masih tertempel pada
dinding rumah tersebut. Didalam Museum Sisa Hartaku ini kita juga bisa melihat benda-benda
lain yang ikut rusak dan meleleh seperti sepeda motor, televisi, perabotan rumah tangaa
sampai dengan rangka hewan peliharaan sang pemilik rumah. Melalui benda-benda tersebut
bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan awan panas pada saat kejadian
Batu Alien: Disebut dengan Batu Alien karena batu besar yang terlempar pada saat erupsi
Gunug Merapi ini bentuknya menyerupai alien. Pada permukaan batu tersebut terlihat seperti
wajah manusia lengkap dengan mata, hidung, dan mulut. Tidak sedikit masyarakat yang
menganggapnya sebagai sebuah batu yang keramat.
Bunker Merapi: Bunker ini terletak di kawasan Kaliadem. Bunker ini biasa digunakan
sebagai tempat berlindung jika erupsi terjadi. Bunker ini sudah ada sejak jaman Belanda. Pada
erupsi yang terjadi pada tahun 2006, bungker ini menjadi saksi tewasnya 2 relawan yang
berlindung didalam bangker tersebut. Bunker ini berada persis dibawah Gunung Merapi. Jika
cuaca sedang cerah, dari tempat ini kecantikan puncak Gunung Merapi bisa terlihat dengan
sempurna.
Kali Kuning: Kali Kuning merupakan salah satu sungai yang dilalui oleh aliran lahar dingin
dari Gunung Merapi. Di Kali Kuning ini terdapat dam yang berfungsi untuk memecah aliran
lahar dingin. Sensasi berbeda akan kembali dirasakan pada saat Jeep melintas diatas aliran air.

5. SENDRA TARI (RAMAYANA BALLET) CANDI PRAMBANAN


Sendratari Ramayana Prambanan menggunakan sumber cerita dari Serat Rama
yaitu cerita Ramayana versi sastra Jawa Baru yang paling populer di kalangan
masyarakat. Serat Rama merupakan gubahan Jasadipura I (1729-1802). Menurut
Poerbatjaraka Serat Rama macapat merupakan kitab Jawa masa sekarang yang paling
baik, namun Poerbatjaraka juga mengkritisi penulis Serat Rama yang dianggap kurang
menguasai bahasa Jawa Kuno sehingga sering bagian-bagian yang tidak dipahami
dihilangkan dan diganti.
Serat Rama berbeda dengan Ramayana versi Walmiki yang dianggap sebagai versi
orisinal dari Ramayana. Serat Rama bersumber atau gubahan dari naskah Ramayana
tertua di Indonesia yaitu Ramayana Kakawin, yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno
dalam bentuk syair yang dilagukan (kakawin). Ramayana Kakawin tidak bersumber
kepada Ramayana Walmiki melainkan Ravanavadha karangan Bhatti dari India.[6]
Pada Ramayana Kakawin dan pada pementasan Sendratari Ramayana Prambanan
tidak terdapat kitab atau kanda pertama, Balakanda dan ketujuh, Uttarakanda,
sehingga cerita berakhir setelah Shinta melalui api unggun dan terbukti kesuciannya.
Poerbatjaraka berpendapat bahwa Ramayana Kakawin dibuat sezaman atau setelah
Candi Prambanan berdiri, karena dalam penulisan Ramayana Kakawin penulis
membayangkan percandian Siwa berada di depan matanya. Oleh karena itu relief
Ramayana di Candi Prambanan tidak bersumber pada Ramayana Kakawin, versi
Ramayana Prambanan lebih mirip dengan Hikayat Sri Rama yang ditulis dalam bahasa
Melayu. Serat Rama sendiri memiliki perbedaan dengan Ramayana Kakawin, Serat
Rama diawali adegan istana dan asal-usul keluarga Rahwana, kisah keluarga Rahwana
merupakan kutipan dari Kitab Arjuna Wijaya karya Empu Tantular. Relief cerita
Ramayana di Candi Siwa dan Candi Brahma menceritakan mulai dari kelahiran Rama
hingga penobatan Kusa, putra Rama sebagai raja di Ayodya. Relief Ramayana pada
Candi Siwa terpahat pada 24 bidang dan 42 adegan, sedangkan pada Candi Brahma
terpahat pada 21 bidang dan 30 adegan.
Karena berasal dari sumber yang berbeda, Sendratari Ramayana yang bersumber
dari Serat Rama sedangkan relief Candi Prambanan yang diduga berasal dari Hikayat
Sri Rama, pada pementasan terdapat perbedaan cerita terutama di bagian akhir kisah.
Bagian akhir cerita pada pementasan Sendratari Ramayana Prambanan pun berbeda
dengan Ramayana karya Walmiki, Sendratari Ramayana Prambanan berakhir dengan
pertemuan kembali Rama dan Sita. Sedangkan pada versi Walmiki, kitab ketujuh
menceritakan rakyat Ayodhya masih meragukan kesucian Sita, Rama mengatakan
bahwa Sita perlu membuktikan di mata rakyat dengan mengucapkan sumpah.
Akhirnya Sita berkata “Demi tak sekalipun terlintas dalam hati saya gambaran laki-laki
selain Rama, semoga Dewi Pertiwi mau membukakan pengakuannya dan menelan
saya. Demi saya telah mengucapkan kata yang benar di sini, dan belum pernah
mengakui suami selain Rama, semoga Dewi Pertiwi membukakan pengakuannya dan
menelan saya”, setelah itu bumi terbelah dan muncul Dewi Pertiwi yang memeluk Sita
dan membawanya masuk ke dalam bumi. Usaha Rama sia-sia memohon agar Sita
dikembalikan, akhirnya Rama menyerahkan takhtanya sebagai raja Ayodhya kepada
Kusa dan Lawa, lalu kembali ke khayangan menjadi Dewa Wisnu.

Anda mungkin juga menyukai