Anda di halaman 1dari 21

VISIT CAMPUS AND OUTING CLASS (VCOC)

SMAN 1 KRAMATWATU
JAKARTA – JOGJAKARTA, 11 S.D 15 DESEMBER 2019

A. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN KEGIATAN


Proses pendidikan adalah upaya sadar manusia untuk meningkatkan kualitas hidup,
kemampuan diri dan perubahan perilaku yang lebih baik. Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik
dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/
konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa.
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transfer ini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Selain itu, jenjang pendidikan setelah Sekolah Menengah Atas yang akan ditempuh
oleh siswa memberikan kesempatan kepada kami untuk mengenalkan Universitas beserta isi
dan seluk-beluknya agar siswa memiliki pandangan dan gambaran akan pendidikan apa yang
akan ditempuh setelah SMA.
Dalam rangka mewujudkan kegiatan tersebut, maka SMA Negeri 1 Kramatwatu
memprogramkan yang diantaranya adalah kegiatan Visit Campus dan Outing Class (VCOC)
yang akan dilaksanakan pada akhir semester gasal. Hal ini didasarkan atas kurikulum sekolah
yang menuntut siswa untuk melakukan pembelajaran di luar sekolah seperti melakukan
kunjungan belajar ke museum, candi, pusat kesenian ataupun di masyarakat tertentu serta
mengenal Universitas Negeri ternama sebagai gambaran pendidikan yang akan ditempuh
setelah SMA. Untuk itu pada tahun pelajaran 2019-2020, SMA Negeri 1 Kramatwatu akan
mengadakan kegiatan Visit Campus dan Outing Class (VCOC) ke Jakarta - Jogjakarta bagi
siswa kelas X, XI dan kelas XII.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Maksud dari kegiatan ini adalah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar di luar sekolah
atau langsung dilapangan.
Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu :
1. Siswa mengenal lebih dekat Universitas Negeri ternama di Indonesia, salah satunya
adalah Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Yogyakarta
2. Siswa mengetahui tentang berbagai hal tentang tempat peningalan sejarah
3. Siswa mengetahui berbagai hal di Museum
4. Siswa mengenal langsung kesenian daerah
5. Siswa mendapatkan pengalaman
6. Siswa melaksanakan tugas mata pelajaran terkait
7. Siswa menjalin kebersamaan dan keakraban

C. TUJUAN DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


Tujuan kegiatan VCOC 2019, diantaranya :
Jakarta : Universitas Indonesia (UI)
Jogjakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Candi Borobudur, Lava Tour Merapi,
Ramayana Ballet, Benteng Vredeburg, Malioboro
Waktu pelaksanaan kegiatan VCOC 2019 adalah : Rabu-Minggu, 11-15 Desember 19’

D. JUMLAH PESERTA DAN GURU PENDAMPING


 Peserta Siswa sebanyak 418 orang, dengan rincian :
a. Siswa Putra sebanyak 169 orang
b. Siswa Putri sebanyak 249 orang
 Guru pendamping sebanyak 30 orang
E. TUGAS SISWA/I PESERTA VCOC 2019
1. LKS (LEMBAR KERJA SISWA) - INDIVIDU
Seluruh siswa mengisi LKS yang telah disediakan oleh panitia melalui google form
secara individu dan bersifat “wajib”. Pengisian LKS akan dilaksanakan pada saat sudah
sampai di Jogjakarta
2. VIDEO BLOG (VLOG) BERHADIAH, DENGAN KETENTUAN :
 Tugas Vlog ini bersifat “tidak wajib”, tetapi merupakan tantangan bagi siswa/I
peserta VCOC yang ingin berkontribusi dalam mendokumentasikan kegiatan VCOC
2019 ini.
 Setiap siswa membentuk kelompok yang beranggotakan masing- masing 10 orang,
boleh dari kelas yang berbeda, boleh dari jenjang kelas yang berbeda
 Masing-masing kelompok membuat video blog yang meliput kegiatan VCOC 2019
mulai dari keberangkatan sampai dengan kepulangan, terutama kegiatan visit campus
dan objek wisata yang dikunjungi
 Video blog yang dibuat dengan durasi maksimal 5 menit, dalam video tersebut
disertakan nama dan kelas dari masing-masing kelompok
 Video blog yang telah selesai kemudian diunggah di Instagram dan di tag ke akun
Instagram @smanker_vcoc_2019, maksimal 20 Desember 2019
 Hadiah akan diberikan pada 2 kelompok terbaik yang memenuhi kriteria penilaian
dari dewan juri, dan keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat. SELAMAT
BERKARYA 

F. TATA TERTIB PESERTA


a. UMUM
i. Peserta Visit Campus and Outing Class 2019 adalah peserta kelas X, XI dan XII yang
terdaftar sebagai peserta yang mendapat izin dari orangtua/wali murid
ii. Menaati segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan Panitia pelaksana atau
pihak yang bertanggungjawab selama dalam perjalanan maupun penginapan dan
obyek wisata.
iii. Menjaga nama baik sekolah, keluarga dan diri sendiri
iv. Peserta tidak diperkenankan membawa peralatan yang membahayakan diri maupun
orang lain.
v. Selama mengikuti kegiatan wajib mengenakan name tag
vi. Peserta Dilarang :
 Membawa/menggunakan senjata api/tajam, obat terlarang, rokok, minuman keras
serta benda lain yang membahayakan
 Memisahkan diri dari rombongan (mengunjungi keluarga, saudara dan/atau teman
diluar rombongan)
 Memakai perhiasan atau benda berharga lainnya secara berlebihan
 Berpindah-pindah Bus tanpa seizin guru pembimbing
 Merusak/mencoret-coret fasilitas umum dalam bentuk apapun juga dan
dimanapun.
 Merusak/mencoret-coret fasilitas yang ada di Bus dan tempat penginapan

b. DALAM PERJALANAN
i. Peserta duduk pada tempat duduk yang telah disediakan dengan tertib sesuai daftar
nama pada Bus masing-masing
ii. Peserta tidak boleh pindah Bus dan/atau pergi tanpa seizin Pembimbing
iii. Menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan selama dalam perjalanan agar tidak
mengganggu konsentrasi pengemudi dan diperbolehkan menegur temannya jika
mengganggu ketertiban dan keamanan.

c. DI TEMPAT KUNJUNGAN (OBYEK WISATA)


i. Aktif mencatat, mengamati, memotret, mendengar penjelasan dari Tour Guide (bagi-
bagilah tugas oleh ketua kelompok dan buatlah ringkasan di penginapan)
ii. Tidak mencoret-coret benda-benda yang berada di sekitar kita, jadilah siswa yang
baik dan bertanggungjawab
iii. Selalu tampak sopan dan santun sehingga orang lain sangat merasakan kesantunan
tersebut.
iv. Selalu berpakaian rapi, tertutup dan sopan
v. Dalam kunjungan ke UI dan UNY wajib mengenakan seragam dan sepatu.
vi. Selalu ada pemberitahuan kepada guru pembimbing apabila ada keperluan mendesak
(buang air, sholat atau lainnya)
vii. Tepat waktu datang dan pulang kembali ke bis dari objek wisata

d. DI TEMPAT PENGINAPAN/HOTEL
i. Peserta menempati ruang/kamar yang telah ditentukan panitia/petugas
ii. Dilarang saling mengunjungi ruang penginapan kecuali dalam keadaan mendesak dan
penting dengan seizing guru pembimbing
iii. Peserta dilarang menerima tamu dari pihak luar tanpa seijin panitia guru
iv. Setiap siswa dilarang keluar dr penginapan tanpa sepengetahuan/seijin dr panitia
guru
v. Dilarang merokok, membawa dan menggunakan obat terlarang, minuman
keras, senjata tajam, senjata api, petasan dan benda lain yang membahayakan.
vi. Tidak membawa barang apapun yang ada di kamar hotel
vii. Menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan selama di penginapan
viii. Tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu kenyamanan tamu penginapan
ix. Menjaga kebersihan dan ketertiban di tempat makan/restoran penginapan
x. Antri secara tertib apabila penyedia makan dalam bentuk prasmanan
xi. Apabila telah selesai makan, simpanlah tempat makan pada tempat yang telah
disediakan
xii. Membuang sampah bekas makanan pada tempatnya

e. PAKAIAN
i. Dalam kunjungan ke UI mengenakan seragam putih dan abu-abu serta mengenakan
sepatu dan dasi, kerudung putih bagi siswa muslim putri
ii. Kunjungan ke UNY mengenakan seragam sekolah Batik dan bawahan abu-abu serta
mengenakan sepatu, kerudung abu-abu bagi siswa muslim putri
iii. Kunjungan ke Lava Tour Gunung Merapi mengenakan kaos seragam VCOC 2019.
iv. Untuk tempat wisata lainnya gunakan pakaian bebas, rapi, dan sopan.

f. SANKSI DAN HUKUMAN


i. Jika terbukti melanggar tata tertib akan dikenakan sanksi/hukuman berupa teguran,
peringatan keras dan hukuman khusus sesuai kadar pelanggaran.
ii. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib ini akan dicabut dalam buku catatan
pelanggaran siswa
iii. Peserta yang sengaja ataupun tidak sengaja merusak fasilitas umum harus mengganti
kerusakan tersebut
iv. Bagi peserta yang melakukan pelanggaran berulang kali dan/atau melakukan
pelanggaran berat maka tidak dianggap sebagai peserta Visit Campus and Outing
Class (Dipulangkan) tanpa dikembalikan biaya yang dibayarkan dan harus mengganti
kegiatan lain dan membuat laporan.

G. PERLENGKAPAN DAN BARANG BAWAAN KEGIATAN VCOC 2019


1. Baju seragam Putih Abu + Dasi + Kerudung Putih (Siswi muslim)
2. Baju seragam batik sekolah + Kerudung abu-abu (Siswi muslim)
3. Kaos VCOC 2019
4. Sepatu (Bebas) + Sandal
5. Perlengkapan ibadah sholat
6. Perlengkapan mandi + Handuk (besar dan kecil)
7. Name Tag
8. Pakaian disesuaikan dengan lamanya study tour
9. Peralatan tulis untuk mengumpulkan data
10. Alat komunikasi
11. Power bank
12. Obat-obatan pribadi
13. Jaket/sweater
14. Payung dan jas hujan
15. Makanan ringan untuk diperjalanan
16. Menyiapkan uang receh untuk ke toilet

H. RUNDOWN KEGIATAN VCOC 2019


HARI/TA
NGGAL
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
05.00 - 05.30 Berkumpul di depan SMP Negeri 1 Peserta memakai Seragam
Rabu, Kramatwatu Putih Abu + Dasi + Sepatu
11 05.30 - 06.00 Pengecekan peserta dan persiapan Peserta diarahkan ke Bis
Desember keberangkatan masing-masing
2019 06.00 - 09.00 Perjalanan Menuju Kampus Universitas
Indonesia
09.00 - 11.30 Sosialisasi Kampus Universitas Indonesia Peserta diterima di
Balairung UI
11.30 – 12.30 ISOMA Makan siang di area kampus
UI
12.30 – 15.00 Perjalanan menuju Jogjakarta
15.00 – 15.30 Istirahat dan solat ashar di rest area sekitar Peserta berganti pakaian
15.30 – 04.00 Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Makan Malam di RM.
Jogjakarta Pringsewu Km. 207
Kamis 04.00 - 07.00 Sampai di Jogja + Bersih diri + Sarapan Rm. Ambarketawang
12 Jogjakarta
Desember 07.00 - 08.00 Perjalanan menuju Universitas Negeri Peserta memakai seragam
2019 Yogyakarta batik abu + sepatu
08.00 - 11.00 Sosialisasi Kampus Universitas Negeri Peserta kelas XII di Gedung
Yogyakarta (XII + X IPS + XI IPS) – Gedung FIS Fak. Ilmu Sosial
Kunjungan ke Museum Pendidikan UNY (X Peserta Kelas X dan XI di
MIPA dan XI MIPA) Museum Pend. UNY
11.00 - 12.00 Istirahat dan solat duhur Peserta berganti baju,
memakai kaos VCOC 2019
12.00 – 14.00 Perjalanan ke Candi Borobudur Makan siang di perjalanan
14.00 - 17.00 Eksplore Candi Borobudur Peserta dihimbau tidak
membawa makanan dan
minuman yang berlebihan dari
luar area candi
17.00 - 18.30 Perjalanan menuju Rumah makan
18.30 – 20.00 Makan malam & solat magrib Rm. Kopi Legi
20.00 – Perjalanan menuju Hotel Hotel Bhinneka
21.00
21.00 - Check in Hotel + Istirahat
Jumat 05.00 - 07.00 Bersih diri dan sarapan di hotel
13 07.00 - 08.00 Perjalanan menuju Lava Tour Merapi Peserta membawa baju
Desember ganti dan alat mandi
2019
08.00 – 11.00 Lava Tour Gunung Merapi
11.00 - 12.00 Perjalanan menuju Rumah Makan Rm. Merapi
12.00 - 14.00 Sholat Jumat dan Makan Siang Siswa putra muslim bersih diri
terlebih dahulu dan bersiap
solat jum’at, dilanjutkan
dengan siswa putri
14.00 - 15.30 Perjalanan Menuju Candi Prambanan Ramayana Ballet
15.30 - 18.00 Pertunjukkan Ramayana Ballet Peserta berpaiakan rapid
dan sopan
18.00 - 18.30 Sholat Magrib di Area Candi Prambanan Setelah selesai solat, peserta
langsung menuju bis masing-
masing
18.30 - 19.00 Perjalanan menuju Rumah makan Rm. Kopi Legi
19.00 - 20.30 Makan Malam
20.30 – 21.00 Perjalanan pulang menuju hotel
21.00 - Istirahat
Sabtu 05.00 - 07.00 Bersih diri dan Sarapan
14 07.00 – Persiapan Check Out Barang Bawaan disimpan
Desember 08.00 langsung ke bis masing-
2019 masing
08.00 – 11.00 Eksplore Benteng dan Malioboro Vredeburg
11.00 – 12.30 Perjalanan menuju Rumah Makan
12.30 – 14.00 Sholat duhur dan makan siang Rm. Grafika
14.00 - Perjalanan pulang menuju Serang Makan malam di Rm.
Pringsewu Km.101
Minggu 02.00 Sampai di Serang Sayonara 
15
Desember
2019
I. SEKILAS OBJEK VCOC 2019
1. UNIVERSITAS INDONESIA (UI)
Cikal bakal Universitas Indonrsia bermula dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Vaksin
(Opleiding van eleves voor de genees-en helkunde en vaccine) pada tahun 1849 berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Hindia Belanda.[12] Ketika itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan
sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten dokter tambahan. Pelajar di sekolah itu
mendapatkan pelatihan kedokteran selama dua tahun. Lulusannya diberikan sertifikat untuk
melakukan perawatan-perawatan tingkat dasar serta mendapatkan gelar Dokter
Jawa[13] (Javanese Doctor), bergelar demikian karena dokter ini hanya diberi izin untuk
membuka praktik di wilayah Hindia Belanda, terutama di pulau Jawa. Pada tahun 1864, program
pendidikan tersebut ditambah waktunya menjadi tiga tahun, dan pada tahun 1875 menjadi 7 tahun.
Gelar yang diberikan pun berubah menjadi Dokter Medis (Medical Doctor).
Pada tahun 1898, pemerintah kolonial mendirikan sekolah baru untuk melatih tenaga medis,
yaitu STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Pendidikan di STOVIA berlangsung
selama 9 tahun: 3 tahun setingkat SMP, tiga tahun setingkat SMA, dan tiga tahun lainnya setingkat
Diploma. Banyak lulusan STOVIA yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan
kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1924 pemerintah kolonial mendirikan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia -
Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) yang bertujuan untuk memenuhi tenaga administrasi sipil
rendahan. RHS inilah yang menjadi cikal-bakal Fakultas Hukum UI. Pada tahun 1927 mengubah
status dan nama STOVIA menjadi GHS (Geneeskundige Hogeschool). Gedung pendidikan dan
pelatihan kedokteran yang digunakan GHS menjadi gedung Fakultas Kedokteran UI saat ini.
Banyak alumni GHS yang kemudian berperan besar dalam pendirian Universitas Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Badan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 di
Jakarta. BPTRI memiliki dua fakultas (waktu itu disebut perguruan tinggi), yaitu Perguruan Tinggi
Kedokteran dan Perguruan Tinggi Hukum/Kesusasteraan. Ketua BPTRI adalah Prof. dr. Sarwono
Prawirohardjo. Perguruan Tinggi Kedokteran dibuka secara resmi pada tanggal 1 Oktober 1945.
[16]:12} Pada tahun yang sama, institusi ini berhasil meluluskan 90 orang sebagai dokter. Ketika
tentara kolonial Belanda kembali menguasai Jakarta pada akhir tahun 1945, BPTRI dipindahkan
ke Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Pada tanggal 21
Juni 1946 NICA mendirikan sebuah Nood Universiteit atau Universitas Sementara di Jakarta.
Pada tanggal 21 Maret 1947, nama Nood Universiteit diganti menjadi Universiteit van
Indonesie (UVI). Akhirnya, setelah Jakarta berhasil diambil alih kembali, pemerintah
mengembalikan BPTRI ke Jakarta dan menggabungkannya dengan Universiteit van Indonesie, dan
memberinya nama baru Universiteit Indonesia (UI).
Universitas Indonesia (UI) secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950 dengan
presiden (saat ini disebut rektor) pertamanya Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerio.
Kantor Presiden Universiteit Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung
Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan
bekas pabrik madat di Jl. Samlemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian
dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia.
Awalnya, UI memiliki 9 fakultas dan 3 lembaga yang tersebar di lima kota, yaitu Fakulteit
Kedokteran, Fakulteit Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat, serta Fakulteit Sastra dan
Filsafat di Jakarta; Fakulteit Ilmu Alam dan Ilmu Pasti, Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik, dan
Lembaga Pendidikan Guru Menggambar di Bandung; Fakulteit Pertanian dan Fakulteit
Kedokteran Hewan di Bogor; Fakulteit Ekonomi di Makassar; Fakulteit Kedokteran dan
Lembaga Kedokteran Gigi di Surabaya.
Pada tahun 1955, Undang-Undang No. 10 tentang pengubahan kata universiteit, universitet,
dan universitit disyahkan, sehingga sejak itu, Universiteit Indonesia secara resmi diubah namanya
menjadi Universitas Indonesia.
Berangsur-angsur fakultas-fakultas yang berada di daerah memisahkan diri membentuk
lembaga pendidikan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam di Bandung memisahkan diri menjadi Institut Teknologi
Bandung. Selanjutnya pada 1 September 1963 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran
Hewan UI memisahkan diri pula menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB), fakultas di Surabaya
menjadi Universitas Airlangga, dan di Makassar menjadi Universitas Hasanuddin.
Pada 1964 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Jakarta dan kini berubah kembali menjadi Universitas Negeri Jakarta.
Ketika Orde Baru dimulai pada tahun 1966, pemerintah menunjuk beberapa guru besar UI
untuk menduduki jabatan menteri dengan tujuan untuk memulihkan kembali situasi ekonomi
nasional. Sejak saat itu, UI secara konstan telah memberikan kontribusi nyata pada usaha-usaha
pemerintah untuk meraih kemakmuran nasional.
Kampus UI saat itu berada di Salemba dan Rawamangun. Kampus Salemba terdiri dari fakultas-
fakultas eksakta, yaitu Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik (FT),
Fakultas Matematika, Ilmu Pasti dan Alam (FMIPA); sementara kampus Rawamangun terdiri dari
fakultas-fakultas non-eksakta, yaitu Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Sastra (FS). Baru pada tahun 1988 sebagian besar
kampus pindah ke Depok, sementara kampus Salemba diperuntukkan bagi Pasca-Sarjana. Kampus
di Rawamangun diberikan kepada IKIP Jakarta, yang kemudian berubah menjadi Universitas
Negeri Jakarta (UNJ).
Dalam sepuluh tahun terakhir, dinamika perkembangan internal dan eksternal yang
melingkupi UI sangat terasa pengaruhnya terhadap pasang surut kondisi UI. Di antaranya adalah,
disahkannya oleh pemerintah UU no 12 / 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang kemudian menjadi
naungan bagi status hukum UI. Menurut UU tersebut, Perguruan Tinggi BHMN dan Perguruan
Tinggi BHMN yang telah berubah menjadi Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dengan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, ditetapkan sebagai
Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH). Pelaksaaan UU tersebut, khususnya pasal 66 ayat (2),
mengantarkan kepada ditetapkannya oleh pemerintah PP No. 68 / 2013 tentang Statuta Universitas
Indonesia (Statuta UI)

2. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (UNY)


Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta tidak lepas dari perkembangan IKIP
Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan PP 37/1950, pada 23
Januari 1951, Universitas Gadjah Mada. Dalam perkembangan UGM, ada beberapa fakultas
yang menjadi cikal bakal lahirnya IKIP Yogyakarta, seperti Fakultas Pendidik (FIP), Fakultas
Pendidikan Jasmani (FPD), dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Berdasarkan SK
Mentri PDK 92, 1962 berdiri Institut Pendidikan Guru (IPG). Sementara itu, IPG dan FKIP adalah
bidang pendidikan. Dari situ keluar Keputusan Presiden RI No.1, 1963 pada 3 Januari 1963 yang
memutuskan penyatuan FKIP dan IPG menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
Pelaksanaan Keppres ini menetapkan berdirinya IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta,
dan IKIP Malang yang resminya berdiri pada 1 Mei 1963.
Perkembangan IKIP Yogyakarta sendiri, pada 1982 menyelenggarakan 6 fakultas, yakni Ilmu
Pendidikan (FIP), Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FPMIPA), Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (FPTK), dan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK). Dua tahun
kemudian, lembaga ini menyelenggarakan sebanyak 30 jurusan dengan 36 program studi, pada
1996 berkembang menjadi 37 program studi.
Pada 1990 muncul wacana untuk pengembangan IKIP Yogyakarta menjadi Universitas.
Beberapa hal yang mendukung gagasan itu adalah alumnus banyak yang tidak hanya bekerja di
dunia pendidikan, tetapi banyak juga yang bekerja di bidang nonkependidikan.
Pada 1996 perkembangan gagasan itu dapat direalisasikan, bahkan keluar Surat Keputusan Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud, pada 20 Juni 1996 yang menetapkan IKIP Yogyakarta juga 3 IKIP
lainnya (IKIP Medan, IKIP Padang, dan IKIP Malang) diberi perluasan tugas ke arah perubahan
kelembagaan menjadi universitas.
Tahap yang dikerjakan IKIP Yogyakarta, pada 1997 dibuka 12 program studi nonkependidikan
jenjang S1 dan D3 pada tiga fakultas, yakni FPBS, FPMIPA, dan FPTK. Pada tahun akademik
1999/2000 dibuka dua program studi di FPIPS dan satu di FPOK. pada 14 Agustus 1999,
Universitaas Negeri Yogyakarta telah sah menjadi lembaga pendidikan tinggi negeri yang
berkedudukan di Yogyakarta dengan menyelenggarakan enam fakultas, yakni Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Teknik (FT), Ilmu Pendidikan (FIP), Bahasa dan Seni (FBS),
Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE), dan Ilmu Keolahragaan (FIK).
Pada perkembangannya FISE pun berkembang menjadi dua fakultas yaitu Fakultas Ilmu
Sosial (FIS) dan Fakultas Ekonomi (FE) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja UNY pada tanggal 22 Juni 2011.
Dengan demikian tanggal 22 Juni 2011 ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta dan dengan demikian hingga kini terdapat tujuh fakultas, yaitu
FMIPA, FT, FIP, FBS, FIS, FE dan FIK.

3. CANDI BOROBUDUR
Pra-Pembangunan
Pada abad ke-3 sampai abad ke-5 M, agama Hindu dan Buddha mulai menyebar di Asia
Tenggara, termasuk di Nusantara. Zaman prasejarah di Indonesia pun berakhir kala prasasti
pertama ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta oleh berbagai kerajaan Hindu di
Indonesia.
Pada tahun 732 M, menurut prasasti Canggal, Raja Sanjaya yang beragama Hindu-Siwa
mendirikan Kerajaan Medang di Jawa Tengah. Mereka membangun banyak candi, lingga, tempat
pemujaan bercorak India-Jawa. Kemudian, pengaruh agama Buddha mulai memasuki zaman
keemasannya di Nusantara. Raja-raja Medang berikutnya memeluk agama Buddha. Mereka
menamakan diri sebagai Wangsa Syailendra.
Pembangunan
Candi Borobudur dibangun di daerah Kedu pada tahun 750-825 M oleh Wangsa Syailendra.
Pembangunannya dimulai dari masa pemerintahan Rakai Panangkaran dan dituntaskan pada masa
pemerintahan Smaratungga. Pembangunan Borobudur memakan waktu 75 tahun. Periode
pembangunan candi ini hampir bersamaan dengan pembangunan Candi Sewu di Dataran
Prambanan bersama dengan candi-candi Hindu lainnya, yang menunjukkan kerukunan hidup di
antara umat beragama pada zaman itu.
Menurut legenda, arsitek Candi Borobudur bernama Gunadharma, yang berasal dari India. Figur
wajah Gunadharma konon bisa dilihat dari lekuk Bukit Menoreh tak jauh dari Candi Borobudur.
Arsitektur Borobudur merupakan perpaduan budaya India dan Jawa yang harmonis dan merupakan
mahakarya dunia.
Candi Borobudur merupakan salah satu dari rangkaian tri candi Mendut-Pawon-Borobudur
yang dibangun dalam satu garis lurus jika dilihat dari angkasa. Ini melambangkan urutan prosesi
ritual dari Mendut menuju Pawon lalu menuju Borobudur. Ketiga candi ini memang memiliki
arsitektur, seni pahat, kisah relief, serta unit bangun yang senada.
Pada tahun 792 M, Raja Smaratungga mendirikan wihara Buddhis bernama Abhayagiri di
puncak bukit situs yang saat ini dikenal dengan nama Kompleks Ratu Boko. Raja dibantu oleh
para biksu Sri Lanka dari wihara Abhayagiri di Sri Lanka.
Pada tahun 824 M, Raja Smaratungga dan putrinya Pramodawardhani memasang citra dewa-dewi
di wihara Buddhis bernama Weluwana (Hutan Bambu) yang diperkirakan ada di sekitar
Borobudur, yakni lokasi yang kini dikenal sebagai Candi Mendut.
Tahap Pembangunan
Pembangunan Borobudur berlangsung selama 75 tahun dengan upaya kolosal. Pembangunan
candi ini tidak dibangun secara terus-menerus dan mulus, namun melalui berbagai tahapan
pembangunan serta berbagai rintangan sehingga mengubah struktur candi menjadi bangunan
seperti sekarang.
1. Tahap pertama: Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan tanah padat bukit sebagai
pondasinya, sehingga tidak seluruhnya menggunakan batu andesit sehingga membentuk
cangkang batu andesit. Pada tahap awal, bagian atas bukit disiangi dan diratakan, kemudian
pelataran datar diperluas. Struktur candi sampai galeri tingkat kedua telah dibuat sehingga
masih tampak seperti piramida berundak.
2. Tahap kedua: Terjadi pemugaran bangunan secara penuh, penambahan material batu baru,
mulai dari tingkat kedua. Terjadi longsor di bagian utara candi. Lalu teras lingkar atau bagian
puncak candi mulai dibangun namun masih tanpa stupa.
3. Tahap ketiga: Kaki candi dibangun untuk menghentikan longsor, sehingga menutupi relief
Mahakarmawibhanga. Kaki candi yang besar dan lebar dibangun untuk memperkuat struktur
candi yang terlalu ramping. Di teras lingkar puncak dibangun tiga teras lingkar dengan stupa-
stupa kecil.
4. Tahap keempat dan kelima: Perbaikan monument tanpa perubahan terhadap rancang bangun.
Pelebaran kaki candi, renovasi, penambahan relief baru di lantai pertama. Renovasi candi
masih dilakukan sampai abad ke-13.
Pasca-Pembangunan
Pada tahun 832, Rakai Pikatan yang beragama Siwa, bertakhta setelah menikahi Ratu
Syailendra bernama Sri Kahulunan. Rakai Pikatan memberikan sumbangan ke berbagai candi dan
wihara Buddhis, termasuk untuk pembangunan Candi Plaosan, namun mengerahkan sebagian
besar sumber daya kerajaan untuk membangun kompleks Candi Prambanan.
Pemerintahan Rakai Pikatan tidak sepenuhnya damai. Catatan prasasti menyiratkan perang
saudara melawan Pangeran Syailendra bernama Balaputradewa. Pada tahun 850-an, Rakai Pikatan
menang dan menguasai pulau Jawa. Balaputradewa menyingkir ke Sumatra dan menjadi Raja
Sriwijaya.

Makna Arsitek Borobudur


Tubuh candi Borobudur terdiri dari tiga tingkatan utama yaitu:
1. Kamadhatu (dasar candi). Tingkat pertama ini memiliki filosofi buidha, kamadhatu artinya
dunia seperti sekarang ini yang dipenuhi oleh angkara murka dan keserakahan.
2. Rupadhatu (tubuh candi). Tingkat kedua ini memiliki filosofi sebagai manusia sudah mulai
meninggalkan nafsu keduniawian walaupun kadang masih tergoda.
3. Arupadhatu (mahkota candi). Tingkat ketiga ini memiliki arti bahwa manusia sudah mulai
mencapai soksa yaitu tingkat kesempurnaan terakhir yang dicapai manusia.
Candi Borobudur berbentuk seperti bujursangkar dengan ukuran 123 x 123 meter, dan
didirikan dengan menggunakan bukit alami sebagai pondasinya. Tinggi bangunan candi tanpa
mahkota stupa utama adalah 34,5 meter. Jika dipasang mahkota stupa utamanya, tingginya
menjadi 42 meter.
Pada bagian teras bujursangkar terdapat 2.672 pahatan relief yang terdiri dari 1.212 relief
dekoratif, dan 1.460 relief kisah. Relief kisah ini meliputi 160 relief tersembunyi
Mahakarmawibhangga yang ada di balik kaki candi. Kaki candi yang lebar dibuat dari 13.000
meter kubik batu untuk mengokohkan struktur candi agar tidak longsor.
Pada dinding luar, serta dinding dalam galeri tingkat pertama dan kedua terpahat 720 relief
kisah Jataka dan Awadana, yang mengisahkan mengenai kelahiran lampau Buddha.
Pada dinding dalam galeri tingkat pertama juga terpahat 120 relief kisah Lalitawistara, yang
mengisahkan riwayat hidup Buddha Gautama.
Pada galeri kedua, ketiga, dan keempat terpahat 460 relief kisah Gandawyuha, yang
mengisahkan pencarian pencerahan oleh pemuda Sudhana.
Di bagian teras bujursangkar ini, baik dinding luar dan galeri dipahat dengan relief dan dihias
dengan stupa kecil dan relung berisi arca Buddha duduk bersila setinggi 1,5 meter.
Terdapat 432 arca Buddha dalam relung di teras ini. Arca Buddha dalam relung dalam posisi
duduk bersila, menghadap ke luar. Sikap tangan atau mudra arca di tiap sisi candi berbeda, dengan
rincian:
 Arca Buddha menghadap ke Timur: mudra Bhumisparsa, yang berarti memanggil bumi
sebagai saksi.
 Arca Buddha menghadap ke Selatan: mudra Wara, yang berarti kedermawanan.
 Arca Buddha menghadap ke Barat: mudra Dhyana, yang berarti pengheningan batin.
 Arca Buddha menghadap ke Utara: mudra Abhaya, yang berarti tidak gentar.
 Arca Buddha di pagar teras lingkar: mudra Witarka yang berarti pengerahan akal budi.
 Arca Buddha dalam stupa: mudra Dharmacakra yang berarti memutar Roda Dharma.
Gunung
Pada pandangan pertama, Borobudur tampak seperti kumpulan batu abu-abu, pendek, dengan
banyak stupa. Siluetnya menyerupai perbukitan di sekelilingnya. Siluet ini menyiratkan suatu
gunung.
Mahkota stupa puncak yang tinggi juga makin menegaskan lambang Borobudur sebagai
gunung. Simbol gunung memiliki makna religius penting bagi umat Buddha di Jawa. Tradisi Jawa
membangun biara berundak di tempat tinggi sejak zaman prasejarah berlanjut hingga kini. Lalu,
Borobudur didirikan para raja dari Wangsa Syailendra, yang berarti “Penguasa Gunung”.
Dalam satu prasasti, Borobudur disebut sebagai Sumeru Buddha Sempurna. Gunung Sumeru
adalah gunung mitologi yang menjadi pusat semesta, tempat raja dewa bertakhta.
Stupa
Borobudur yang puncaknya terdiri dari 72 stupa dan 1 stupa utama, dengan teras bujursangkar
di bawahnya dihiasi ratusan stupa lainnya adalah sebuah stupa raksasa. Dari jauh, Borobudur bisa
dilihat sebagai satu unit stupa tunggal gigantik.
Stupa adalah bangunan Buddhis yang digunakan sebagai tempat penyimpanan abu atau relik para
suciwan. Stupa juga bisa dibangun untuk memperingati suatu peristiwa religius atau untuk
memperoleh jasa kebajikan. Ruang kosong dalam stupa utama mungkin dahulunya menyimpan
relik suci Buddha atau para siswa-Nya.
Mandala
Bentuk Borobudur jika dilihat dari atas membentuk mandala. Mandala adalah peta yang
menggambarkan tatanan semesta maupun sifat batin. Bentuk mandala yang mendasari arsitektur
Borobudur adalah Mandala Dharmadhatu dan Wajradhatu. Teras Borobudur disusun sesuai dengan
kaidah matematis Mandala Wajradhatu.

4. MALIOBORO
Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin ada
hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan
dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama
“Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. pendirian jalan malioboro
bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan).
Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai
sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan
laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu terganggu
oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain
membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor’s Residence
(1830), Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta.
Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda
dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh
Sultan kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina.
Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk
meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di
Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan
Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia
berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan
sepanjang jalan.
Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta, dengan
sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer.
Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam
barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang
jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah
satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar
dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur
kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini
telah menjadi kantor pemerintah provinsi.
Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi
Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang
berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah
abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan
Malioboro menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung Senisono.
Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup.

5. BENTENG VREDEBURG
Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk menahan
serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi
empat ini memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara
Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Pada dasar meriam di kubu bagian selatan, Kraton Yogyakarta dan beberapa bangunan bersejarah
lainnya termasuk kepadatan lalulintas di sekitarnya terlihat dengan jelas. Dibangun pada tahun 1765
oleh Belanda, Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi  ini mempunyai beberapa koleksi
antara lain:
 Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
 Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai
dengan masa Orde Baru.
 Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam
merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.SEJARAH
Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang mempunyai arti
"Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton. Berkat
izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 - 1788 bangunan disempurnakan dan
selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng
Perdamaian".
Secara historis bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai perubahan
fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada tahun 1830 -1945
berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada tahun 1945 - 1977 berfungsi sebagai
markas militer RI.
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah. Oleh pemerintah melalui
Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono
IX selaku pemilik, ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara pada
tanggal 9 Agustus 1980.
Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada
tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November 1992 resmi menjadi "Museum Khusus Perjuangan
Nasional" dengan nama "Museum Benteng Yogyakarta".
Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar
masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan
fungsinya yang baru sebagai ruang museum.

6. MERAPI LAVA TOUR


Siapa yang tak kenal dengan Gunung Merapi. Gunung yang mempunyai ketinggian 2.930 mdpl
dan terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah
satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Gunung Merapi juga merupakan salah satu tempat
penting dan sakral bagi masyarakat Yogyakarta selain Keraton dan Pantai Selatan. Ketiga tempat
tersebut berada dalam satu garis lurus yang membentang dari selatan ke utara. Tidak hanya dianggap
sakral oleh masyarakat Jogja saja, Gunung Merapi juga menjadi salah satu tempat favorit para pendaki
karena keindahan pemandangan dari puncaknya.
Erupsi Besar yang Menyisakan Lautan Pasir yang Luas
Gunung Merapi sampai saat ini masih terus menunjukan aktivitasnya. Erupsi Gunung Merapi
hampir terjadi setiap 5 tahun sekali, karena hal itulah muncul istilah “Merapi tak pernah ingkar janji”
yang dikenal oleh masyarakat yang tinggal disekitarnya. Erupsi besar Gunung Merapi yang terakhir
terjadi pada tahun 2010 lalu. Muntahan material vulkanik serta lahar dingin saat erupsi tersebut
meluluh lantakan hampir semua yang ada bawahnya, termasuk pemukiman penduduk di kaki Gunung
Merapi yang berada diwilayah Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta serta menewaskan
ratusan orang dan ribuan penduduk lainnya harus dievakuasi. Lautan pasir dan batu bekas terjangan
lahar dingin pada erupsi tahun 2010 tersebut bisa di telusuri melalui Lava Tour Merapi.
Aktivitas yang bisa dilakukan di Merapi Lava Tour
Petualangan menikmati sisa-sisa erupsi Gunung Merapi dilakukan dengan menggunakan Jeep
seperti yang dilakukan oleh Rambo. Perjalanan Merapi Lava Tour dimulai dari Telogo Putri yang ada
di Kawasan Wisata Kaliurang menyusuri jalanan berbatu dengan sensasi yang mendebarkan menuju ke
beberapa lokasi mulai dari rumah-rumah penduduk yang telah rusak dan ditinggalkan, Museum Sisa
Hartaku, Batu Alien, Bangker tempat pengungsian sampai dengan sensasi menyusuri Kali kuning.
Museum Sisa Hartaku: Museum Sisa Hartaku merupakan sebuah rumah pribadi milik penduduk
Desa Kinahrejo yang bernama Bapak Riyanto yang rusak terkena terjangan awan panas akibat erupsi
Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November 2010 pada pukul 12.04.49. Waktu terjadinya bencana
tersebut bisa dilihat pada sebuah jam yang masih tertempel pada dinding rumah tersebut. Didalam
Museum Sisa Hartaku ini kita juga bisa melihat benda-benda lain yang ikut rusak dan meleleh seperti
sepeda motor, televisi, perabotan rumah tangaa sampai dengan rangka hewan peliharaan sang pemilik
rumah. Melalui benda-benda tersebut bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan awan panas pada
saat kejadian
Batu Alien: Disebut dengan Batu Alien karena batu besar yang terlempar pada saat erupsi Gunug
Merapi ini bentuknya menyerupai alien. Pada permukaan batu tersebut terlihat seperti wajah manusia
lengkap dengan mata, hidung, dan mulut. Tidak sedikit masyarakat yang menganggapnya sebagai
sebuah batu yang keramat.
Bunker Merapi: Bunker ini terletak di kawasan Kaliadem. Bunker ini biasa digunakan sebagai
tempat berlindung jika erupsi terjadi. Bunker ini sudah ada sejak jaman Belanda. Pada erupsi yang
terjadi pada tahun 2006, bungker ini menjadi saksi tewasnya 2 relawan yang berlindung didalam
bangker tersebut. Bunker ini berada persis dibawah Gunung Merapi. Jika cuaca sedang cerah, dari
tempat ini kecantikan puncak Gunung Merapi bisa terlihat dengan sempurna.
Kali Kuning: Kali Kuning merupakan salah satu sungai yang dilalui oleh aliran lahar dingin dari
Gunung Merapi. Di Kali Kuning ini terdapat dam yang berfungsi untuk memecah aliran lahar dingin.
Sensasi berbeda akan kembali dirasakan pada saat Jeep melintas diatas aliran air.

7. SENDRA TARI (RAMAYANA BALLET) CANDI PRAMBANAN


Sendratari Ramayana Prambanan menggunakan sumber cerita dari Serat Rama yaitu cerita
Ramayana versi sastra Jawa Baru yang paling populer di kalangan masyarakat. Serat Rama merupakan
gubahan Jasadipura I (1729-1802). Menurut Poerbatjaraka Serat Rama macapat merupakan kitab Jawa
masa sekarang yang paling baik, namun Poerbatjaraka juga mengkritisi penulis Serat Rama yang
dianggap kurang menguasai bahasa Jawa Kuno sehingga sering bagian-bagian yang tidak dipahami
dihilangkan dan diganti.
Serat Rama berbeda dengan Ramayana versi Walmiki yang dianggap sebagai versi orisinal dari
Ramayana. Serat Rama bersumber atau gubahan dari naskah Ramayana tertua di Indonesia yaitu
Ramayana Kakawin, yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dalam bentuk syair yang dilagukan
(kakawin). Ramayana Kakawin tidak bersumber kepada Ramayana Walmiki melainkan Ravanavadha
karangan Bhatti dari India.[6] Pada Ramayana Kakawin dan pada pementasan Sendratari Ramayana
Prambanan tidak terdapat kitab atau kanda pertama, Balakanda dan ketujuh, Uttarakanda, sehingga
cerita berakhir setelah Shinta melalui api unggun dan terbukti kesuciannya. Poerbatjaraka berpendapat
bahwa Ramayana Kakawin dibuat sezaman atau setelah Candi Prambanan berdiri, karena dalam
penulisan Ramayana Kakawin penulis membayangkan percandian Siwa berada di depan matanya. Oleh
karena itu relief Ramayana di Candi Prambanan tidak bersumber pada Ramayana Kakawin, versi
Ramayana Prambanan lebih mirip dengan Hikayat Sri Rama yang ditulis dalam bahasa Melayu. Serat
Rama sendiri memiliki perbedaan dengan Ramayana Kakawin, Serat Rama diawali adegan istana dan
asal-usul keluarga Rahwana, kisah keluarga Rahwana merupakan kutipan dari Kitab Arjuna Wijaya
karya Empu Tantular. Relief cerita Ramayana di Candi Siwa dan Candi Brahma menceritakan mulai
dari kelahiran Rama hingga penobatan Kusa, putra Rama sebagai raja di Ayodya. Relief Ramayana
pada Candi Siwa terpahat pada 24 bidang dan 42 adegan, sedangkan pada Candi Brahma terpahat pada
21 bidang dan 30 adegan.
Karena berasal dari sumber yang berbeda, Sendratari Ramayana yang bersumber dari Serat Rama
sedangkan relief Candi Prambanan yang diduga berasal dari Hikayat Sri Rama, pada pementasan
terdapat perbedaan cerita terutama di bagian akhir kisah. Bagian akhir cerita pada pementasan
Sendratari Ramayana Prambanan pun berbeda dengan Ramayana karya Walmiki, Sendratari Ramayana
Prambanan berakhir dengan pertemuan kembali Rama dan Sita. Sedangkan pada versi Walmiki, kitab
ketujuh menceritakan rakyat Ayodhya masih meragukan kesucian Sita, Rama mengatakan bahwa Sita
perlu membuktikan di mata rakyat dengan mengucapkan sumpah. Akhirnya Sita berkata “Demi tak
sekalipun terlintas dalam hati saya gambaran laki-laki selain Rama, semoga Dewi Pertiwi mau
membukakan pengakuannya dan menelan saya. Demi saya telah mengucapkan kata yang benar di sini,
dan belum pernah mengakui suami selain Rama, semoga Dewi Pertiwi membukakan pengakuannya
dan menelan saya”, setelah itu bumi terbelah dan muncul Dewi Pertiwi yang memeluk Sita dan
membawanya masuk ke dalam bumi. Usaha Rama sia-sia memohon agar Sita dikembalikan, akhirnya
Rama menyerahkan takhtanya sebagai raja Ayodhya kepada Kusa dan Lawa, lalu kembali ke
khayangan menjadi Dewa Wisnu.
J. SUSUNAN KELAS DAN GURU PENDAMPING DALAM BIS

NO. BIS KELAS GURU PENDAMPING KETERANGAN NO HP


X MIPA 1 Ida Jubaedah, S.Pd Koord. Pendamping 0816-1634-962
X MIPA 2 Hj. Fouthwon, S.Pd
1 Ma’munah, M.Pd.I Koord. Pendamping 0878-0891-1972
Dra. Khasanawati
Idik Tarsidik
X MIPA 3 Fajjin Amik, M.Si Koord. Pendamping 0819-1120-6681
2
X MIPA 4 Meyke Adinna, S.Pd Koord. Pendamping 0856-9766-3732
X IPS 1 Siti Zubaeda, S.Pd Koord. Pendamping 0878-7143-7668
X IPS 2 Neli Istanti, S.Pd Koord. Pendamping 0878-0891-1176
3
X IPS 3 Nur’afiati, S.Pd
X IPS 4 Kru SM. Prima
XI MIPA 1 Mamat, S.Pd, M.Pd
4 XI MIPA 3 Dra. Euis Siti M Koord. Pendamping 0813-2266-8612
Tb. Baidowi Tafsir, M.Ag Koord. Pendamping 0818-0834-0069
XI MIPA 2 Dian Aliza Pratidina, S.Pd Koord. Pendamping 0821-1156-4429
XI MIPA 4 Tati Fatmawati, S.Pd Koord. Pendamping 0813-7085-9092
5
Dra. Endang Tri W.
Teguh
XI IPS 1 Hj. Rachmawati, S.Pd Koord. Pendamping 0812-1910-5697
XI IPS 2 Dra. Hj. Hapsah
6
XI IPS 3 Anggi Anggraeni, S.Pd
Nina Yuningsih
XII MIPA 1 Dra. Eko Susetyaningtyas Koord. Pendamping 0812-8580-8864
XII MIPA 2 Fifit Forten, S.Pd Koord. Pendamping 0878-7164-0944
7
XII MIPA 3 Heni Nurbani, A.Md
XII MIPA 4 Sapuri
XII MIPA 5 Yusdi Irfan, M.Pd Koord. Pendamping 0859-4596-0477
XII IPS 1 Dra. Nanik Susilowati
8
XII IPS 2 Widyawati, S.Pd Koord. Pendamping 0878-7127-9114
XII IPS 3

BY : MOMZKA

Anda mungkin juga menyukai