Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Balita

a. Pengertian

Balita merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk anak

usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Usia balita,

anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua, misalnya

untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan minum.

Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih belum

sempurna (Sutomo, 2010).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah

lima tahun (Muaris. H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni.

DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1−3 tahun

(batita) dan anak prasekolah (3−5 tahun).

b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai

hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel- sel tubuh, jaringan tubuh, organ- organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih,2014).


Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat

diramalkan dan memiliki ciri- ciri sehingga dapat diperhitungkan,

seperti berikut (Soetjiningsih, 2014):

1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan dari konsepsi

sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak di dalam

kandungan dan setelah kelahiran perkembangan dapat dengan

mudah diamati.

2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan dan ada masa

perlambatan. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah

pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.

3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak,

tetapi kecepatannya berbeda.

4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi sistem saraf pusat.

Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan

kakinya.

5) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan

menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit, salah

satunya diare. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat

atau mengganggu proses tumbuh kembang. Sehingga diare

membutuhkan penanganan khusus agar tidak terjadi permasalahan

yang komplek (Soetjiningsih, 2014).

c. Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya

senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni (Hartono, 2008):

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung


9

kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar

menggunakan kakinya.

B. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya.

C. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari

dan lain-lain.

d. KARAKTERISTIK balita

Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fiisik yang relatif

melambat, namun perkembangan motoriknya akan meningkat cepat (Hatfield, 2008). Anak

mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak akan mulai mencoba

mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau terjadi, mengenal arti kata “tidak”,

peningkatan pada amarahnya, sikap yang negatif dan keras kepala (Hockenberry, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik yang berbeda-

beda di setiap tahapannya. Karakteristik perkembangan pada balita secara umum dibagi

menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum, dan egocentric. Negativism adalah

anak cenderung memberikan respon yang negatif dengan mengatakan kata “tidak”.

Ritualism adalah anak akan membuat tugas yang sederhana untuk melindungi diri dan

meningkatkan rasa aman. Balita akan melakukan hal secara leluasa jika ada seseorang

seperti anggota keluarga berada disampingnya karena mereka merasa aman ada yang

melindungi ketika terdapat ancaman.

Karakteristik selanjutnya adalah Temper tantrum. Temper tantrum adalah sikap

dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan menjadi cepat marah

jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Erikson tahun 1963

menyatakan Egocentric merupakan fase di perkembangan psikososial anak. Ego anak akan
menjadi bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak menjadi

lebih percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mulai mengembangkan

kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri serta anak juga menyadari kegagalan

dalam mencapai sesuatu (Price dan Gwin, 2014; Hockenberry, 2016).

Perkembangan selanjutnya pada anak usia 3 tahun adalah anak mulai bisa

menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan satu kaki dalam beberapa detik,

melompat luas, dapat membangun atau menyusun menara dengan menggunakan 9 sampai

10 kubus,melepaskan pakaian dan mengenakan baju sendiri. Usia 4 tahun, anak dapat

melompat dengan satu kaki, dapat menyalin gambar persegi,mengetahui lagu yang mudah,

eksplorasi seksual dan rasa ingin tahu yang ditunjukkan dengan bermain seperti menjadi

dokter atau perawat. Anak usia 5 tahun dapat melempar dan menangkap bola dengan baik,

menyebutkan empat atau lebih warna, bicara mudah dimengerti, dan sebagainya

(Hockenberry et.al., 2016; KIA, 2016).

Sedangkan menurut Supariasa (2002) penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

1) Pengukuran biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, hati,

dan otot (Supariasa, 2002).

(2)Pengukuran biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan (Supariasa, 2002). Contoh pemeriksaan biofisik

yang sering dilakukan adalah pada kasus rabun senja dilakukan tes

adaptasi dalam gelap (night blindness test) (Departemen Gizi dan

KesMas FKM UI, 2007).


23

1) Pengukuran klinis

Pengukuran klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini berdasarkan pada perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut,

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002). Pemeriksaan klinis meliputi

pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan

(Arisman, 2009).

2) Pengukuran antropometrik

Metode antropometri digunakan untuk mengukur defisiensi gizi berupa

penurunan tingkat fungsional dalam jaringan, terutama untuk mengetahui

ketidakseimbangan protein, kekurangan energi kronik, malnutrisi sedang,

dan dapat menunjukkan riwayat gizi masa lalu. Indeks antropometri

adalah kombinasi antara beberapa parameter antropometri (Suyatno,

2009). Menurut Supariasa (2002) terdapat beberapa jenis indeks

antropometri yaitu:

← Berat badan menurut umur (BB/U)

Menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini (current

nutritional status). Merupakan pengukuran antropometri yang sering

digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan

kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi

terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh

(otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan


keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat
badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Current Nutritional Status) (Supariasa, 2002).
Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Menggambarkan status gizi masa lampau, dan juga memiliki

hubungan dengan status sosial ekonomi.

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Menggambarkan status gizi saat ini namun tidak tergantung terhadap

umur, sehingga tidak dapat memberikan gambaran apakah anak

tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan

menurut umur.

(4) Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Menggambarkan status gizi saat ini, namun perkembangan lingkar

lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada tahun pertama

kehidupan (5,4 cm). Pada usia 2 tahun sampai 5 tahun sangat kecil

yaitu kurang lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia

selanjutnya.

(5) Lingkar kepala

Pengukuran lingkar kepala yang merupakan prosedur baku di bagian

anak, ditujukan untuk menentukan kemungkinan adanya keadaan

patologis yang berupa pembesaran hidrosefalus atau pengecilan

mikrosefalus. Lingkar kepala terutama berhubungan dengan ukuran


25

otak dalam skala kecil, dan ketebalan kulit kepala serta tulang

tengkorak (Arisman, 2009).

a Lingkar dada

Ukuran lingkar kepala dan lingkar dada pada usia enam bulan hampir

sama. Setelah itu, pertumbuhan tulang tengkorak melambat, dan

sebaliknya perkembangan dada menjadi lebih cepat. Rasio lingkar

kepala atau lingkar dada (yang diukur pada usia enam bulan hingga

lima tahun) kurang dari satu, maka berarti telah terjadi kegagalan

perkembangan (otot atau lemak dinding dada) dan rasio tersebut dapat

dijadikan indikator Kurang Kalori Protein (KKP) anak kecil (Arisman,

2009).

Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

1) Gangguan pertumbuhan fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas

normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat badan

menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Menurut Soetjaningsih (2003, dalam

Abdul Rajab, 2013) bila grafik berat badan naik lebih dari 120% kemungkinan

anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan apabila grafik berat

badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita

penyakit kronis atau atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah

satu parameter yang penting. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala

termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal

dapat dijumpai pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.

Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak

menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.

(1) Gangguan perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.


Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot

atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami

keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,

tau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat

menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Namun tidak selamanya

gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor

lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan

perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti

sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan

dalam mencapai kemampuan motorik (Nur, 2009 dalam Rajab, 2013)

a Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangan

anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis,

emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada

anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan

pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang

terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan bicara dapat juga disebabkan oleh

kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral pasli ( Nur, 2009 dalam Rajab,

2013).

a. Gangguan suasana hati (mood disoders)

Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai

dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu

makan terganggu. (Rajab, 2013).

1) Gangguan pervasif dan psikosis pada anak

Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan

perilaku dan interaksi sosial). Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku,

perilaku yang terbatas dan diulang-ulang, obsesif), childhood disentegrative

disorders. (Rajab, 2013).

2.2 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak


1 Antopometri

Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran

fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan

pita pengukur (meteran). (Nursalam, 2008). Pada penentuan keadaan pertumbuhan

fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri dan pertumbuhan fisik.

Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh kembang anak adalah berat

badan, badan panjang, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.

1. Indeks antopometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U (Tinggi Badan

terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).

a Interpretasi indeks antropometri gizi

Interpretasi indeks antropometri gizi memerlukan ambang batas. Ambang

batas dapat disajikan kedalam tiga cara, yaitu persen terhadap median, persentil,

dan standar deviasi unit. WHO menyarankan menggunakan standar deviasi unit

untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut

juga Z-skor.

Rumus perhitungan Z- Score adalah:

Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai media baku rujukan

Nilai simpang baku rujukan

Hasil seorang penemu pakar gizi Indonesia Mei 2000 di Semarang, standar

baku antropometri yang digunakan secara nasional dipakai menggunakan standar

baku WHO-NHCS 1983. Berdasarkan Kepmenkes RI

Nomor:920/Menkes/SK/VII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak (Susilowati,

2008).

2.3 Konsep ASI Eksklusif

2.3.1 Defenisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi bernergi tinggi yang mudah

untuk dicerna yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses
laktasi (Munasir, 2008). ASI merupakan makanan cair yang secara khusus

diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang

dibutuhkan. Untuk pertumbuhan dan perkembangan disamping memenuhi

kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain,

bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehji,

2008).

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu pada bayi tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat sampai dengan usia 6 bulan (Depkes RI, 2010). Pemberian ASI

yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi

hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau mainuman lain termasuk air

putih (Matondang,dkk, 2008). ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI

saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain.

ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Yanti, 2011).

2.3.2 Kandungan Nutrisi ASI

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah karbohidrat, protein,

lemak, mineral, air dan vitamin. Zat karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa

yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh

kembang bayi. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium

yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk

proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang (Purwanti, 2004). ASI juga

terdiri dari 88% air yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat

didalamnya. ASI sebagai sumber air yang relatif tinggi dapat meredakan

rangsangan haus dari bayi. Vitamin yang terdapat dalam ASI cukup lengkap yaitu

terdiri dari vitamin A, D, C, sedangkan golongan vitamin B selain riboflavin dan

asam panthothenik kandungannya masih kurang (Soedjiningsih, 2013).

2.3.3 Manfaat ASI eksklusif

a Manfaat ASI bagi bayi

Menurut Damayanti (2010) manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI sebagai
nutrisi, yang merupakan sumber gizi yang sangat ideal bagi bayi karena komposisi

ASI seimbang dan sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan bayi, ASI juga dapat

meningkatkan daya tahan tubuh , meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan

jalinan kasih sayang.

Manfaat ASI eksklusif yang penting yaitu meningkatkan jalinan kasih

sayang antara bayi dan ibunya, bayi juga akan merasa aman dan tenteram,

terutama bayi dapat mendengar detak jantung ibunya yang dikenal sejak dalam

kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan

dasar spiritual yang baik. (Roesli, 2004).

B. Manfaat ASI bagi ibu

Sebagai proteksi kesehatan ibu, Oksitoksin yang dilepaskan selama

menyusui memba ntu uterus kembali keukuran sebelumnya dan membantu

mengurangi perdarahan postpartum. Menyusui juga mengurangi risiko kanker

payudara dan ovarium ibu. Selama enam bulan pertama setelah kelahiran, jika

seorang wanita amenorik dan sepenuhnya menyusui bayinya, ia memiliki proteksi

98% terhadap kehamilan lainnya. Semakin lama durasi menyusui, semakin lama

durasi dari amenorea postpartum, yang mengarah pada interval kelahiran yang

lebih panjang.

2.3.4 Waktu pemberian ASI

Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali

dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan

ASInya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama

sesudah lahir, bebrapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI

pada bayi setiap atau sesudah empat jam, yang paling baik adalah

membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian

besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.

Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal, atau menurut

kemauan bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab

lainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atau ibu sudah merasa perlu menyusui

bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit

dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Menyusui yang

dijadwalkan akan berakibat kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Menyususi dengan tidak

terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang

berpotensi muncul.

2.3.5 Masalah pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan mkenyebabkan kekurangan

jumlah sel otak sebanyak 15-20%, sehingga dapat menghambat perkembangan

bayi (Griselia, 2014). Ada beberapa masalah menyusi terkait dengan ibu yaitu :

a) Pembengkakan payudara

Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon

laktasi dan adanya air susu. Payudara membengkak dan menekan saluran air susu,

sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila.

Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang

diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan, sehingga sejumlah

air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat aerola menjadi lunak.

(Bobak, 2005 dalam Grisela, 2014) .

a) Puting yang luka

Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang

luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan

menghindari pembengkakan sebelum ini terjadi. (Bobak, 2005 dalam Griselia,

2014).

a Masalah pada bayi

Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, salah satu


diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. Kelainan

sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak

dapat menghisap dengan baik. (Rajab, 2013).

2.3.6 Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang bayi

Bayi mengalami proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah gizi. Unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan

pemberian ASI, bahkan sampai umur enam bulan sesuai rekomendasi WHO tahun

2001 diberikan ASI eksklusif (Fitri DI, dkk, 2014). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif umumnya akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 2-3

bulan, namun lebih lambat dibandingkan bayi yang mendapat ASI non eksklusif.

Hasil penelitian retrospektif di Baltimore-Washington DC bahwa dalam kondisi

yang optimal, ASI eksklusif mendukung pertumbuhan bay i selama enam bulan

pertama sehingga status gizi mencapai normal (Fitri DI, dkk, 2014).

Tyas dkk (2013) menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI eksklusifdan ASI non eksklusif dengan pertumbuhan berat badan

pada bayi 0-6 bulan. Pemberian ASI Non Eksklusif meningkatkan pertumbuhan

berat badan yang tidak baik 15 kali lipat daripada bayi yang mendapat ASI

eksklusif.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar tahun 2010

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan

perkembangan bayi. Selain itu, dalam hal kognitif, bayi yang mendapat ASI

eksklusif memiliki aspek kognitif yang lebih baik daripada yang tidak mendapat

ASI eksklusif. Ini ditunjukkan oleh Novita dkk (2007) dilingkungan Puskesmas

Cigondewah Bandung, yang menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata IQ bayi ASI eksklusif 128,3

dengan rentang IQ 112-142 sedangkan bayi ASI non eksklusif rata-rata 114,4

dengan rentang IQ 82-137.


Namun, sebuah studi analitik dengan desain cross sectional dilakukan

untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur

enam bulan di Puskesmas Nanggalo, Padang. Pertumbuhan dinilai melalui status

gizi dan perkembangan melalui Tes Denver II, dengan jumlah sampel 50 bayi.

Hasil penelitian menunjukkan penelitian ASI eksklusif masih rendah (30%)

dibandingkan ASI non eksklusif (70%). Bayi ASI eksklusif berpeluang mengalami

pertumbuhan normal 1,62 kali lebih besar dibandingkan bayi ASI non eksklusif

dan perkembangan sesuai umur 5,474 kali lebih besar dibandingkan bayi ASI non

eksklusif. Namun, diperoleh hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan bayi

tapi tidak dengan perkembangan bayi. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur

enam bulan di Puskesmas Nanggalo kota Padang. (Fitri DI, dkk, 2014)

Hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan pertumbuhan bayi

kemungkinan disebabkan oleh kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang

masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penambahan berat

badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi pada

ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan benar sehingga

produksi ASI tidak sempurna. (Fitri DI, dkk, 2014)

Hubungan pemberian ASI yang tidak signifikan dengan perkembangan

bayi mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh lain seperti kualitas dan kuantitas

ASI yang belum tercapai dengan baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan otak

bayi dan berdampak pada terlambatnya perkembangan bayi. Selain itu faktor

lingkungan, stimulasi, dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses

perkembangan. (Fitri DI, dkk, 2014).

2.4 Konsep Susu Formula

Defenisi

Menurut Roesli (2004) susu formula adalah cairan yang berisi zat yang

mati didalamnya, tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh

bakteri, antibodi, serta tidak mengandung enzim maupun hormon yang


mengandung faktor pertumbuhan. Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk

dengan formula tertentu yang diberikan kepada bayi dan berfungsi sebagai

pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan penting dalam makanan bayi

karena seringkali digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi bayi (Pudjiadi,

2002). Menurut WHO (2004) susu formula adalah susu yang sesuai dan bisa

diterima sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan

saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Gangguan

lainnya seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit.


Susu Formula pengganti ASI

Menurut Pudjiadi dalam Togatorop (2007), susu formula dapat diberikan

kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam keadaan seperti : (a) Air

susu ibu tidak keluar sama sekali, sehingga satu-satunya makanan yang dapat

diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula, (b) Kondisi ibu yang

dilarang dokter untuk menyusui, baik untuk kepentingan ibu maupun bayi, (c)

Bay dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi jelek jika

bayi tersebut mendapat ASI, (d) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau bayi asih

memerlukan ASI, (e) Ibu sedang dirawat dirumah sakit dan dipisahkan dari

bayinya

Anda mungkin juga menyukai