Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mensukseskan Program Indonesia sehat melalui pendekatan keluarga,
Puskesmas melakukan pendekatan keluarga diwilayah kerjanya melalui
kunjungan rumah sehingga setiap anggota rumah tanga dapat terpantau kondisi
kesehatannya. Pendekatan keluarga merupakan strategi pendekatan pelayanan
terintegrasi antara upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehtan masyarakat
yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan keluarga.
Pendekatan keluarga sehat melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan,
tidak hanya sekedar mengumpulkan data kesehatan keluarga, tetapi juga
diharapkan agar keluarga mampu mengenali masalah kesehatannya, upaya
mengatasinya serta memotivasi agar keluarga diwilayah kerja Puskesmas tersebut
mampu melakukan upaya pencegahan serta peningkatan status kesehtan
keluarganya dengan mengoptimalkan potensi dan kemampuannya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga-keluarga disatu wilayah administrasi, akan menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Hal ini harus dipahami oleh kepala Puskesmas
dan jajarannya tentang pentingnya upaya memberdayakan keluarga untuk hidup
sehat, melalui pendataan keluarga sehat. Mengingat penting dan strategisnya
program keluarga sehat tersebut, maka diperlukan penguatan kompetensi tenaga
kesehatan melalui pelatihan.
Salah satu rangkaian dalam proses pembelajaran keluarga sehat adalah
praktik lapangan (PL), dimana kegiatan PL ini adalah sebagai bentuk penerapan
materi pembelajaran terutama untuk materi komunikasi dan materi manajemen
pendekatan keluarga.

1.2 Tujuan
Pelaksanaan praktik lapangan (PL) ini tidak semata untuk pengumpulan data
dalam rangka mempraktikkan cara pengumpulan data untuk pengisian Prokesga.
Data yang dikumpulkan saat pelaksanaan praktik dapat dimanfaatkan Puskesmas
sebagai data dasar (baseline data) untuk mendapat informasi indeks keluarga
sehat diwilayah yang digunakan sebagai fokul praktek lapangan (PL)

1
a. Tujuan khusus
Setelah selesai melakukan praktik lapangan (PL) peserta mampu
melakukan manajemen pendekatan keluarga dengan kunjungan rumah.
b. Tujuan umum
1. Melakukan komunikasi efektif pada saat melakukan pendataan keluarga
2. Melakukan manajemen pendekatan keluarga dengan :

● Pendataan keluarga dengan menggunakan instrumen keluarga sehat


manual.

● Intervensi : penyampaian pesan kepada individu dan keluarga yang


dikunjungi

● Pengecekan hasil pengumpulan data (cleaning data)

● Pengentrian data hasil pendataan keluarga dengan bantuan aplikasi


keluarga sehat

● Analisis perhitungan indeks keluarga sehat (IKS) untuk


mengidentifikasi masalah

1.3 Sasaran
Sasaran praktik lapangan adalah 20 keluarga di Kelurahan Pasar Pandan Air
Mati Rt. 001 / Rw. 004 Kota Solok.

1.4 Waktu dan tempat


Praktek lapagan dilakukan pada tanggal 23 Desember 2019 di Kelurahan
Pasar Pandan Air Mati Rt. 001 / Rw. 004 Kota Solok Provinsi Sumatera Barat.

2
BAB II
ISI

2.1 Persiapan Pendataan


Persiapan pendataan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah kerja.
Puskesmas ber-koordinasi dengan kelurahan, kecamatan, serta data
kependudukan dan catatan sipil.
2. Menyiapkan instrumen pendataan
Instrumen yang perlu disiapkan dalam proses pengumpulan data
kesehatan keluarga adalah:
a. Formulir Prokesga, yang dapat berbentuk tercetak atau elektronik.
Instrumen ini merupakan sarana untuk merekam dan menyimpan data-data
sebagai berikut:
1) Data anggota keluarga berupa umur, jenis kelamin, status perkawinan,
kehamilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
2) Data kesehatan keluarga terkait penyakit hipertensi, tuberkulosis, dan
gangguan jiwa.
3) Perilaku individu anggota keluarga terkait merokok, mengikuti program
KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, memberikan
ASI eksklusif, buang air besar (BAB), dan penggunaan air bersih.
4) Data lingkungan rumah (sarana air bersih dan jamban sehat)

b. Paket Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga) yang berupa flyer untuk


diberi-kan kepada keluarga yang dikunjungi sebagai media komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE). Flyer yang dimaksud adalah flyer tentang
Keluarga Berencana (KB), Pemeriksaan Kehamilan, Imunisasi, ASI
Eksklusif, Penimbangan Balita, Tuberkolosis, Hipertensi, Kesehatan Jiwa,
Bahaya Merokok, Sarana Air Bersih, Jamban Sehat, dan Jaminan
Kesehatan Nasional.

3
Menggandakan formulir Prokesga (jika pengumpulan data menggunakan
formulir tercetak) atau mengunduh aplikasi Keluarga Sehat (jika pengumpulan data
menggunakan formulir elektronik). Di samping itu, perlu juga digandakan Pinkesga
(bila jumlah yang ada belum mencukupi).
Perekrutan petugas pendataan dilaksanakan oleh pihak Puskesmas berdasarkan
pada analisis kebutuhan tenaga pendataan dengan mempertimbangkan aspek
ketersediaan tenaga di Puskesmas, jumlah keluarga di wilayah kerja Puskesmas, luas
wilayah kerja, kondisi geografis wilayah kerja, dan pendanaan. Perekrutan petugas
pendataan dapat dilaksanakan apabila hasil dari analisis kebutuhan tenaga
menyatakan bahwa membutuhkan tenaga tambahan. Petugas pendataan yang direkrut
adalah tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan.

3. Melakukan pembagian wilayah binaan


Puskesmas harus membagi wilayah kerjanya menjadi beberapa wilayah
binaan berdasarkan desa yang disesuaikan dengan luas wilayah, jumlah keluarga,
jumlah tenaga pendata, kondisi geografis, dan pendanaan. Setiap desa sebagai
suatu wilayah binaan memiliki seorang penanggung jawab wilayah yang disebut
Pembina Keluarga. Pendataan harus dilakukan kepada seluruh keluarga di

4
wilayah kerja Puskesmas (total coverage). Pendataan dilakukan secara utuh dan
tidak dilakukan setengah-setengah (maksudnya. Bila ada keterbatasan sumber
daya baik tenaga ataupun biaya maka pendataan dilakukan untuk seluruh
keluarga dalam satu desa terlebih dahulu baru dilanjutkan ke desa berikutnya).

4. Menetapkan pembina keluarga


Setiap tenaga kesehatan Puskesmas dapat diajukan sebagai Pembina
Keluarga. Pembina Keluarga bertanggung jawab mengumpulkan data kesehatan
keluarga, melakukan analisis Prokesga di wilayah binaannya, melakukan
koordinasi lintas program untuk intervensi permasalahan keluarga di wilayah
binaannya, serta melakukan pemantauan kesehatan keluarga. Pembina Keluarga
harus memahami secara makro/garis besar dan menyeluruh tentang kesehatan.
Pelatihan (pembekalan) Pembina Keluarga perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Puskesmas dapat menjalin kerjasama dengan institusi/LSM yang sudah
berpengalaman atau dianggap mampu melakukan survei, mengumpulkan data
dan menyusunnya ke dalam bentuk database keluarga, misalnya: lembaga
pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Kerjasama dapat juga dilakukan
dengan pegawai kelurahan/desa, pengurus RT/RW atau Tim Penggerak PKK
setempat. Keuntungan dari kerjasama ini adalah terbangun rasa memiliki karena
mereka (pengurus RT/RW atau TP PKK) juga bertugas untuk melakukan
pembinaan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah, bahwa Puskesmas tetap
harus melakukan bimbingan dan pemantauan selama pengumpulan data dan
pembuatan database, karena tenaga pendata tersebut belum tentu paham akan
istilah-istilah pada bidang kesehatan.

2.2 Mengumpulkan dan Mengolah data


Penyusunan rencana Puskesmas perlu dikumpulkan data umum dan khusus.
Data umum mencakup: peta wilayah kerja Puskesmas, data sumber daya, data
peran serta masyarakat, serta data penduduk dan sasaran program. Data khusus
mencakup: status kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan program pelayanan
kesehatan, dan hasil survei. Pada pendekatan keluarga perlu ditambahkan satu
kategori data lagi, yaitu data keluarga yang mencakup data tiap keluarga dari
semua keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas (total coverage).

5
a. Pengumpulan Data Keluarga
Pendataan keluarga secara menyeluruh dapat dilakukan sendiri oleh
Puskesmas, karena jumlah indikator keluarga hanya dua belas dan hanya
menggunakan tiga jenis formulir. Keuntungannya bila dilakukan oleh tenaga
Puskesmas adalah pada saat pendataan, sudah bisa langsung dilakukan intervensi
minimal berupa pemberian lembar informasi kesehatan dan penyuluhan
kesehatan yang sesuai dengan masalah kesehatan yang ditemui di keluarga
tersebut. Keuntungan lain dari segi pembiayaan, tentu saja akan lebih hemat.
Puskesmas harus menunjuk beberapa tenaga kesehatan Puskesmas yang ditugasi
sebagai Pembina Keluarga.
Pembina Keluarga dan/atau petugas pendataan berkoordinasi dengan ketua
RT dan RW, kepala desa berkaitan dengan jadwal pelaksanaan, pembagian
keluarga yang akan dikunjungi, dan jumlah instrumen Prokesga, sebelum
memulai pendataan. Guna memperlancar proses, pendataan sebaiknya
didampingi oleh pihak RT/RW atau kader Posyandu.
Wawancara ditunda dan buatlah janji kunjungan kembali ke keluarga
tersebut untuk melengkapi pengisian kuesioner dari responden yang belum
diwawan-carai bila responden tidak ada ditempat saat pengumpulan data. Batas
waktu kembalinya petugas untuk pengumpulan data ditentukan berdasarkan
kesepa-katan masing-masing daerah. Hal tersebut akan sangat tergantung kepada
frekuensi dan rentang waktu intervensi yang direncanakan oleh masing-masing
wilayah. Pengumpul data juga harus menghormati norma sosial setempat.
Kunjungan rumah diupayakan dapat diatur sedemikian rupa agar tidak meng-
ganggu kegiatan seluruh anggota keluarga.
Petugas terlebih dahulu harus menjelaskan tujuan wawancara dan
pengamatan sebelum melakukan pendataan karena pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dan pengamatan lingkungan rumah. Upayakan agar seluruh
rumah tangga dan anggota keluarga di dalamnya dapat didata. Petugas dapat ber-
koordinasi dengan kader Posyandu/RT/RW setempat bila ada kesulitan dalam
pengumpulan data. Kadangkala probing, yakni menggali atau memancing, dapat
digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban
responden perlu dilakukan. Petugas sebaiknya memotong dan mengulang
pertanyaannya dengan kalimat yang lebih mudah dipahami oleh responden bila

6
responden menjawab dengan panjang lebar tetapi tidak relevan dengan
pertanyaan. Responden diberi waktu sejenak untuk berpikir bila terlihat bingung
dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
Berikut sejumlah pengertian dan penjelasan terkait keluarga dan anggota
keluarga, yang beberapa di antaranya mengacu kepada Pedoman RisetKesehatan
Dasar (Riskesdas) Badan Litbangkes Tahun 2013. Keluarga adalahunit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di suatu tempat, di bawah satu atap dalam keadaan saling
bergantung. Pada pendataan ini, keluarga dikategorikan men-jadi dua jenis, yaitu
keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extendedfamily).
1) Keluarga inti, adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
2) Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah orang lain yang memiliki
hubungan darah (misalnya kakek, nenek, bibi, paman, dan lain-lain) dan juga
yang tidak memiliki hubungan darah tetapi ikut tinggal atau bermaksud
tinggal selama minimal 6 bulan dan makan dalam keluarga tersebut (pem-
bantu, supir, dan lain-lain). keluarga besar dapat terdiri atas beberapa
keluarga inti.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada saat melakukan pendataan terdapat beberapa
hal yang perlu dicermati, yakni:
1) Jika dalam satu bangunan rumah terdiri dari satu atau lebih keluarga inti/
keluarga besar, maka nama kepala keluarga tidak secara langsung diambil
dari kartu keluarga melainkan diambil berdasarkan status kepala keluarga di
setiap keluarga inti/keluarga besar.
2) Anggota keluarga (AK) adalah semua orang yang menjadi bagian dari
keluarga dan tinggal di keluarga tersebut, yang dijumpai pada waktu periode
pendataan di setiap wilayah. Kepala keluarga sekaligus adalah juga AK.
Orang yang telah tinggal di suatu keluarga selama 6 bulan atau lebih, atau
yang telah tinggal di keluarga kurang dari 6 bulan tetapi berniat tinggal di
keluarga tersebut selama 6 bulan atau lebih, dianggap sebagai AK. Anggota
keluarga yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih dan AK yang

7
bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan
meninggalkan keluarga selama 6 bulan atau lebih, dianggap bukan AK.
3) Pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun yang tinggal dan atau makan di
rumah majikannya dianggap sebagai AK majikannya. Tetapi jika hanya
makan saja (tidak tinggal), dianggap bukan AK majikannya.
4) Bangunan sensus atau rumah tangga yang bukan rumah tangga biasa (RS,
lembaga pemasyarakatan, panti sosial, asrama, pasar, dan lain-lain sesuai
definisi BPS), tidak diambil datanya.
5) Penghuni rumah kost yang ≤ 15 orang (termasuk AK pemilik kost),
dimasukkan ke dalam satu Prokesga.
6) Dalam kasus pemilik kost tinggal di bangunan yang sama dengan peng-huni
kost, maka apabila satu kamar diisi lebih dari satu orang dengan hubungan
keluarga baik suami/isteri/anak/sepupu/kakak/adik, semuanya dimasukkan
ke dalam satu Prokesga.
7) Apabila penghuni kost tinggal di bangunan yang terpisah dari pemilik kost,
maka mereka didata sebagai keluarga tersendiri.

Data keluarga dikumpulkan dengan menggunakan formulir Prokesga, yang


berbentuk tercetak atau elektronik (aplikasi).
Profil Kesehatan Keluarga mengacu kepada indikator keluarga sehat, yang untuk saat
ini ditetapkan sebanyak dua belas indikator sebagai berikut:

8
Data keluarga yang telah dikumpulkan, selanjutnya disimpan dalam
pangkalan data keluarga, yang selalu harus diremajakan (updated) sesuai dengan
perubahan yang terjadi di keluarga yang dijumpai pada saat dilakukan kunjungan
rumah (misalnya adanya kelahiran bayi, telah berubahnya bayi menjadi balita,
sudah diberikannya imunisasi dasar lengkap kepada bayi, dan lain-lain).

b. Penyimpanan Data
Data keluarga yang telah dikumpulkan dengan menggunakan aplikasi
program entry selanjutnya disimpan dalam pangkalan data keluarga yang
merupakansubsistem dari sistem pelaporan Puskesmas. Data-data tersebut, harus
selalu diremajakan (updated) sesuai dengan perubahan yang terjadi di keluarga
yang dijumpai pada saat dilakukan kunjungan rumah ulang (misalnya adanya
kelahiran bayi, telah berubahnya bayi menjadi balita, sudah diberikannya
imunisasi dasar lengkap kepada bayi, dan lain-lain).
Data keluarga ini juga dimanfaatkan untuk mengisi data pelaporan
Puskesmas yang selanjutnya akan masuk ke dalam pangkalan data di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dari sistem pelaporan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, data mengalir ke pangkalan data di Dinas Kesehatan Provinsi
dan akhirnya dengan sistem pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi sampai ke
pangkalan data di Kementerian Kesehatan. Data dalam pangkalan-pangkalan data
tersebut diolah dan dianalisis, akan keluar Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada
tingkat desa atau kelurahan, kabupaten atau kota, provinsi, dan nasional.
Bersamaan dengan itu, melalui mekanisme serupa, tentunya akan dilaporkan pula
(oleh program-program kesehatan) kemajuan Indikator Individu Sehat (IIS),
Indikator Tatanan Sehat (ITS), dan Indikator Masyarakat Sehat (IMS), sehingga
akan diketahui pula IIS, ITS dan IMS tingkat desa atau kelurahan, kabupaten atau
kota, provinsi, dan nasional. IKS, IIS, ITS, dan IMS, secara bersama-sama akan
menjadi indikator Desa/ Kelurahan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat,
dan Indonesia Sehat.

c. Pengolahan Data Keluarga


Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah pengolahan
data, yaitu misalnya dengan menghitung rerata, moda, cakupan, dan lain-lain.
Data keluarga diolah untuk menghitung IKS masing-masing keluarga, IKS

9
tingkat RT/RW/ Kelurahan/Desa dan cakupan tiap indikator dalam lingkup
RT/RW/Kelurahan/Desa, serta IKS tingkat kecamatan dan cakupan tiap indikator
dalam lingkup kecamatan.

Menghitung Indeks Keluarga Sehat (IKS)


Formulir-formulir untuk setiap anggota keluarga dari satu keluarga yang telah
diisi, kemudian dimasukkan ke dalam formulir rekapitulasi (jika digunakan formulir
dalam bentuk aplikasi, maka rekapitulasi ini akan terjadi secara otomatis). Contoh
formulir rekapitulasi yang sudah diisi dari suatu keluarga (contohnya Keluarga A)
adalah sebagaimana tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Profil Kesehatan Keluarga dari Keluarga A

Keterangan :

= Not applicablel yang berarti indikator tersebut tidak mungkin ada pada
anggota keluarga.

N = indikator tersebut TIDAK BERLAKU untuk anggota keluarga atau keluarga


yang bersangkutan (misal: karena salah satu sudah mengikuti KB, atau tidak
dijumpai adanya penderita TB paru).

10
Y = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga SESUAI dengan indikator
(misal: ibu memang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan)

T = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga TIDAK SESUAI dengan


indikator (misal: ayah ternyata merokok)

*) = Untuk indikator keluarga mengikuti KB jika salah satu pasangan sudah


program KB (misalnya Ibu) maka penilaian terhadap pasangannya (mengikuti
Ayah) Menjadi “N”, demikian sebaliknya.

*) = Untuk indikator bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, jika ada salah
satu anggota keluarga berusia 12-23 bulan maka jawabannya diletakkan pada
kolom anak yang berusia 5 tahun

*) = Untuk indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok jika jawabannya
“Ya merokok” maka dalam merekap statusnya “T”, sebaliknya jika
jawabannya “Tidak merokok” maka dalam rekapan statusnya “Y”.

Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu indikator, mengikuti
persyaratan di bawah ini:

1) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 1
2) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka indikator
tersebut dalam suatu keluarga bernilai 0
3) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N maka indikator
tersebut dalam satu keluarga tetap dengan status N (tidak dihitung)
4) Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga akan bernilai 0 meskipun didalamnya
terdapat status Y ataupun N

Hasil perhitungan rekapitulasi dari semua anggota keluarga menjadi kesimpulan


keluarga, seperti terlihat pada tabel 1 kolom (L). Pada kolom ini terlihat kesimpulan
setiap indikator menjadi berkode “1”, “0” atau “N”. Dengan menggunakan formula
{1/(12-∑ N)}, artinya indeks KS dihitung berdasarkan jumlah indikator bernilai ‘1’
dibagi jumlah indikator yang ada di keluarga (12-∑N). Pada perhitungan diatas
didapatkan skor IKS dari keluarga tersebut adalah {1 / 12-1} = 0,636.

11
a. Selanjutnya IKS masing-masing keluarga dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori kesehatan


masing-masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Nilai indeks >0,800 : keluarga sehat

2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat

3) Nilai indeks <0,500 : tidak sehat

Dalam contoh di atas, karena IKS Keluarga A bernilai 0,636, maka Keluarga A
termasuk kategori Keluarga Pra Sehat (IKS = 0,500 – 0,800).

b. Menghitung IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa


IKS tingkat RT/RW/kelurahan/desa dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori masing-masing


RT/ RW/kelurahan/desa dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1. Nilai IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa >0,800: RT/RW/Kelurahan/Desa Sehat


2. Nilai IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa = 0,500– 0,800 : RT/RW/
Kelurahan/Desa Pra Sehat
3. Nilai IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa < 0,500: RT/RW/Kelurahan/Desa
Tidak Sehat

Cakupan masing-masing indikator dihitung dengan rumus:

12
*) Jumlah seluruh keluarga yang yang memiliki indikator yang bersangkutan sama
artinya dengan jumlah seluruh keluarga yang ada di RT/RW/kelurahan/desa dikurangi
dengan jumlah seluruh keluarga yang tidak memiliki indikator yang bersangkutan
(N).

c. Menghitung IKS Tingkat Kecamatan


IKS tingkat kecamatan dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori kecamatan


dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Kecamatan dengan Keluarga Sehat, bila IKS tingkat kecamatan > 0,800
2) Kecamatandengan Keluarga Pra Sehat, bila IKS tingkat kecamatan = 0,500 –
0,800
3) Kecamatandengan Keluarga Tidak Sehat, bila IKS tingkat kecamatan < 0,500

13
BAB III
LAPORAN

Tabel 1 . Data Keluarga Sehat Kelurahan Pasar Pandan Air Mati RT. 001 / RW. 004
Tahun 2019

INDEKS KELUARGA SEHAT RT. 001 / RW. 004 KELURAHAN PASAR PANDAN AIR MATI TAHUN 2019

NO KELUARGA INDIKATOR
Keluarga Ibu Bayi Bayi Balita Penderit Penderita Penderita Anggota Keluarg Keluarga Keluarga
mengikuti melakuka mendapa mendap mendapa a hipertensi gangguan keluarga a sudah mempuny mempuny
program n t at air tkan tuberkul melakukan jiwa tidak menjadi ai akses ai akses
Keluarga persalina imunisasi susu ibu pematau osis paru pengobatan mendapat ada anggota sarana air atau
IKS
Berencana n di dasar (ASI) an mendap secara kan yang Jaminan bersih mengguna
(KB) fasilitas lengkap eksklusif pertumbu atkan teratur pengobata merokok Kesehat kan N Y 12-N INTER IKS
VENSI
kesehata han pengoba n dan an jamban
n tan tidak Nasiona sehat
sesuai ditelantar l (JKN)
standar kan

1 TAFRIADI Y N N N N N N N T Y Y Y 7 4 5 0,80 Pra Sht

2 BENHUR Y N N N N N N N T Y Y Y 7 4 5 0,80 Pra Sht

3 WARDYUS Y N N N N N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht

4 DASRIL N N N N N N N N T Y Y Y 8 3 4 0,75 Pra Sht

5 GUUSWANTO Y N N N N N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht

6 OKI RESKI Y N N N N N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht

7 SYAFRI ISWANDI Y Y N Y Y N T N T Y Y Y 3 7 9 0,78 Pra Sht

8 ANDI EKA PUTRA Y N N N Y N N N T Y Y Y 6 5 6 0,83 Sehat

9 IRJON CANDRA Y N N N N N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht

10 AMIR HUSIN N N N N N N T N T T Y Y 7 2 5 0,40 Tdk Sht

11 OLYANO. A Y N N N N N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht

12 JASMAWARDI Y N N N N N T N T Y Y Y 6 4 6 0,67 Pra Sht


ZULFITRI
13 Y Y N N Y N N N T Y Y Y 5 6 7 0,86 Sehat
KURNIAWAN
14 GUSMAWATI N N N N N N N N Y Y Y Y 8 4 4 1,00 Sehat

15 HENDRA. R Y Y N N Y N N N Y Y Y Y 5 7 7 1,00 Sehat

16 ATRINOVI Y N N N N N N N T Y Y Y 7 4 5 0,80 Pra Sht

17 MARNIS N N N N N N N N Y Y Y Y 8 4 4 1,00 Sehat

18 KARTINI N N N N N N T N Y Y Y Y 7 4 5 0,80 Pra Sht

19 EZA NOFENDRI N N Y Y Y N N N T Y Y Y 5 6 7 0,86 Sehat


ROMA DONI
20 N N N N Y N N N T T Y Y 7 3 5 0,60 Pra Sht
SAPUTRA
Σ Keluarga Bernilai "Y" 13 3 1 2 6 0 0 0 4 13 20 20 SEHAT 6

Σ Keluarga Bernilai "T" 0 0 0 0 0 0 4 0 16 7 0 0 PRA SEHAT 13

Σ Keluarga Bernilai "N" 7 17 19 18 14 20 16 20 0 0 0 0 TDK SEHAT 1

Y+T 13 3 1 2 6 0 4 0 20 20 20 20 IKS 0,3


%Y (% Cakupan RT. 001 /
100 100 100 100 100 0 0 0 20 65 100 100
RW. 004 KELURAHAN
%T 0 0 0 0 0 0 100 0 80 35 100 100
Total Keluarga - Σ
13 3 1 2 6 0 4 0 20 20 20 20
Keluarga Bernilai "N"

14
Dari 20 keluarga yang dikunjungi di Kelurahan IX Korong didapatkan :
1. Terdapat 6 KK kategori sehat
2. Terdapat 13 KK kategori pra sehat
3. Terdapat 1 KK kategori tidak sehat

Tabel 2. Cakupan masing-masing indikator PIS-PK


No Indikator Cakupan Target
1 Keluarga mengikuti KB 100% 80%
2 Ibu bersalin di faskes 100% 100%
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 100% 100%
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan 100% 100%
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan 100% 100%
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar N 100%
7 Penderita hipertensi berobat teratur N 100 %
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan N 100 %
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 20% 70%
10 Sekeluarga menjadi anggota JKN 65% 100%
11 Keluarga mempunyai akses terhadap air 100% 100%
bersih
12 Keluarga mempunyai akses atau 100% 100%
menggunakan jamban sehat

3.1 Penetapan Prioritas masalah


Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan
wawancara dengan kepala puskesmas dan penangggung jawab program PIS PK
di Puskesmas Tanjung Paku. Terdapat 12 Indikator PIS PK yaitu : Keluarga
mengikuti KB, Ibu bersalin di faskes, Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap,
Bayi diberi ASI ekslusif selama 6 bulan, Pertumbuhan balita dipantau setiap
bulan, Penderita TB paru berobat sesuai standar, Penderita hipertensi berobat
teratur, Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan, Tidak ada anggota keluarga
yang merokok, Sekeluarga menjadi anggota JKN, Keluarga mempunyai akses
terhadap air bersih, Keluarga mempunyai akses atau meggunakan jamban sehat.
Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing indikator PIS PK. Pada

15
capaian target indikator tersebut masih terdapat kesenjangan antara target dan
pencapaian. Berdasarkan keseluruhan indikator dipilih yang belum mencapai
target, dipilih dua masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala
prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG). Penilaian dua masalah prioritas
tersebut ditentukan berdasarkan hasil turun kelapangan. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat
dari Urgens, Seriousness, Growth.
Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :
1. Rendahnya cakupan keluarga yang tidak merokok di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku Kelurahan Kelurahan Pasar Pandan Air Mati RT.
001 / RW. 004 tahun 2019
2. Rendahnya cakupan keluarga menjadi anggota JKN di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku Kelurahan Kelurahan Pasar Pandan Air Mati RT.
001 / RW. 004 tahun 2019.
Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Tanjung Paku harus ditentukan
prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.Upaya
yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan
teknik skoring sebagai berikut:
1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting

16
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

3.2 Penilaian Prioritas Masalah PIS PK di Puskesmas Tanjung Paku


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian
dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas dan wawancara dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat
dari Urgensi, Seriousness, dan Growth.

Tabel 3. Urgensi, Seriousness, Growth


Masalah U S G P Prioritas
Rendahnya cakupan keluarga yang tidak
merokok di wilayah kerja PuskesmasTanjung
4 5 5 14 P1
PakuKelurahan Pasar Pandan Air Mati bulan
April tahun 2019.
Rendahnyacakupankeluarga menjadi anggota
JKN di wilayah kerja PuskesmasTanjung
3 3 4 10 P2
PakuKelurahan Pasar Pandan Air Mati bulan
April tahun 2019.

Adapun masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan skala USG adalah
Rendahnya cakupan keluarga yang tidak merokok di wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Tanjung Paku Kelurahan Kelurahan Pasar Pandan Air Mati RT. 001 / RW.
004 tahun 2019. Alasan mengapa cakupan keluarga yang tidak merokok menjadi
prioritas utama karena tingginya angka keseriusan merokok merupakan kebiasaan
yang tidak sehat dan dapat mengancam jiwa. Sedangkan untuk masalah JKN
merupakan program yang tidak langsung menimbulkan masalah yang serius jika tidak
dilakukan dalam waktu yang dekat.

17
Manusia Metode

· Pengetahuan yang kurang terhadap · Memberikan penyuluhan tentang


dampak buruk merokok merokok dan efek samping serta cara
· Kurangnya dukungan dari keluarga mengatasinya
· Tingkat pendidikan masyarakat · Memberikan reward dalam bentuk
rendah piagam dan uang kepada keluarga
· Kurangnya keinginan berhenti yang tidak merokok
merokok

Rendahnya cakupan
keluarga yang tidak
merokok yaitu 20 %
Melakukan penyuluhan yang Belum tersedia dana khusus Sikap keluarga
lebih intens tentang rokok dan untuk penyuluhan dan yangkurang begitu
bahaya merokok pembuatan pamphlet, poster, respon terhadap rokok
tentang merokok

Sarana Dana Lingkungan

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone)

18
3.3 Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone) maka dapat
dilakukan analisis sebab akibat masalah tersebut selanjutnya diambil tindakan
perbaikan.Dari berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari
alternatif pemecahan masalah tersebut.

Tabel 4. Analisis Sebab Akibat Masalah


Variabel Masalah
Alternatif Pemecahan
No Faktor
Penyebab Masalah Masalah
Penyebab
1. Manusia a. Kurangnya pengetahuan a. Memberikan informasi
tentang merokok seputar merokok terutama
b. Kurang mengikutsertakan bahaya merokok
keluarga dan kurangnya b. Memberikan informasi
dukungan keluarga kepada anggota keluarga
c. Kurangnya kunjungan akan pentingnya untuk
rumah petugas kesehatan berhenti merokok
d. Kurangnya keinginan untuk c. Petugas lebih aktif turun
berhenti merokok kelapangan untuk
melakukan penyuluhan
tentang rokok
2. Metode a. Keterlibatan keluarga, a. Utamakan memberikan
terutama untuk mendukung informasi kepada keluarga
agar tidak merokok akan pentingnya untuk
b. Penyuluhan saat tatap muka berhenti merokok
terlalu banyak informasi, b. Penyuluhan tentang
sehingga kurang efektif merokok
3. Money a. Belum ada dana khusus b. Mengajukan dana khusus
untuk penyuluhan, untuk penyuluhan
pembuatan pamphlet, serta merokok, pembuatan
poster tentang merokok pamphlet, serta poster
4. Material Minimnya informasi dan Adakan sosialisasi Program
penjelasan tentang merokok tentang bahaya merokok oleh

19
seluruh Puskesmas

5. Machine Kurangnya informasi adanya Memberikan informasi tentang


Program bahaya merokok bahaya merokok serta
kepada masyarakat memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang
bahaya merokok

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari 20 keluarga yang dikunjungi di Kelurahan Pasar Pandan Air Mati RT.
001 / RW. 004 Tanjung Paku Kota Solok terdapat 6 KK kategori sehat, 13 KK
kategori pra sehat dan terdapat 1 KK tidak sehat. Masih ditemukan banyaknya
anggota keluarga yang merokok, masih ada keluarga yang belum memiliki
jaminan kesehatan, dan penderita hipertensi masih ada yang belum melakukan
pengobatan secara teratur. Namun masyarakat telah mengikuti KB, bersalin di
Faskes, bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan ASI eksklusif,
pertumbuhan balita dipantau setiap bulan, dan menggunakan air bersih serta
penggunaan jamban telah optimal.
Berdasarkan analisis data menggunakan skala prioritas USG dan fish bone
didapatkan peningkatan persentase keluarga yang merokok. Hal ini dapat
berdampak buruk terhadap kehidupan dari masyarakat yang memiliki kebiasaan
merokok, yang mana merokok suatu kebiasaan yang tidak sehat dan dapat
mengancam jiwa bahkan sampai kepada kematian.

4.2 Saran
Agar program-program kerja di puskesmas dapat berjalan dengan baik dan
masalah dapat teratasi, maka penulis menyarankan :
1. Melakukan koordinasi antar program / lintas program dan tokoh masyarakat /
lurah (lintas sector).
2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat dan keluarga pra-sehat dengan
materi PHBS yang menunjang untuk menjadi keluarga sehat.
3. Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang merupakan alat untuk
menjalankan rencana program penyuluhan tentang rokok yang merupakan
indikator tercapainya PIS PK.
4. Melakukan kegiatan kunjungan rumah.
5. Penyebaran leaflet dan menempel poster mengenai dampak buruk merokok.

21

Anda mungkin juga menyukai