Soal :
Departemen QC suatu industry ingin melakukan verifikasi metode analisis penetapan kadar
sirup Paracetamol yang mengandung 120mg/5mL dengan metode KCKT.
2. Jelaskan parameter apa sajakah yang harus dilakukan pengujian dan persyaratan
yang harus dipenuhi !
a. Akurasi
Akurasi metode pengujian dinilai sesuai rentang pengujian dengan 5 cara penentuan
metode analisis untuk penetapan kadar bahan aktif obat dalam bahan awal dan
produk jadi:
1. Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit dalam bahan aktif
obat yang diketahui kemurniannya (misalnya bahan awal pembanding sekunder).
2. Bahan aktif obat atau cemaran dalam jumlah yang diketahui ditambahkan
kedalam plasebo. Metode analisis ini akan digunakan untuk penetapan kadar
bahan aktif obat / cemaran dalam produk obat.
3. Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode dapat dilakukan
dengan teknik standar adisi, yaitu dengan menambahkan sejumlah tertentu analit
ke dalam produk obat yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini
digunakan untuk penetapan kadar bahan aktif/cemaran dalam produk obat.
4. Menambahkan cemaran dalam jumlah tertentu ke dalam bahan aktif/produk obat.
Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar cemaran dalam bahan aktif
obat dan produk obat.
5. Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya,yaitu
membandingkan hasil yang diperoleh dari metode analisis yang divalidasi
terhadap hasil yang diperoleh dari metode analisis yang valid (akurasi metode
analisis yang valid ini telah diketahui). Metode analisis ini digunakan untuk
penetapan kadar bahan aktif obat dalam bahan aktif obat, produk obat dan
penetapan kadar cemaran.
Akurasi dinilai menggunakan minimal 9 (sembilan) penentuan dari 3 (tiga) tingkat
konsentrasi yang berbeda dalam rentang pengujian metode analisis tersebut dan
masing-masing konsentrasi 3 (tiga) kali penetapan.
“Confidence Interval”
(Sumber: POPP I, 2012; Hal 608-609)
c. Spesifitas
Spesifisitas merupakan ukuran seberapa spesifik metode analisis. Spesifitas metode
analisis diuji terhadap bahan aktif obat, bahan pembantu (plasebo), pelarut, impuritas
dan produk jadi Bila menggunakan metode KCKT:
Resolusi antara puncak yang berdampingan terpisah secara nyata atau sesuai
persyaratan.
Khromatogram seluruh hasil uji disajikan dalam bentuk 1 gambar
(“overlaid”) (Sumber: POPP I, 2013; Hal 606)
d. Limit Deteksi/LOD
Konsentrasi terendah senyawa uji yang terkandung dalam sampel yang dapat
dideteksi. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan batas
deteksi tergantung pada jenis metode analisis apakah metode analisis instrumental
atau noninstrumental.
1. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental, tapi
dapat juga digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas deteksi
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
2. Berdasarkan rasio signal terhadap noise
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada metode analisis yang memberikan
baseline noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan membandingkan
pengukuran signal sampel yang diketahui mengandung analit dalam konsentrasi
rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi minimum analit yang
dapat dideteksi dengan baik. Rasio signal to noise sama dengan 3 atau 2 : 1
umumnya dianggap dapat diterima untuk memperkirakan batas deteksi.
3. Simpangan respon dan kemiringan (“slope”) kurva kalibrasi
Batas deteksi dapat dinyatakan sebagai:
Keterangan rumus :
DL= Batas deteksi
σ = simpangan baku respon
S = kemiringan (slope) kurva kalibrasi. Slope dapat ditentukan dari kurva
kalibrasi analit
σ dapat ditentukan dengan :
Simpangan baku dari blanko. Mengukur beberapa respon dari larutan blanko
dan hitung simpangan baku dari respon
Kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang
di sekitar Batas Deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation)
atau simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah σ (simpangan
baku) (Sumber: POPP I, 2013; Hal 609-610)
e. Limit Kuantitasi/LOQ
Konsentrasi terendah senyawa uji yang terkandung dalam sampel yang dapat
ditetapkan secara kuantitatif dan reprodusibel. Beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk penentuan batas kuantitasi tergantung pada jenis metode analisis
instrumental atau noninstrumental.
1. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental, tapi
dapat juga digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas kuantitasi
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah analit yang dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima.
2. Berdasarkan rasio signal terhadap noise :
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang memberikan
baseline noise. Penentuan rasio signal terhadap noise dilakukan dengan
membandingkan signal yang diukur dari sampel yang mempunyai konsentrasi
analit yang rendah dan blankonya, kemudian ditentukan konsentrasi terendah
analit yang dapat ditetapkan secara kuantitatif dengan baik, umumnya pada rasio
signal terhadap noise 10:1.
3. Simpangan baku dari respon dan kemiringan (slope) kurva kalibrasi:
Batas kuantitasi dapat dinyatakan sebagai:
Keterangan rumus :
LOQ = batas kuantitasi
Σ = Simpangan baku respon
S = Kemiringan (slope) kurva kalibrasi. Slope dapat ditentukan dari kurva
kalibrasi analit.
σ dapat ditentukan dengan :
Simpangan baku dari blanko. Mengukur beberapa respon dari larutan blanko
dan hitung simpangan baku dari respon.
Kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang
di sekitar Batas Deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation)
atau simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah σ (simpangan
baku) (Sumber: POPP I, 2013; Hal 610-611)
f. Linieritas
Untuk mengetahui apakah kuantitas yang terukur proporsional terhadap kadar
senyawa uji dalam sampel. Linearitas diuji sesuai RENTANG yang ditetapkan.
Pengujian dapat dilakukan minimal dengan 5 tingkat konsentrasi
Bahan aktif obat : pengenceran larutan induk
Produk jadi : penimbangan terpisah sesuai rentang
Soal:
Departemen PPIC kedatangan bahan aktif farmasi berupa asam asetilsalisilat. Untuk
memverifikasi kemurnian bahan yang baru datang, Departemen QC melakukan penetapan
kadar asam asetilsalisilat tersebut dengan metode titrasi sesuai dengan Farmakope Indonesia
VI.
3. Penetapan kadar tersebut apakah termasuk titrasi langsung, tidak langsung, atau
titrasi terbalik ? jelaskan
Penetapan kadar yang dilakukan menggunakan metode titrasi alkalimetri. Titrasi
alkalimetri pada penetapan asam asetilsalisilat merupakan titrasi langsung. Hal ini sesuai
dengan pernyataan pada Farmakope Indonesia VI bahwa titrasi langsung merupakan
perlakuan terhadap suatu senyawa yan larut (titrat), dalam suatu bejanan yang sesuai,
dengan larutan yang sesuai yang sudah dibakukan (titran), dengan titik akhir ditetapkan
dengan instrumen atau secara visual menggunakan bantuan indikator yang sesuai. Dalam
hal ini titrat pada penetapan ini yaitu zat yang telah dilarutkan dalam NAOH 0,5 N.
Kemudian, titran yang digunakan adalah asam sulfat 0,5 N. Dan indikator yang
digunakan adalah fenolftalein LP
4. Buatlah prosedur detail untuk penetapan kadar asam asetil salisilat mulai dari
pembuatan larutan-larutan yang dibutuhkan !
a. Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat, masukkan ke dalam labu, tambahkan 50,0
mL natrium hidroksida 0,5 N LV dan didihkan secara perlahan selama 10 menit.
b. Tambahkan indikator fenolftalein LP.
c. Titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 0,5 N LV.
d. Lakukan penetapan blangko (FI VI, 2020; hal 171)
Tiap mL natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4
DAFTAR PUSTAKA
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). 2013. Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman CPOB 2012, Jilid I. Jakarta: Badan POM RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.