TUGAS 2
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Statistik dan Analisa
Kehandalan Program Magister Terapan Rekayasa Infrastruktur
Jurusan Teknik Sipil
oleh:
NADIFA GINA SAFANA NIM: 191158016
29.0
28.0
27.0 CBR 4%
26.0 CBR 5%
25.0 CBR 6%
24.0
23.0
22.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
ESAL (juta)
Gambar 1. Grafik hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk parameter desain kondisi 1, 2
dan 3
Gambar 1 menunjukkan grafik hubungan antara nilai beban lalu lintas (ESAL) dengan
tebal pelat beton (cm) serta pengaruh perbedaan nilai variabel CBR terhadap tebal pelat
beton, sedangkan parameter desain lainnya untuk perhitungan tebal pelat beton
diasumsikan memiliki nilai yang sama. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel CBR terhadap hasil perhitungan tebal perkerasan beton.
Analisis reliabilitas yang digunakan adalah metode sensitivity analysis pada variabel
CBR dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah 4%, 5% dan 6%.
Perhitungan tebal perkerasan beton berdasarkan AASHTO 93 yang dimulai dengan
memasukkan parameter-parameter yang ada kemudian untuk mengetahui tebal yang
sesuai dengan nilai logw18 dari data ESAL maka dilakukan metode trial and error.
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lalu lintas yang melalui
jalan (nilai ESAL tinggi) maka tebal pelat yang dibutuhkan semakin besar. Artinya, untuk
menerima beban yang besar, tebal pelat yang dibutuhkan semakin besar agar mampu
menerima beban tersebut. Selanjutnya selain pengaruh lalu lintas, dengan nilai CBR
tanah yang semakin tinggi, maka tebal pelat beton yang diperlukan semakin kecil
karena diasumsikan dengan nilai CBR tinggi maka tanah dianggap lebih keras atau
memiliki daya dukung tanah yang lebih baik sehingga tidak membutuhkan perkerasan
yang lebih tebal untuk menerima beban lalu lintas. Sedangkan sebaliknya, jika nilai CBR
semakin rendah, maka tebal pelat beton yang diperlukan semakin besar. Dari grafik
dapat dilihat juga perbedaan nilai CBR tidak berpengaruh sangat signifikan terhadap tebal
pelat beton dimana selisihnya tidak mencapai lebih dari 1 cm.
NO. 2
Tabel 2. Hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk Parameter Desain pada
Kondisi 3, 4 dan 5
D = TEBAL PELAT PERKERASAN BETON
No. 6
ESAL (10 ) (CM)
R = 90% R = 85% R = 95%
1 30 22.8676 22.0807 24.0607
2 50 24.9748 24.1475 26.2335
3 70 26.4262 25.5678 27.7342
4 90 27.5466 26.6630 28.8943
5 110 28.4664 27.5617 29.8488
6 130 29.2486 28.3252 30.6598
7 150 29.9336 28.9936 31.3703
8 160 30.2458 29.2974 31.6946
30.0
29.0
28.0
R = 90%
27.0
26.0 R = 85%
25.0 R = 95%
24.0
23.0
22.0
21.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
ESAL (juta)
Gambar 2. Grafik hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk parameter desain kondisi 3,
4, dan 5
Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan antara nilai beban lalu lintas (ESAL) dengan
tebal pelat beton (cm) serta pengaruh perbedaan nilai variabel Reliabilitas (R) terhadap
tebal pelat beton, sedangkan parameter desain lainnya untuk perhitungan tebal
diasumsikan memiliki nilai yang sama. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel R terhadap hasil perhitungan tebal perkerasan beton.
Analisis reliabilitas yang digunakan adalah metode sensitivity analysis pada nilai R
dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah 85%, 90% dan 95%. Perhitungan
tebal perkerasan beton berdasarkan AASHTO 93 yang dimulai dengan memasukkan
parameter-parameter yang ada kemudian untuk mengetahui tebal yang sesuai dengan nilai
logw18 dari data ESAL maka dilakukan metode trial and error.
Grafik diatas menggambarkan hubungan antara nilai beban lalu lintan dan tebal pelat
beton dengan asumsi parameter desain yang sama. Namun nilai realiabilitas berbeda.
Nilai realiabilitas yan digunakan pada perhitungan adalah 85%, 90% dan 95%. Lalu dari
grafik diatas dapat disumpulan bahwa semakin tinggi nilai ESAL makan semakin tebal
pelat yang dibutuhkan begitupun jika semakin tinggi nilai realiabilitas makan semakin
tebal pelat beton yang dibutuhkan juga.
NO. 3
Tabel 3. Hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk Parameter Desain
pada Kondisi 3, 6 dan 7
29.0
28.0
27.0 S0 = 0.3
26.0 S0 = 0.35
25.0
S0 = 0.4
24.0
23.0
22.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
ESAL (juta)
Gambar 3. Grafik hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk parameter desain kondisi 3, 6,
dan 7
Gambar 3 menunjukkan grafik hubungan antara nilai beban lalu lintas (ESAL) dengan
tebal pelat beton (cm) serta pengaruh perbedaan nilai variabel So terhadap tebal pelat
beton, sedangkan parameter desain lainnya untuk perhitungan tebal diasumsikan
memiliki nilai yang sama. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel So terhadap hasil perhitungan tebal perkerasan beton.
Analisis reliabilitas yang digunakan adalah metode sensitivity analysis pada nilai So
dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah 0.3, 0.35 dan 0.4. Perhitungan
tebal perkerasan beton berdasarkan AASHTO 93 yang dimulai dengan memasukkan
parameter-parameter yang ada kemudian untuk mengetahui tebal yang sesuai dengan nilai
logw18 dari data ESAL maka dilakukan metode trial and error.
Pada Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa meningkatnya tebal perkerasan
berbanding lurus dengan meningkatknya nilai ESAL, dapat diketahui juga bahwa
semakin tinggi nilai So, maka semakin tebal pelat beton yang dibutuhkan.
NO. 4
Tebel 4. Hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk Parameter Desain pada Kondisi
3, 8 dan 9
Esal Tebal Pelat Beton (cm)
No
(juta) Cd = 1.15 Cd = 1.1 Cd = 1.2
1 30 22.868 23.481 22.280
2 50 24.975 25.624 24.363
3 70 26.426 27.100 25.791
4 90 27.547 28.241 26.893
5 110 28.466 29.178 27.797
6 130 29.249 29.974 28.566
7 150 29.934 30.670 29.237
8 170 30.246 30.988 29.543
29.0
28.0
27.0
Cd = 1.15
26.0
25.0 Cd = 1.1
24.0 Cd = 1.2
23.0
22.0
21.0
20.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
ESAL (juta)
Gambar 4. Grafik hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk parameter desain kondisi 3, 8,
dan 9
Gambar 4 tersebut menunjukkan grafik hubungan antara nilai beban lalu lintas (ESAL)
dengan tebal pelat beton (cm) serta pengaruh perbedaan nilai variabel koefisien drainase
(Cd) terhadap tebal pelat beton, sedangkan parameter desain lainnya untuk perhitungan
tebal diasumsikan memiliki nilai yang sama. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel Cd terhadap hasil perhitungan tebal perkerasan beton.
Analisis reliabilitas yang digunakan adalah metode sensitivity analysis pada nilai Cd
dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah 1.1, 1.15, dan 1.2. Perhitungan
tebal perkerasan beton berdasarkan AASHTO 93 yang dimulai dengan memasukkan
parameter-parameter yang ada kemudian untuk mengetahui tebal yang sesuai dengan nilai
logw18 dari data ESAL maka dilakukan metode trial and error.
Dari grafik tersebut didapat diketahui dengan meningkatnya variabel Cd berpengaruh
terhadap menurunnya kebutuhan tabel pelat beton, begitupun jika variabel Cd menurun
maka dibutuhkan pelat beton yang lebih tebal.
NO. 5
Tabel 5. Hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk Parameter Desain pada Kondisi
3, 10 dan 11
Tebal Pelat Beton (mm)
NO ESAL
J = 2,55 J = 2,50 J = 2,60
1 30 22.868 22.596 23.136
2 50 24.975 24.689 25.257
3 70 26.426 26.129 26.719
4 90 27.547 27.241 27.848
5 110 28.466 28.154 28.776
6 130 29.249 28.929 29.564
7 150 29.934 29.609 30.258
8 170 30.246 29.917 30.571
28.0
27.0
J = 2,55
26.0
J = 2,50
25.0
J = 2,60
24.0
23.0
22.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
ESAL (juta)
Gambar 5. Grafik hubungan antara ESAL dan Tebal Pelat untuk parameter desain
kondisi 3, 10, dan 11
Gambar 5 tersebut menunjukkan grafik hubungan antara nilai beban lalu lintas (ESAL)
dengan tebal pelat beton (cm) serta pengaruh perbedaan nilai variabel koefisien transfer
beban (J) terhadap tebal pelat beton, sedangkan parameter desain lainnya untuk
perhitungan tebal diasumsikan memiliki nilai yang sama. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel J terhadap hasil perhitungan tebal
perkerasan beton.
Analisis reliabilitas yang digunakan adalah metode sensitivity analysis pada nilai J
dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah 1.1, 1.15, dan 1.2. Perhitungan
tebal perkerasan beton berdasarkan AASHTO 93 yang dimulai dengan memasukkan
parameter-parameter yang ada kemudian untuk mengetahui tebal yang sesuai dengan nilai
logw18 dari data ESAL maka dilakukan metode trial and error.
Dari grafik tersebut diketahui dengan semakin tinggi nilai J maka ketebalan pelat
beton yang dibutuhkan semakin besar, begitupun sebaliknya.
KESIMPULAN
Dari kelima parameter yang dianalisis, dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai
prosentase sensitivitas setiap parameter, variabel yang memiliki sensitivitas tertinggi ke
terendah terhadap perhitungan tebal perkerasan beton urutannya yaitu variabel R, Cd,
So, CBR, dan J.
Dari hasil analisis kelima parameter terhadap tebal pelat beton, untuk variabel
CBR dan Cd semakin tinggi nilai variabel tersebut maka tebal pelat beton yang
dibutuhkan semakin kecil. Sedangkan untuk variabel R, So dan J, jika nilai parameter
tersebut meningkat maka tebal pelat beton yang dibutuhkan semakin besar. Berdasarkan,
perhitungan hasil prosentase sensitivitas kelima parameter tersebut, menunjukkan bahwa
variabel Reliabilitas (R) merupakan variabel yang paling sensitif atau paling berpengaruh
terhadap tebal pelat beton dengan nilai prosentase sebesar 7,75%, sedangkan variabel
yang paling sedikit pengaruhnya dari kondisi yang ditinjau adalah variabel koefisien
transfer beban (J) dengan nilai prosentase sebesar 2,19%. Maka dari itu, untuk
mengendalikan hasil tebal pelat beton, variabel yang paling berpengaruh adalah reliability
sedangkan yang paling tidak berpengaruh adalah koefisien transfer beban.