Anda di halaman 1dari 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Fisik Air Sungai Bedadung Derah Kaliwates, Jember


Analisa kualitas air merupakan kondisi air yang menunjukkan kandungan makhluk
hidup, zat, ataupun kandungan lain yang terdapat didalamnya. Kualitas air dianalisis
berdasarkan beberapa parameter fisika, meliputi warna dan bau.
1. Warna
Warna perairan dapat disebabkan oleh adanya bahan organik ataupun bahan anorganik
yang terkadung di dalamnya. Warna air cokelat disebabkan karena mengandung oksida
mangan (Peavy dkk, 1985).
Tabel 1. Kondisi Warna Air di Sungai Bedadung Jember
Nomor
Daerah Sungai Kondisi
Sampel
Dekat Pertigaan
1 Kecoklatan
Mastrip (Hulu)
Dekat Jl. Brantas
2 Kecoklatan
(Tengah)
Dekat Jl. A Yani
3 Kecoklatan
(Hilir)
Berdasarkan data perbandingan posisi atau jarak air sungai Bedadung pada Tabel 1 diatas,
maka menunjukkan bahwa air sungai Bedadung dikatakan mengalami tingkat kekeruhan
yang ditunjukkan oleh kondisi ketiga titik sampel. Hal ini dapat disebabkan oleh partikel-
partikel yang tersuspensi dalam air, baik yang bersifat anorganik maupun organik. Zat
anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Selain itu, buangan industri
juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
dapat mendukung perkembang biakannya. Adapun kualitas air yang baik adalah jernih
(bening) dan tidak keruh, sehingga air yang layak untuk dikonsumsi harus jernih dan tidak
berwarna. Berdasarkan studi lapang yang dilakukan air sungai Bedadung tidak layak untuk
dikonsumsi, lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kondisi Air Sungai Sungai Bedadung


2. Bau
Bau merupakan salah satu hal yang menunjukkan adanya pembusukan limbah cair
ataupun limbah padat. Limbah cair pabrik mengandung berbagai senya yang menimbulkan
bau khas saat limbah mengalami pengolahan (Asmadi dan Suharno, 2012). Selain dari
cemaran limbah industri, bau khas dari perairan sungai dapat disebabkan adanya pembusukan
binatang (ikan), tumbuhan yang terdapat di pinggiran sungai ataupun limbah rumah tangga
karena sering dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang
bermukim di daerah bantaran sungai. Adapun hasil pengamatan secara langsung di lapangan
terhadap kondisi air sungai di daerah penelitian (air sungai bedadung) disajikan dalam bentuk
Gambar 3.

Gambar 3. Kondisi Pinggiran Sungai Bedadung


Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan secara fisik menggunakan
penciuman. Air sungai pada semua gambar tidak menunjukkan adanya bau yang menyengat,
tetapi yang menyebabkan terjadinya bau yang tidak enak yaitu adanya pembusukan sampah
atau limbah anorganik lainnya yang terdapat pada pinggiran sungai.

Kualitas Kimia Air Sungai Bedadung Derah Kaliwates, Jember


Analisa kulitas air berdasarkan parameter kimia yang dilakukan yaitu dengan
pengukuran pH, yang secara teoritis harus dilakukan pengujian di laboratorium, karena
parameter kimia merupakan sebagai bentuk reaksi dalam air yang tidak dapat diamati secara
fisik, sehingga perlu dilakukan analisa secara spesifik di laboratorium. Besar pH dikatakan
baik apabila masih memungkinkan terjadinya kehidupan biologis di dalam air. pH yang baik
untuk air sungai adalah netral (pH 7) (Sugiharto, 1987). Sebagian besar biota air sangat peka
terhadap adanya perubahan pH, karena menyukai nilai pH sekita pH 7-8,5 (Effendi, 2003).
Parameter pH atau tingkat asiditas alkalinitas suatu sampel dapat diukur berdasarkan
skala pH, yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut. Reaksi kimia
banyak dikendalikan oleh nilai pH dan demikian pula aktivitas biologi yang biasanya dibatasi
oleh rentang pH yang sangat sempit (pH antara 6–8). Air yang terlalu asam atau basa tidak
dikehendaki dikarenakan akan bersifat korosif sehingga akan sulit diolah.
Gambar 3. Hasil Uji pH Air Sungai Bedadung dengan Indikator pH

Pada Gambar 3 menunjukkan hasil pengujian pH yang dilakukan pada semua sampel
sungai (hulu, tengah dan hilir). pH dari ketiga sampel tersebut yaitu 6. Hasil dari seluruh
pengujian menunjukkan bahwa semua sampel mempunyai pH yang baik karena memenuhi
rentang (pH antara 6–8) yang ditandai masih terdapatnya biota air yang hidup, seperti ikan.
Secara warna, walaupun air dari ketiga sampel tersebut berwarna cokelat, tetapi belum
membuktikan bahwa air tersebut berbahaya. Perlunya adanya studi lebih lanjut untuk
mengetahui dan memastikan kelayakan air dari sungai Bedadung jika dikonsumsi.

Cara Mencegah Pencemaran Air


Salah satu tujuan pengelolaan sumber daya air adalah mendukung pembangunan
regional dan nasional yang berkelanjutan dengan mewujudkan keberlanjutan sumber daya air.
Untuk menjamin pengelolaan yang optimum sekaligus menjaga kelestarian air dan sumber air
serta prasarana sumber daya air, adapun bidang yang harus mendapatkan perhatian, yaitu:
1. Pengelolaan daerah tangkapan hujan (watershed management) untuk menjaga fungsi
daerah resapan air yang dilakukan melalui usaha konservasi sumber daya air,
pengendalian erosi, dan sedimentasi serta pengendalian tata guna lahan.
2. Pengelolaan kualitas air (water quantity management) untuk menyediakan air secara adil
dan transparan melalui kegiatan penetapan perizinan penggunaan air dan alokasi air serta
pengendalian distribusi air.
3. Pengelolaan kualitas air (water quantity management) untuk menjaga kualitas air pada
sumber air sesuai peruntukan yang ditetapkan melalui kegiatan pengendalian kualitas air,
penetapan izin pembuangan limbah cair, serta pengendalian pencemaran air.
4. Pengendalian banjir (flood control management) untuk menghindari ancaman bencana
banjir yang dilakukan melalui prediksi banjir, pengendalian banjir, dan penanggulangan
banjir..
5. Pengelolaan lingkungan sungai (river environemnt management) untuk menjaga fungsi
sumber air yang dilakukan melalui pengendalian penggunaan lahan daerah bantaran
sungai, peningkatan lahan daerah bantaran sungai, peningkatan biota air, wisata dan
olahraga air.
6. Pengelolaan prasarana pengairan (infrastructure management) untuk menjaga fungsi
sarana dan prasarana pengairan sesuai dengan tujuan.
7. Penelitian dan pengembangan (research and development) untuk mendukung dan
meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air dengan mengupayakan inovasi, baik
dibidang teknologi maupun manajemen.

Dapus:

Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-dasar Teknologi Pengelolahan Air Limbah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Jakarta: Universitas Indonesia.
Peavy, Howard S et.al. 1985. Environmental Engineering.McGraw-Hill. Singapura. Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. (Online)
http://www.minerba.esdm.go.id/library/sih/PP8201_KualitasAir.pdf diakses 10 April 2018.
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta : Presiden
Republik Indonesia.
Sugiharto. 1987. Pengelolaan Air Limbah. Yogyakarta : Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai