Anda di halaman 1dari 8

PEMBASAHN KASUS

“PASIEN COVID-19”

Oleh:
Putu Sindi April
NIM. 2001030020

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN


BINTANG PERSADA
2023
STUDI KASUS PASIEN COVID-19

I. PENDAHULUAN
COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2), atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat
mutasi yang tinggi dan merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada
manusia dan binatang dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari
asimptomatik, gejala ringan hingga berat, bahkan sampai kematian. Karakteristik
gambaran COVID-19 pada CT scan toraks nonkontras adalah ground glass
opacification (GGO) bilateral, multilobar dengan distribusi periferal atau posterior.
Walaupun kurang spesifik, USG toraks dan rontgen toraks juga dapat membantu
menegakkan diagnosis COVID-19.
Diagnosis COVID-19 dapat dikonfirmasi dengan dideteksinya viral RNA pada
pemeriksaan nucleic acid amplification test (NAAT) seperti reverse transcription
polymerase chain reaction (RT-PCR), dan tes serologi dari spesimen saluran
pernapasan bawah. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak
spesifik, tetapi limfopenia, peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan
aminotransferase, umumnya sering ditemukan.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020.
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang
tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling
banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-
5tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap
merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung
tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Pasien COVID-19 dengan tanpa gejala dan derajat ringan umumnya hanya
disarankan isolasi di rumah dan menggunakan obat simptomatik. Pada pasien dengan
infeksi derajat sedang sampai berat, disarankan untuk dirawat inap dan terkadang
diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal
napas atau acute respiratory distress syndrome.
II. DATA PASIEN
Nama : Achmad Rifai
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 18 Juli 1980
Usia : 42 Tahun

III. DATA SUBJEKTIF


Pasien datang dengan keluhan sesak semenjak 2 jam SMRS, riwayat batuk semenjak
2 hari yang lalu. Demam (+) semenjak kemarin. BAB dan BAK biasa. Riwayat
Penyakit Dahulu (RPD) (-), Riwayat Penyakit Keluarga (-), Riwayat Pengobatan (-),
Riwayat Alergi (-).

IV. DATA OBJEKTIF


Parameter 16/4/23 17/4/23 18/4/23
TD (<120/80mmHg) 130/90 mmHg 129/89 mmHg 135/85 mmHg
N (<100x/menit) 127x/menit 79x/menit 74x/menit
RR ( 18-20x/menit) 30x/menit 20x/menit 20x/menit
Tax (36,5-37,5) 37,9 37,9 36,3
SpO2 (95% - 100%) 93% 97% 98%

V. DATA LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter Nilai Normal 16/04/2023
Hemoglobin 13.2-17.3 g/dL 14.2 g/dL
WCB 3.80-10.60 10^3/ul 13.99 10^3/ul
RBC 4.40-5.90 10^6/ul 5.44 10^6/ul
PLT 150-440 10^3/ul 246 10^3/ul

b. Imunologi Antigen SARS-CoV-2


Hasil Positif

c. Radiologi Foto Thorax


Kesan Saat ini Foto Thorax AP tak tampak kelainan

d. Pemberian Terapi Obat


Hari Pemberian Obat
Obat/Terapi Dosis/Terapi 16/4/23 17/4/23 18/4/23
P S M P S M P S M
Infus FD NS 8tmp √ √ √ √ √ √ √ √ √
O2 8lmp √ √ √
O2 5lmp KP √ √ √ √ √ √
Acetylsistein (po) 3 x 200mg √ √ √ √ √ √ √ √ √
Methylprednisolon 2 x 62,5mg √ √ √ √ √ √
(i.v)
Ceftriaxon 1gr (i.v) 2 x 1gr √ √ √ √ √ √
Parasetamol 500mg 3 x 500mg √ √ √ √ √ √ √ √ √
(po)
Nebul lasal 8jam √ √ √ √ √ √ √ √ √
Favipiravir 2 x 1600mg √ √
1600mg H1 (po)
Favipiravir 600mg 2 x 600mg √ √ √ √
(po)

VI. PEMBAHASAN
Tatalaksana utama pasien Covid-19 tergantung pada tingkat keparahannya,
yaitu tanpa gejala, derjata ringan, derajat sedang, dan derajat berat atau kritis. Pada
pasien dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan dirumah. Pada pasien dengan
penyakit pneumonia berat atau resiko pemburukan, maka dapat dilakukan rawat inap.
Pada kasus diatas pasien Atas Nama Achmad Rifai terdiagnosa positif Covid-
19 dilihat dari hasil Imunologi Antigen SARS-CoV-2. Pada tanggal 16 april 2023
hasil SpO2 pasien yaitu 93%. Hasil tersebut menunjukan bahwa SpO2 pasien rendah
karena berada dibawah pada batas normal SpO2 orang dewasa yaitu 95% - 100%.
Sehingga dokter memberikan terapi O2 pada pasien dihari pertama dengan dosis
8lmp. Setelah pemberian O2 pada hari pertama terjadi peningkatan SpO2 pasien pada
hari kedua sebesar 97% sehingga menunjukan terapi yang diberikan sangat efektif.
Pada hari ke dua dosis O2 mulai diturunkan menjadi 5lmp dikarenkan SpO2 pasien
sudah mencapai batas normal. Pada tanggal 18 april 2023 dilakukan pengukuran
ulang SpO2 pasien diperoleh hasil 98%. Pemberian terapi O2 telah sesuai dengan
pedoman Tatalaksana Covid-19.
Pasien juga diberikan beberapa terapi pengobatan seperti acetylsitein,
methylprednisolon injeksi, ceftriaxon injeksi, parasetamol 500mg, nebul lasal,
favipiravir 1600mg, favipiravir 800mg dan favipiravir 600mg.
Pemberian acetylsistein kapsul pada pasien berfungsi sebagai pengencer
dahak. Acetylsistein memiliki efek mukolitik dengan membantu meningkatkan SpO2
pasien, nilai PO2/FiO2 pada pasien Covid-19, walaupun hasil peningkatannya tidak
signifikan. Acetylsitein juga menunjukan efektivitas dalam membantu penurunan nilai
CRP dan leukosit pada pasien Covid-19. Penggunaan acetylsistein aman dan tidak
menimbulkan efek samping pada pasein (Millenia dkk, 2022).
Antiinflamasi yang diberikan pada pasien Covid-19 yaitu golongan
kortikosteroid. Berdasarkan Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia Edisi 4,
bahwa kortikosteroid diketahui sebagai obat yang berpotensi efektif untuk
penanganan Covid-19. Pasien Covid-19 derajat berat dapat mengalami respon
inflamasi sistemik yang dapat menyebabkan cedera paru dan sistem berbagai organ.
Efek antiinflamasi yang kuat dari kortikosteroid diharapkan dapat mencegah atau
mengurangi efek tersebut. Pada pasien diatas obat golongan kortikosteroid yang
diberikan adalah methylprednisolon injeksi. Dosis normal methylprednisolon injeksi
pada pasien Covid-19 sebesar 0,8mg/kgBB. Mekanisme kerja obat methylprednisolon
sebagai antiinflamasi menurunkan dan mencegah respons jaringan terhadap proses
inflamasi, sehingga mengurangi gejala inflamasi tanpa mengurangi penyebab
mendasarnya. Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk
makrofag dan leukosit di lokasi inflamasi. Methylprednisolon juga menghambat
fagositosis, pelepasan enzim lisosom, dan sintesis atau pelepasan beberapa mediator
inflamai kimia.
Antibiotik yang diberikan pada pasien tersebut adalah ceftriaxon injeksi.
Berdasarkan Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia Edisi 4, dosis normal
ceftriaxone untuk Dewasa dan anak (>12 tahun): 1-2 g 1x/hari (tiap 24 jam sekali).
Pada beberapa kasus atau pada infeksi yang disebabkan oleh organisme yang sensitif,
dosis dapat ditingkatkan sampai 4 g/hari. Dosis harian yang diberikan oleh dokter
yaitu 2 x 1g perhari. Bahwa pemberian terapi ceftriaxone dengan dosis 2 x 1gr perhari
sudah sesuai dengan dosis normal. Pemberian ceftriaxone efektif untuk infeksi saluran
pernapasan, paru, telinga, hidung dan tenggorkan. Sehingga terapi ceftriaxone yang
diberikan oleh dokter dapat dilanjutkan.
Parasetamol atau asetaminofen merupakan analgesik antipiretik yang relatif
aman digunakan. Pada masa pandemi Covid-19, obat ini bisa dijadikan sebagai terapi
suportif pilihan untuk mengatasi demam pada pasien Covid-19. Dosis standar pada
pasien dewasa yaitu 500 mg-1.000 mg, 3-4x sehari. Dosis harian yang diberikan oleh
dokter yaitu 3 x 500mg. Pemberian parasetamol sangat efektif karena demam pasien
yang awalnya 37,9℃ pada tanggal 16 dan 17 April 2023 meneurun menjadi 36,3℃
pada tanggal 18 April 2023. Terapi yang parasetamol yang diberikan oleh dokter
dapat dilanjutkan dengan melakukan monitoring fungsi hati pasien karena
parasetamol memiliki efek samping hepatotoksik jika digunakan dalam jangka waktu
lama.
Lasal nebul yang mengandung salbutamol merupakan bronkodilator dari
golongan agonis beta2-adrenergik selektif. Salbutamol inhalasi akan memberikan efek
bronkodilatasi yang signifikan dalam 15 menit dan akan berlangsung selama 3-4 jam.
Pada pasien Covid-19, salbutamol dapat digunakan sebagai terapi pendukung pada
pasien yang membutuhkan terapi bronkodilator, termasuk bila disertai penyakit lain
seperti asma, COPD atau mengalami reaksi bronkospastik. Bronkodilator berperan
dengan memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolis pada paru-paru,
sehingga meningkatkan penyerapan oksigen pada paru-paru.
Dosis salbutamol pada orang dewasa dan anak 2,5 mg dosis awal dan dapat
ditingkatkan sampai 5 mg, terapi diulangi 4x sehari. Pada orang dewasa, dosis >40
mg/hari dapat diberikan di bawah pengawasan medis yang ketat di rumah sakit untuk
pengobatan obstruksi saluran napas yang parah. Dosis yang diberikan oleh dokter
yaitu setiap 8jam adalah 2,5mg, sehingga dalam satu hari dosis yang diberikan sebesar
7,5mg. Dosis yang diberikan telah sesuai dikarenakan dosis dianjurkan pada orang
dewasa maksimal 20mg/hari atau jika dalam perawatan dirumah sakit dosis maksimal
yang dapat diberikan sebesar 40mg/hari. Pemberian lasal nebul oleh dokter sangat
efektif karena membantu meningkatkatkan SpO2 dan menunrunkan Respiratory Rate
(RR) pasien.
Favipiravir merupakan obat yang dikembangkan khusus untuk influenza
dengan strain baru yang tidak responsif dengan antiviral yang ada. Favipiravir
digunakan sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19 dewasa (usia > 18 tahun)
derajat ringan hingga sedang dikombinasikan dengan perawatan standar. Favipiravir
adalah prodrug yang mengalami ribosilasi dan fosforilasi intraseluler serta dikonversi
menjadi bentuk ribofuranosil fosfat (favipiravir-RFP) dalam sel dan dikenali sebagai
substrat oleh RdRp virus dengan akibat menghambat aktivitas RdRp tersebut dan
dengan demikian menghambat proses replikasi virus. Bardasarkan hasil uji klinik fase
III acak, tersamar tunggal, dan berpembanding plasebo yang dilakukan di Jepang serta
dimulai sejak bulan Maret 2020 terhadap 156 pasien COVID-19 dengan derajat
pneumonia tidak berat menunjukkan bahwa pemberian favipiravir dapat secara
bermakna memperpendek waktu konversi menjadi negatif deteksi Ribonucleic Acid
(RNA) virus SARS-CoV-2 melalui uji Reverse-Transcriptase Polymerase Chain
Reaction (RT- PCR) dan meringankan gejala COVID-19 dalam hal parameter suhu
tubuh, saturasi oksigen dan gambaran paru.
Pemberian favipiravin dengan BB 10-15 kg: Hari ke- 1 500 mg, hari
selanjutnya 200 mg tiap 8 jam. BB 16-21 kg: Hari ke- 1 800 mg, hari selanjutnya 400
mg tiap 12 jam. BB 22-35 kg: Hari ke- 1 1200 mg, hari selanjutnya 600 mg tiap 12
jam. BB >35 kg: Hari ke-1 2x1.600 mg, hari selanjutnya 600 mg tiap 12 jam. Dosis
yang diberikan oleh dokter pada hari pertama yaitu 2 x 1600mg, di hari ke dua dan ke
tiga dosis favipiravir yang diberikan yaitu 2 x 600mg. Dosis yang diberikan oleh
dokter sudah sesuai dengan pedoman Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia
Edisi 4.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2022. Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia,
Edisi 4. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona


Virus Diseass (Covid-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Millenia, Neny Trianti. 2020. Kajian pustaka efektivitas dan efek samping N-acetylcysteine
pada pasien Covid-19. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya .

Anda mungkin juga menyukai