Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.


Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksala, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urin dan status cairan
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung


kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna
oranye.

Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup


infeksi, stasis urine, periode imobilitas (drainase renal yang lambat dan
perubahan metabolism kalsium)

B. Manifestasi klinis

C. Penatalaksanaan
1. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin atau
meperiden diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri luar
biasa. Mandi air panas atau air hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisis lain yang memerlukan pembatasan cairan.
Proses ini akan mendorong pasase batu tersebut ke bawah.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin) akan
segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
Setelah komposisi ditentukan contoh: batu kalsium okslat atau kalsium
fosfat biasanya menunjukkkan adanya gangguan metabolisme kalsium
atau oksalat, sedangkan batu urat menunjukkan adanya gangguan
metabolism asam urat. Batu strufit (batu infeksi) terdapat sekitar 15% dari
seluruh batu urinarius. Agens antibacterial spesifik diberikan jika terjadi
infeksi.
3. Terapi nutrisi dan medikasi
a. Batu kalsium
1) Pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat
membantu mencegah pembentukan batu labih lanjut.
2) urine dapat menjadi asam dengan pemakaian medikasi seperti
ammonium klorida atau asam asethohidoksamik (Lithostat)
b. Natrium selulosa fosfat
1) Agens ini mengikat kalsium yang berasal dari makanan dalam
saluran intestinal, mengurangi jumlah kalsium yang di absorbsi ke
dalam sirkulasi.
2) Jika ada peningkatan produksi parathormon (menyebabkan
paningkatan kadar kalsium serum dalam darah dan urin) merupakan
faktor yang menyebabkan pembentukan batu, terapi deuretik
menggunakan thiazide mungkin efektif dalam mengurangi kalsium
ke dalam urin dan menurunkan kadar parathormon.
c. Batu Fosfat
Diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu
fosfat. Untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli alumunium hidroksida
dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan
mengekskresikannya melalui saluran intestinal bukan ke sistem
urinarus.
d. Batu urat
1) Diet rendah purine yang berfungsi mengurangi ekskresi asam urat
dalam urin.
2) Makanan tinggi purine (kerang, ikan hering, asparagus jamur dan
jeroan) harus dihindari dan protein harus dibatasi.
3) Allopurinol (Zyloprim) untuk mengurangi kadar asam urat serum
dan ekskresi asam urat kedalam urine.
4) Penisilamin diberikan untuk mengurangi jumlah sistin dalam urine.
e. Batu Oksalat
1) Untuk batu oksalat urine encer dipertahankan dengan pembatasan
masukan oksalat.
2) Makanan yang harus dihindari seperti sayuran hijau berdaun banyak:
kacang, seledri, gula, buah beri hitam. Kelembak: Coklat, teh, kopi,
dan kacang tanah.
f. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
modalitas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengangkatan batu perkutan, atau ureteroskopi.
4. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal adalah prosedur noninvasive
yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu
tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasie, sisa batu-batu
tersebut dikeluarkan secara spontan.
5. Metode Endourologi pengangkatan batu

6. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat. Suatu stent dapat dimasukkan dan dibiarkan selama 48 jam atau
lebih setelah prosedur untuk menjaga kepatenan ureter. Lama rawat
biasannya singkat, dan beberapa pasien berhasil ditangani secara rawat
jalan.
7. Pelarutan batu

8. Pengangkatan bedah

Anda mungkin juga menyukai