Komunitas Temu 9
Komunitas Temu 9
OLEH :
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan “Mental Health” makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Komunita
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.Makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………......ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan………………………………………….……………………………30
3.2 Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 31
BAB I
PENDAHULUAN
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak dari
kecemasan dan perasaan bersalah. Mereka tetap mengalami kecemasan dan perasan
berasalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu. Mereka
sanggup menghadapi masalah masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dan dapat
memecahkan masalah masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebat pada
struktur dirinya. Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan
emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya.
Keadaan yang demikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada orang
yang mengalami kesehatan mental yang buruk.
PEMBAHASAN
a. Sedih berkepanjangan
b. Tidak bersemangat dan cenderung malas
c. Marah tanpa sebab
d. Menggantung diri
e. Tidak mengenali orang
f. Bicara kacau
g. Bicara sendiri
h. Tidak mampu merawat diri
2.2 Konsep Dasar Community Mental Health Nursing
2.2.1 Pengertian Community Mental Health Nursing
a. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang
tubuh yag dialami anggota masyarakat akibat bencana yang
memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi mereka terhadap
kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang
akut,kronis maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan
jiwa.
b. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami
masyarakat seperti ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi
yang lebih berat yang memerlukakan pelayanan agar mereka dapat
beradaptasi dengan situasi tersebut.
c. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat,
kehilangan pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang
memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka
mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat
digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diperdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai
konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua
jenjang pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis ,
pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa
yang bersumber daya masyarakat. Perberdayaan seluruh potensi dan
sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan agar terwujud
masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
a. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik
antara perawat dengan klien).
b. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model
keperawatan jiwa).
c. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan
adaptasi dalam keperawatan jiwa).
d. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
biologis dalam keperawatan jiwa).
e. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-
keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
f. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-
keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
g. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-
keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
h. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-
keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
i. Implementing the nursing process : standards of care
(penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar- standar
perawatan).
j. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional
Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa:
melalui penampilan standar-standar professional).
2.2.3 Jenis – Jenis CMHN
a. Basic Course (BC) CMHN
Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)
Kegiatan :perawat diberikan pelatihan cara memberikan asuhan
keperawatan (7 Dx Keperawatan) pada klien dan keluarga pasien
gangguan jiwa dirumah.
b. Intermediate Course (IC) CMHN
Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)
Kegiatan :
1. Membentuk desa siaga sehat jiwa
2. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening
ggn jiwa di masyarakat, masalah psikososial dan
sehat jiwa.
3. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan
masalah psikososial dan mengembangkan
rehabilitasi pasien gangguan jiwa.
c. Advance Course (AC) CMHN
Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal
dan informal serta masyarakat luas
Kegiatan :
1. Manajemen keperawatan kesehatan jiwa
2. Kerjasama Lintas sektoral
2.3 Konseptual Model Keperawatan Jiwa Komunitas
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson).
Menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego)
untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uberich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation
of Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini
adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak.
Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan
air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-
kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada
mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan
traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model
ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi,
transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien
dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak
berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus. Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua
pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah
berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan
secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada
masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
b. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalh
Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien),
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan
turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat
memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila faktor social dan faktor lingkungan yang memicu munculnya
stress pada seseorang (social and environmental factors create stress,
which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi yang sangat
penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and
social support (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan
sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini
adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang
ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau
suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien
seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers).
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Body imagenya. Prinsip proses terapi-
nya adalah : mengupayakan individu agar bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat
dianggap sebagai panutan (experience in relationship), memperluas
kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong
untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan
berperan serta memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari
dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui
terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward &
punishment.
e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland).
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial
dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah
seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri,
perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan,
tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping
adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-
kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu
dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa
digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan
empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
f. Medica (Meyer, Kraeplin).
Menurut konsep ini gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan sosial. Sehingga
focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.
2.4 Peran dan Fungsi Perawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
A. Pencegahan Primer
2.7 Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)
1. Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada Anak
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa
mencapai 11,6 % dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun.
Hal ini menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi
Kementerian Kesehatan karena merupakan tantangan yang besar dengan
kompleksitas tinggi di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak
dapat menderita gangguan jiwa, sebagai berikut :
a. Gangguan kecemasan : Anak dengan gangguan kecemasan menanggapi
halhal tertentu atau situasi dengan rasa takut dan ketakutan, serta dengan
tanda fisik kecemasan (gugup), seperti detak jantung yang cepat dan
berkeringat.
b. Gangguan perilaku : Anak dengan gangguan ini cenderung menentang
aturan dan sering mengganggu di lingkungan terstruktur, seperti sekolah.
c. Gangguan perkembangan : Anak dengan gangguan ini memiliki masalah
dalam memahami dunia di sekitar mereka.
d. Gangguan makan : Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap,
serta perilaku tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.
e. Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi perilaku yang terkait
dengan pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).
f. Gangguan Afektif : Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus
menerus bahkan berubahnya suasana hati dengan cepat.
g. Skizofrenia : gangguan serius melibatkan persepsi terdistorsi dan pikiran.
h. Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan seseorang melakukan
aktifitas yang sama serta berulang, gerakan tiba-tiba dan tak terkendali
serta sering. Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan
makan, gangguan afektif, dan skizofrenia, dapat terjadi pada orang
dewasa maupun anak-anak. Sedangkan gangguan perilaku dan gangguan
perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan belajar dan komunikasi
dimulai pada masa kanak-kanak saja, meskipun dapat berlanjut terus
sampai dewasa. Dalam kasus yang jarang terjadi, gangguan tic dapat
terjadi pada orang dewasa. Tetapi hal yang tidak biasa bagi seorang anak
memiliki lebih dari satu gangguan.
2. Jenis Gangguan jiwa yang ditangani pada Remaja
1. Gangguan Cemas Cemas (ansietas) adalah perasaan gelisah yang
dihubungkan dengan suatu antisipasi terhadap bahaya, ini berbeda dengan
rasa takut, yang merupakan bentuk respon emosional terhadap bahaya
yang obyektif, walaupun manifestasifisiologik yang ditimbulkannya sama
cemas merupakan suatu bentuk pengalamanan yang umum, tapi dapat
ditemui dalam bentuk yang berbeda pada gangguan psikiatrik dan
gangguan medis Diagnosis mengenai cemas ditegakkanapabila gejala
cemas mendominasi dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau
gangguan yang nyata.
2. Gangguan Depresi Dalam perkembangan normal, remaja mempunyai
kecenderungan mengalami depresi, oleh karena itu sangatlah penting
untuk membedakan secara jelas dan hati-hati antara depresi yang
disebabkan oleh gejolak mood yang normal pada remaja (adolescent
turmoil) dengan depresi patologik. Akibat sulitnya membedakan antara
kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja sering tidak
terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada
remaja sering kali akan berlanjut sampai masa dewasa. Menurut Carlson,
seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada remaja menjadi
tipe primer dan sekunder.
o Tipe primer : bila tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya
o Tipe sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan
dengan gangguan psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang
sekunder biasanya lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih
banyak kelelahan sometik, dan lebih sering terlihat mudah
tersinggung, putus asa, mempunyai ide bunuh diri, problem tidur,
penurunan prestasi sekolah, harga diri yang rendah , dan tidak patuh.
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam
pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga
menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas,
bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan
perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan dalam menilai
realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang. Ganguan
skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti
mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua
orang atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi
orang ketiga.
2. Parafrenia. Parafrenia merupakan gangguan jiwa gawat yang pertama timbul pada
(lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering
dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan
depresif di pihak lain. Lebih sering terjadi pada wanita dengan kepribadian
pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan ciri-ciri paranoid (curiga,
bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikah atau hidup
perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulit
mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik
terdapat gangguan pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas
sosial rendah atau lebih rendah.
3. Gangguan Jiwa Afektif. Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang
ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai
oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain:
c) Neurosis fobik
e) Gangguan somatoform
f) Hipokondriasis
2.8. Perawatan Klien Gangguan Jiwa
2. Persiapan Pulang:
a. Pendidikan (Edukasi,Reedukasi,Reorientasi).
Youssef menemukan penurunan angka kambuh pada klien dan keluarga yang
mengikuti program pendidikan.Pendidikan kesehatan ini ditujukan pula
untuk mencegah atau menguraikan dampak gangguan jiwa bagi klien.
Program pendidikan yang dapat dilakukan adalah:
c. Rujukan.
1. Riwayat :
a. Usia penderita
2. Demografi
b. Agama
c. Budaya
a. Lingkungan fisik
g. Ekonomi
h. Rekreasi
2.9.3 Perencanan