Anda di halaman 1dari 29

Dr. Halim Danusantoso, Sp.

P
Definisi
Bronkiektasis adalah
penyakit paru dengan:

 Dilatasi patologis bronkus


 Disertai obliterasi
percabangan selanjutnya
 Disertai banyak sekrit &
radang kronis setempat
Jenis bronkiektasis

 Bronkiektasis Kongenital (jarang)

 Bronkiektasis Didapat (lebih sering)


Bronkiektasis kongenital
 Jarang terjadi, biasanya sbg akibat dari
defisiensi sistim imunitas paru: immotile cilia
syndrome, deficiency IgA/C3/C4, deficiency
alpha-antitrypsine

 Sering merupakan penyakit peserta dari


mukovisidosis (cystic fibrosis)

 Merupakan salah satu komponen dari sindroma


Kartagener (dekstrokardia, sinusitis dan
bronkiektasis kongenital)
Penyebab
Bronkiektasis didapat (aquired)
 Akibat proses radang paru yang parah pada masa
kanak-kanak yang tidak sembuh sempurna :
– akut : pneumoni/bronkopneumoni (karena komplikasi morbili atau
pertussis)  skrg sdh jarang (vaksinasi MMR/DPT!)
– kronis : tuberkulosis!
 Karena aspirasi benda asing pada anak:
– Benda asing menyangkut pada salah satu percabangan
bronkus, lama2 timbul keluhan khas bronkiektasis yang
akan bertambah parah sesuai bertambnya umur.
Patologi Anatomi
 Lumen Bronkus dilatasi (melebar) secara
patologis, ireversibel
 Terjadi obliterasi dari percabangan bronkus di
sebelah distal dari ujung yang sakit :
– Tidak dapat ditemukan kelanjutan percabangannya.
Bronkus seolah-olah terputus tepat sesudah atau tak
jauh dari pelebarannya.
– Ujungnya akan tertutup jaringan radang menahun
dengan hipersekresi yang mukopurulen sampai
dengan purulen betul
Tipe bronkiektasis

Berdasarkan bentuk pelebarannya,


bronkiektasis dapat dibedakan menjadi:

 Tipe silinder
 Tipe kantong (saccular)
 Tipe varikosa
Patogenesis (1)
 Kelainan dapat terjadi hanya pada satu bronkus
saja, tetapi lebih sering kelainan terdapat pada
lebih dari satu bronkus.
 Volume paru yang msh berfungsi berkurang
sesuai dg banyaknya percabangan bronkus
yang hilang (gangguan restriksi paru VC
<80%)

Napas menjadi pendek

Penderita mengalami hipoksemia kronis


Patogenesis (2)
Karena ada sarang infeksi kronis dapat:
 menjadi sumber infeksi fokal -> mikro-
abses di otak, ginjal, dll
 menjadi radang akut  (br)pnemoni
 terjadi perdarahan
 Timbul super-infeksi dengan kuman lain,
mis. kuman anaerob!  caries dentis!
Gambaran Klinis (1)

 Batuk-batuk sudah bertahun-tahun, malahan


biasanya berawal dari masa kanak-kanak.
 Dahak makin lama makin banyak, terutama pagi
hari sewaktu bangun tidur
 Jumlah dahak bisa sampai sekitar 1 gelas atau
lebih setiap pagi
 Dahak berkisar antara mukopurulen (saat
remisi) sampai purulen (saat eksaserbasi akut)
Gambaran klinis (2)
 Dahak 24 jam (tidak diencerkan/dikocok/diaduk):
-lapis bawah: nanah kental dg gumpalan2
(=sisa2 jaringan bronkus yg nekrotis)
-lapis tengah: agak keruh, keatas semakin jernih
-lapis atas: berbusa
 Dahak berbau nanah atau berbau busuk
 Penderita sering mengeluh sesak (tanpa
suara ngiik/wheeze) kalau bekerja sdkt saja
Gambaran klinis (3)
 Hemoptoe (dari sedikit sampai banyak)
pada separuh penderita

 Suhu badan agak hangat-hangat sedikit


(tanda infeksi kronis). Suhu badan akan
meninggi kalau sedang eksaserbasi akut
Gambaran Klinis (4)
 Keadaan Umum:
– jari tabuh (clubbing fingers)
– kuku kue ku (k4) =kuku gelas arloji (hour glass nails)
menunjukkan adanya hipoksemia kronis

 Palpasi toraks (daerah bronkus yang terserang):


- vibrasi di dekat hilus, saat gumpalan dahak melintasi
cincin tulang rawan dinding bronkus

 Auskultasi (daerah bronkus yang terserang):


– ronki basah sedang sampai kasar para-hiler dan/atau
parakardial (tergantung letak bronkus yg terserang)
Pemeriksaan Penunjang (1)
 Foto paru :
 Gambaran cincin-cincin kecil di daerah para-hiler/para-kardial di atas
dasar yang agak suram (infiltrat) cincin ini adalah bayangan dinding
bronkus yg menebal dan mengalami dilatasi
 Bila gambaran cincin terlalu banyak akan terbentuk gambaran sarang
tawon (honeycomb appearance ) di darah parakardial ki atau ka atau
ke-dua2nya

 Bronkografi (dengan memasukkan lipiodol kedalam broncheal tree) :


 Jelas terlihat pelebaran bronkus serta obliterasi percabangan distalnya
(gambaran bronkus yang mendadak melebar dan hilang bagian
distalnya)
 Pada umumnya juga tampak bentuk bronkiektasis yang dihadapi

 CT scan juga dapat menunjukkan kelainan2 dasar ini.


(karena tanpa bahaya komplikasi dan lebih mudah 
bronkografi sudah ditinggalkan!)
Pemeriksaan Penunjang (2)

 Pemeriksaan Faal Paru (spirometri)

 Pengurangan kapasitas vital paru lebih dari 20%


dari yang diantisipasi.
 Kecepatan Arus Puncak Ekspirasi Maksimal
(KAEM) atau Peak Flow Rate (PFR) menurun
Pemeriksaan Laboratorium (1)
 Darah (hanya dapat memperkuat dugaan saja) :
– Rutin:
 Lekositosis ringan (tidak selalu) dg shift to the right
(pergeseran ke kanan)  tanda infeksi kronis
 Lekositosis berat dg shift to the left bila ada eksaserasi akut

– Kultur darah: bakteriemi (ttp sering -, bila +  kmgk


metastasis pernanahan, terutama di otak?)

– Analisis gas darah : hipoksemia ringan (semakin


parah penderita  hipoksemia semakin nyata)
Pemeriksaan Laboratorium (2)
 Sputum (!) :
– Makroskopis  indikasi bgmn keadaan
penderita
 Makin purulen  makin bahaya, karena
sedang/hampir terjadi eksaserbasi akut/super-
infeksi
 Bau busuk  indikasi infeksi bakteri anaerob.
 Kumpulan sputum selama 24 jam (tidak
diencerkan, tidak dikocok, tidak diaduk): volume?
warna? bau? konsistensi?
 Adakah korelasi dengan kondisi klinik?
Pemeriksaan Laboratorium (3)
- Mikroskopis dengan Preparat Gram:
Multi-bakteri (Gram +/-, basil/kokus)

- Kultur aerob/anaerob dengan tes resistensi

- Perhatikan bakteri yang jumlahnya paling


banyak dan pada pemeriksaan ulangan selalu
ditemukan  peranan penting sbg pencetus
eksaserbasi
Diagnosis
Diagnosis Klinis dibuat berdasarkan pemeriksaan:
 Anamnesis (60%)
 Jasmani (+15%)
 Sputum secara makroskopis (+15%)

Diagnosis Pasti (bila memungkinkan) dengan:


– CT scan paru
– foto Ro paru (minimal)
Terapi (1)
 Perlu evaluasi yang cermat untuk
menentukan terapi tepat.
 Pengobatan konservatif hanya bersifat
simptomatis dan paliatif.
 Hanya reseksi radikal bagian paru yang
dilayani bronkus yang rusak (lobektomi),
yang dapat membebaskan penderita dari
keluhan2nya (ttp INGAT PRASYARAT!)
Terapi (2)
 Indikasi absolut untuk reseksi segera:
life saving tok (y.i. hemoptoe profus yg tak
dapat diatasi dg obat saja)
 Prasyarat untuk reseksi elektif:

- kontraindikasi umum operasi


- gangguan sistim imunitas paru
- adanya penyakit paru lainnya, mis. COPD,
Carcinoma.
Terapi (3)
 Terapi konservatif :
– Meningkatkan higiene paru

 Membatukkan keluar dahak setuntas mgk, a.l. dg


 Ekspektoran
 Ambroxol HCl  surfaktan >>  dahak longgar
 Inhalasi uap air  dahak longgar
 Memilih posisi tubuh yang tepat untuk evakuasi
sputum (postural drainage)
 NO SMOKING/hindari polutan udara (debu/kimia/dll)
Terapi (4)
 Udara yang dihirup harus semurni mungkin
dg mencegah secara absolut polutan2
(obat nyamuk, pewangi, asap rokok aktif/pasif,
asap2 lain, uap bahan kimia, debu, abu, dll.
 Memperbaiki Oksigenisasi darah dg setiap tidur
menggunakan Oksigen dosis rendah (2L/menit)
dengan kanula hidung
 Temperatur udara jangan terlalu dingin
 Udara jangan terlalu kering
Terapi (5)
 Optimalisasi kesehatan umum (NO bergadang)
 Gizi tinggi kalori tinggi protein
 Antioksidan (vitamin C/E/SOD/Ubiquinone)
untuk melindungi jaringan paru yang msh sehat
maupun yang sudah mulai sakit.
 Antibiotika dibatasi hanya bila terjadi
eksaserbasi akut atau bila ada super- infeksi,
untuk mencegah resistensi kuman thd antibiotika
yang sering dipakai.
Komplikasi
 Hemoptoe (paling ditakuti dalam era
antibiotika)
 Timbulnya radang akut berupa ISPB,
abses paru, atau empiema
 Emboli pus yang akan dapat mencapai
otak dan ginjal  abses!
 Sumber infeksi fokal
 Cor pulmonale dan seterusnya
Prognosis
 Bila proses patologis terbatas dan tidak ada
kontra-indikasireseksi paru/lobektomi 
penyembuhan untuk selamanya.
 Bila operasi tidak dapat dilakukan  kelainan
dasar akan selalu tetap ada  tetapi terapi
konservatif dapat meminimalkan keluhan
penderita dan mencegah timbulnya
komplikasi yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai