Pada bagian ini akan dijelaskan terkait prosespengolahan data hingga didapatkannya curah hujan desain
sebagai dasar dalam dalam proses desain hidraulika dari bangunan hidraulik. Proses analisa hidrologi
diawali dengan penentuan lokasi stasiun hujan yang mempengaruhi wilayah kajian, kemudian analisa
data hujan, setelah itu ditentukan metode analisa frekuensi yang digunakan untuk memperkirakan
curah hujan dengan kala ulang tahun tertentu. Terakhir setelah diketahui nilai curah hujan dengan kala
ulang tahun tertentu, dihitung nilai intensitas hujan untuk mendapatkan grafik IDF (Intensity Duration
Function) yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan bangunan hidraulik. Berikut proses analisa
yang telah dilakukan.
Penentuan stasiun hujan ini dilakukan guna mengetahui stasiun-stasiun hujan yang memiliki pengaruh
terhadap lokasi studi. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam melakukan analisa hidrologi data yang
digunakan untuk menganalisa besaran hujan yang terjadi di lokasi kajian tidak dapat dilakukan
sembarangan. Dalam dokumen IMIDAP - Pedoman Studi Kelayakan HIdrologi Buku 2A, penentuan
stasiun hujan yang digunakan dengan persyaratan berikut:
Pilih 1 lokasi stasiun pencatat hujan yang terdekat dengan lokasi dengan jarak < 10 km.
Apabila tidak ada stasiun pencatat hujan dengan jarak < 10 km, maka dicari stasiun hujan lain
dengan jarak 10–20 km, minimal 2 stasiun pencatat hujan.
Apabila tidak ada stasiun pencatat hujan dengan jarak 10–20 km, maka dicari stasiun hujan lain
dengan jarak < 50 km, minimal 3 stasiun pencatat hujan.
Apabila terdapat daerah tangkapan air yang tidak sesuai dengan kriteria di atas, maka setidaknya
terdapat 1 stasiun pencatat hujan terdekat sebagai acuan dalam perhitungan data curah hujan. Data
hujan daerah tangkapan air yang paling nyata dihitung dengan menggunakan metode poligon Thiessen.
Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili stasiun yang berpengaruh sebagai faktor koreksi
dalam menghitung hujan ratarata. Poligon didapatkan dengan cara sebagai berikut.
Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar daerah tangkapan air dihubungkan dengan
garis, sehingga terbentuk jaringan segitiga segitiga. Hendaknya dihindari terbentuknya segitiga
dengan sudut sangat tumpul.
Setiap segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu tersebut membentuk poligon.
Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili salah satu stasiun yang bersangkutan adalah
daerah yang dibatasi garis poligon tersebut atau dengan batas daerah tangkapan air.
Luas relatif daerah ini dengan luas daerah tangkapan air merupakan faktor koreksinya.
Metode poligon ini dilakukan hanya untuk daerah tangkapan air dengan stasiun pencatatan hujan
minimal 3 stasiun yang tersebar di sekitar daerah tangkapan air tersebut. Apabila jumlah stasiun hujan
kurang dari 3 atau tidak tersebar di sekeliling daerah tangkapan air, maka metode ini akan sukar untuk
dilakukan atau meskipun dilakukan akan menghasilkan hasil yang kurang menggambarkan kondisi riil.
Hasil akhir dari langkah pembuatan polygon thiessen akan menghasilkan hasil sebagai berikut.
Gambar Poligon Thiessen Daerah Tangkapan Air
Setelah dijabarkan secara teori dalam pemilihan lokasi stasiun serta besar perhitungan faktor terkoreksi
dari stasiun hujan yang akan digunakan, kemudian diterapkan pada lokasi kajian studi. Pada lokasi kajian
yaitui Kecamatan Benda di Kota Tanggerang terdapat 4 stasiun pencatatan curah hujan yang berada ri
sekitar lokasi kajian yaitu Stasiun Cengkareng, Stasiun Meteorologi Tangerang, Stasiun Pondok Betung
yang merupakan staiun pencatatan milik BMKG, dan satu stasiun pencatatan dibawah naungan Dinas
Pengairan PU yaitu Stasiun ARR Cengkareng Drain. Dengan menggunakan piranti peta digital dilakukan
plotting lokasi dari masing-masing stasiun pencatatan hujan dan lokasi kajian. Berikut gambaran lokasi
tiap-tiap stasiun terhadap lokasi wilayah kajian.
Dari hasil pemetaan lokasi stasiun hujan dan lokasi kajian tersebut kemudian diterapkan proses
pembuatan poligon thiessen sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut hasil
penerapan metode poligon terhadap lokasi kajian.
Gambar Poligon Thiessen pada Lokasi Kajian
Dari hasil pembuatan poligon yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa lokasi stasiun yang berpengaruh
ialah Stasiun Cengkareng. Sehingga kedepannya proses penentuan curah hujan kala ulang akan
dilakukan berdasarkan data dari Stasiun Pencatatan Hujan Cengkareng.
Berdasarkan pemilihan data curah hujan yangtelah dilakukan didapatkan data yang digunakan dari
Stasiun 6Cengkareng. Data yang digunakan merupakan data tahun 2002-2016. Berikut data hujan yang
digunakan.
R24
No Years
(max)
1 2002 88.0
2 2003 115.0
3 2004 114.5
4 2005 158.1
5 2006 61.5
6 2007 153.2
7 2008 99.0
8 2009 106.7
9 2010 106.2
R24
No Years
(max)
10 2011 75.5
11 2012 101.1
12 2013 134.6
13 2014 104.1
14 2015 127.7
15 2016 147.6
Minimum 61.5
Maximum 158.1
Average 112.9
Sumber: dataonline.bmkg.go.id
Dalam proses analisa frekuensi hujan, metode perhitungan pendekatan yang lazim digunakan untuk
mendapatkan hubungan antara intensitas, frekuensi, danwaktu curah hujan adalah rumus empiris
Normal, Log Normal, Gumbell, dan Pearson III atau Logpearson III.
Dimana:
μ=rata−rata
σ =deviasi stan dar
Z =Φ−1 ( F ( x))
¿^ =σ .Z +μ ¿
X
Dalam distribusi ini harus mengubah parameter = 0 dan = 1
Xtr = Xr + k.Sx
Dimana,
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
Xr = data hujan rata-rata (mm)
k = faktor frekuensi
Sx = standar deviasi
Sebelum dilakukan perhitungan curah hujan rencana dilakukan perhitungan uji kecocokan
dengan dua metode yaitu Rata-rata Prosensate Error dan Deviasi. jika dihitung besaran
Prosentase Rata-rata Error yang dihasilkan dari Distribusi Normal menggunakan data yang ada
ialah sebagai berikut.
Tabel Uji Kecocokan Metode Rata-rata Prosentase Error pada Distribusi Normal
Sedangkan jika dihitung besaran Deviasi yang dihasilkan dari Distribusi Normal menggunakan
data yang ada ialah sebagai berikut.
Rmax Rmax
m Weibull Tr KTr DRmax2
aktual prediksi
1 0.06 16.00 1.534 158.10 155.31 7.79
2 0.13 8.00 1.150 153.20 144.69 72.45
3 0.19 5.33 0.887 147.60 137.40 103.95
4 0.25 4.00 0.674 134.60 131.52 9.49
5 0.31 3.20 0.489 127.70 126.38 1.74
6 0.38 2.67 0.319 115.00 121.67 44.51
7 0.44 2.29 0.157 114.50 117.21 7.33
8 0.50 2.00 0.000 106.70 112.85 37.86
9 0.56 1.78 -0.157 106.20 108.50 5.29
10 0.63 1.60 -0.319 104.10 104.04 0.00
11 0.69 1.45 -0.489 101.10 99.33 3.14
12 0.75 1.33 -0.674 99.00 94.19 23.16
Rmax Rmax
m Weibull Tr KTr DRmax2
aktual prediksi
13 0.81 1.23 -0.887 88.00 88.30 0.09
14 0.88 1.14 -1.150 75.50 81.02 30.45
15 0.94 1.07 -1.534 61.50 70.40 79.17
Total Selisih Pangkat Dua 426.44
Jumlah Data 15.00
Deviasi (δ) 5.52
Sumber: Analisa Konsultan
Dari proses perhitungan menggunakan distribusi normal didapatkan hasil curah hujan rencana
sebagai berikut.
RTr
Tr Peluang KTr
(mm/hr)
2 0.500 0.000 112.85
5 0.800 0.842 136.14
10 0.900 1.282 148.32
25 0.960 1.751 161.30
50 0.980 2.054 169.69
100 0.990 2.326 177.23
200 0.995 2.576 184.14
1000 0.999 3.090 198.37
Sumber: Analisa Konsultan
Dimana:
Dalam perhitungannya sama sedangan distribusi Log Pearson Type III, tetapi dengan mengambil
harga koefisien asimetri Cs = 0.
Ytr = Yr + k.Sy
Dengan,
Ytr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
Yr = log data hujan rata-rata (m)
Sy = standar deviasi log rata-rat data hujan
K = factor frekuensi
Sebelum dilakukan perhitungan curah hujan rencana dilakukan perhitungan uji kecocokan
dengan dua metode yaitu Rata-rata Prosensate Error dan Deviasi. jika dihitung besaran
Prosentase Rata-rata Error yang dihasilkan dari Distribusi Log Normal menggunakan data yang
ada ialah sebagai berikut.
Tabel Uji Kecocokan Metode Rata-rata Prosentase Error pada Distribusi Log Normal
Sedangkan jika dihitung besaran Deviasi yang dihasilkan dari Distribusi Log Normal
menggunakan data yang ada ialah sebagai berikut.
Dari proses perhitungan menggunakan distribusi log normal didapatkan hasil curah hujan
rencana sebagai berikut.
KTr . S ln RTr
Tr Peluang
(Rmax) (mm/hr)
2 0.500 -0.117 109.61
5 0.800 0.776 134.33
10 0.900 1.320 149.39
25 0.960 1.968 167.33
50 0.980 2.428 180.04
100 0.990 2.871 192.30
200 0.995 3.303 204.25
1000 0.999 4.279 231.28
Sumber: Analisa Konsultan
F( x )=exp [ −exp( y ) ]
Dimana:
x
y
6
S
x 0.5772
Untuk x = xT maka
1
y T =−Ln Ln
[ ( )]
F ( xT
Tr
y T =−Ln Ln
[ ( Tr−1 )]
Menurut Gumbel persamaan peramalan dinyatakan sebagai berikut:
x T =x+K T S
K T =−
π {
√6 0 . 5772+ Ln Ln Tr
[ ( ) ]}
Tr=1
Dimana:
yn = reduced mean
Sn = reduced standar deviasi
Sebelum dilakukan perhitungan curah hujan rencana dilakukan perhitungan uji kecocokan
dengan dua metode yaitu Rata-rata Prosensate Error dan Deviasi. jika dihitung besaran
Prosentase Rata-rata Error yang dihasilkan dari Distribusi Gumbell menggunakan data yang ada
ialah sebagai berikut.
Tabel Uji Kecocokan Metode Rata-rata Prosentase Error pada Distribusi Gumbell
Sedangkan jika dihitung besaran Deviasi yang dihasilkan dari Distribusi Gumbell menggunakan
data yang ada ialah sebagai berikut.
Rmax Rmax
m Weibull Tr YTr prediks DRmax2
aktual i
1 0.06 16.00 2.740 158.10 173.26 229.78
2 0.13 8.00 2.013 153.20 153.54 0.12
3 0.19 5.33 1.572 147.60 141.57 36.33
4 0.25 4.00 1.246 134.60 132.73 3.49
5 0.31 3.20 0.982 127.70 125.57 4.55
6 0.38 2.67 0.755 115.00 119.42 19.55
7 0.44 2.29 0.553 114.50 113.94 0.32
8 0.50 2.00 0.367 106.70 108.89 4.78
9 0.56 1.78 0.190 106.20 104.11 4.37
10 0.63 1.60 0.019 104.10 99.47 21.41
11 0.69 1.45 -0.151 101.10 94.85 39.06
12 0.75 1.33 -0.327 99.00 90.09 79.36
13 0.81 1.23 -0.515 88.00 84.98 9.13
14 0.88 1.14 -0.732 75.50 79.10 12.94
15 0.94 1.07 -1.020 61.50 71.30 95.97
Total Selisih Pangkat Dua 561.15
Jumlah Data 15.00
Deviasi (δ) 6.33
Sumber: Analisa Konsultan
Dari proses perhitungan menggunakan Distribusi Gumbell didapatkan hasil curah hujan rencana
sebagai berikut.
RTr
Tr Peluang YTr
(mm/hr)
2 0.500 0.367 108.89
5 0.800 1.500 139.62
10 0.900 2.250 159.97
25 0.960 3.199 185.68
50 0.980 3.902 204.75
100 0.990 4.600 223.68
200 0.995 5.296 242.55
1000 0.999 6.907 286.24
Sumber: Analisa Konsultan
xc
() ¿
∫ f(x)=∫ po 1−a ealignl¿−cx/2 ¿ dx¿¿¿
Dimana: 2 adalah varian dan (x) adalah fungsi gamma
Secara garis besar dalam proses perhitungan sebagai berikut:
Ubah data hujan X1, X2, X3,.......Xn menjadi LogX1, LogX2, LogX3,.......LogXn.
Σ ( log X )
log X =
Hitung nilai mean: N
Σ ( LogX−Log X )2
Hitung standar deviasi: Slog = √ N−1
3
Σ ( LogXi−LogXi )
C S=
Hitung koefisien kemencengan:
( N −1 )∗( N −2 )∗( S log )3
Sebelum dilakukan perhitungan curah hujan rencana dilakukan perhitungan uji kecocokan
dengan dua metode yaitu Rata-rata Prosensate Error dan Deviasi. jika dihitung besaran
Prosentase Rata-rata Error yang dihasilkan dari Distribusi Log Pearson III menggunakan data
yang ada ialah sebagai berikut.
Tabel Uji Kecocokan Metode Rata-rata Prosentase Error pada Distribusi Log Pearson III
Sedangkan jika dihitung besaran Deviasi yang dihasilkan dari Distribusi Log Pearson III
menggunakan data yang ada ialah sebagai berikut.
Tabel Uji Kecocokan Metode Deviasi pada Distribusi Log Pearson III
Rmax Rmax
m Weibull Tr KTr DRmax2
aktual prediksi
1 0.06 16.00 1.380 158.10 156.80 1.68
2 0.13 8.00 1.100 153.20 145.77 55.14
3 0.19 5.33 0.893 147.60 138.13 89.75
4 0.25 4.00 0.716 134.60 131.93 7.15
5 0.31 3.20 0.555 127.70 126.51 1.41
6 0.38 2.67 0.402 115.00 121.57 43.15
7 0.44 2.29 0.251 114.50 116.90 5.77
8 0.50 2.00 0.100 106.70 112.38 32.26
9 0.56 1.78 -0.057 106.20 107.89 2.87
10 0.63 1.60 -0.223 104.10 103.34 0.58
11 0.69 1.45 -0.403 101.10 98.60 6.27
12 0.75 1.33 -0.608 99.00 93.50 30.27
Rmax Rmax
m Weibull Tr KTr DRmax2
aktual prediksi
13 0.81 1.23 -0.850 88.00 87.78 0.05
14 0.88 1.14 -1.165 75.50 80.89 29.06
15 0.94 1.07 -1.650 61.50 71.29 95.84
Total Selisih Pangkat Dua 401.25
Jumlah Data 15.00
Deviasi (δ) 5.35
Sumber: Analisa Konsultan
Dari proses perhitungan menggunakan Distribusi Log Pearson III didapatkan hasil curah hujan
rencana sebagai berikut.
RTr
Tr Peluang KTr ln RTr
(mm/hr)
2 0.500 0.100 4.722 112.38
5 0.800 0.856 4.919 136.80
10 0.900 1.199 5.008 149.57
25 0.960 1.528 5.093 162.92
50 0.980 1.721 5.144 171.32
100 0.990 1.882 5.185 178.66
200 0.995 2.020 5.221 185.18
1000 0.999 2.275 5.288 197.90
Sumber: Analisa Konsultan
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan empat macam metode analisa frekuensi berikut.
Uji Kecocokan
Dalam menghitung curah hujan maksimum digunakan beberapa distribusi, dari beberapa distribusi ini
hanya satu yang akan dipakai. Untuk menentukan distribusi mana yang akan dipakai dilakukan uji
kecocokan dengan maksud untuk memberikan informasi apakah suatu distribusi data sama atau
mendekati dengan hasil pengamatan dan kelayakan suatu fungsi distribusi. Ada dua metoda yang
digunakan untuk pengujian tersebut:
Rata-rata prosentase error, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi
kerapatan kumulatif.
Deviasi, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi kerapatan komulatif.
Rata-rata error =
Dimana:
¿^
¿¿¿¿
Xi ¿ = nilai analitis
Xi = nilai aktual
i = nomor urut data (1,2,3, ......N)
N = jumlah data
Jika nilai rata-rata prosentase error mendekati 100% atau lebih, maka suatu fungsi distribusi
memiliki nilai kepercayaan error besar, dengan kata lain fungsi distribusi tidak cocok dengan data
lapangan, dan sebaliknya.
b. Deviasi
Nilai deviasi sebanding dengan nilai simpangan data analisa terhadap data lapangan. Semakin kecil
nilai deviasi maka sebaran nilai fungsi akan mendekati, dengan data pengamatan dan sebaliknya
jika nilai deviasi besar maka sebaran fungsi tersebut akan menjahui data. Nilai deviasi dinyatakan
dengan:
N
δ= √∑
i=1
¿ ¿¿ ¿ ¿¿
Fungsi distribusi dikatakan cocok dengan data lapangan jika memiliki nilai deviasi kecil jika
dibandingkan terhadap fungsi yang lain maka yang dipilih adalah yang tekecil.
Tabel Resume Hasil Uji Kecocokan dari Seluruh Metode Analisa Distribusi
Jenis Uji Kecocokan
No. Jenis Distribusi Rata-rata %
Deviasi
Error
1 Normal 4.16 5.52
2 Log Normal 4.93 6.51
3 Gumbel 4.60 6.33
4 Log Pearson III 2.03 5.35
Maksimum 4.93 6.51
Minimum 2.03 5.35
Sumber: Analisa Konsultan
Dari Tabel dan Grafik hasil uji kecocokan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa metode analisa
frekuensi yang memiliki kecenderungan nilai kecocokan tertinggi (nilai error dan deviasi terkecil) ialah
Distribusi Log Pearson III. Sehingga didapatkan Nilai Curah Hujan Kala Ulang yang digunakan ialah
sebagai berikut.
RTr
Tr Peluang
(mm/hr)
2 0.500 112.38
5 0.800 136.80
10 0.900 149.57
25 0.960 162.92
50 0.980 171.32
100 0.990 178.66
200 0.995 185.18
1000 0.999 197.90
Sumber: Analisa Konsultan
Lengkung Intensitas Hujan (IDC)
Intensitas curah hujan rencana merupakan besarnya curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana
air tersebut berkonsentrasi. Lengkung intensitas curah hujan adalah kurva yang menggambarkan
hubungan antara lamanya pengaliran dan intensitas curah hujan. Dalam membuat IDC memperlukan
data lengkap dari stasiun pengamat. Apabila data tidak lengkap atau tidak ada maka dapat digunakan
data pembanding suatu daerah dengan anggapan sifat dan ciri curah hujan di daerah tersebut kurang
lebih sama dengan daerah yang ditinjau untuk kasus yang dihadapi.
Intensitas hujan di Indonesia, dapat mengacu pada pola grafik IDC dari DR. Mononobe (Jepang)
R T 24 2/3
IT = ( )
42 t
( mm/ jam )
Dimana:
Setelah dihitung menggunakan persamaan Mononobe didapatkan hasil Intensitas sebagai berikut.
Besaran debit akan dihitung berdasarkan grafik IDF diatas dengan memasukan input besaran waktu konsentrasi dari tiap lokasi yang akan
didesain bangunan air.
Analisa Debit Banjir
Besarnya debit banjir rencana air hujan diatas permukaan tanah (limpasan hujan) ke saluran air ujan air
hujan yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1
𝑄 = ×𝐶×𝐼×𝐴
3,6
Keterangan:
Q = Debit banjir rencana (m/detik)
C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Daerah pengaliran (km2)
Intensitas hujan dihitung berdasarkan waktu konsentrasi dan juga standar yang ada.
Tabel Harga Koefisien Pengaliran C
Berdasarkan tabel harga koefisien pengaliran, digunakan asumsi koefisien pengaliran sebesar 0,8
sebagai besaran yang mewakilkan wilayah perkotaan. Setelah diketahui besaran nilai luasan wilayah
kerja (A) dan koefisien limpasan (C) dari wilayah kerja, maka perlu diketahui besaran intensitas hujan (I)
yang terjadi. Besar intensitas didapat dari grafik IDF dengan memplot besaran waktu konsentrasi pada
wilayah kerja. Untuk menghitung besaran waktu konsentrasi mengacu pada persamaan berikut.
Dengan pengertian:
Tc waktu konsentrasi (menit)
t1 waktu mencapai awalan saluran dari titik terjauh (menit)
t2 waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran (menit)
lo jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (meter)
L panjang saluran (meter)
nd koefisien hambatan (pada table nd)
is kemiringan saluran memanjang
v kecepatan air rata-rata pada saluran drainase
Dalam perhitungan dimensi saluran drainase digunakan persamaan manning sebagai berikut.
Keterangan:
v kecepatan (m/s)
R jari-jari hidraulik