Anda di halaman 1dari 9

KEJAKSAAN TANGKAP BELASAN APOTEKER

Oleh :

I Wayan Seniarta (152210101118)

Dosen Pengampu :

Erdi Istiaji,S.Psi.,M.Psi.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orangsaja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang
paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika
tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai
yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat
umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang
mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan
menjadi pegangan para anggotanya. 

Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,


mengatur, dan  sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan
Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahawa apoteker dilarang
melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker. Oleh karena itu
apoteker harus memahami isi kode etik apoteker. Kode etik apoteker dibagi
menjadi 3 bagian utama yaitu kewajiban apoteker terhadap masyarakat dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, kewajiban apoteker terhadap rekan sejawat
dan kewajiban apoteker terhadap rekan kesehatan lainnya

1.2 Rumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka saya dapat mengambil
pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja prilaku menyimpang yang dilakukan seorang Apoteker ?


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui prilaku menyimpang yang dilakukan seorang Apoteker.


2. Mengetahui kaitan kasus dengan kode etik Apoteker.

1.4 Contoh Kasus

Kejaksaan Tangkap Belasan Apoteker

Liputan6.com, Seoul: Kejaksaan Korea Selatan telah menahan lima belas


orang apoteker karena diduga telah menjual obat disfungsi ereksi palsu. Obat-obat
disfungsi ereksi tersebut merupakan obat selundupan dari Cina, kata para pejabat
pada Senin (21/3). Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa kasus itu merupakan
yang pertama kali melibatkan pekerja medis di Korea Selatan. Kantor Kejaksaan
Pusat Seoul menyatakan pihaknya mendakwa para apoteker di Seoul yang
mendistribusikan obat palsu Viagra dan Cialis, meski tidak merinci jumlah tablet
yang telah terjual. Para apoteker tersebut juga dituduh telah menjual obat-obatan
tersebut tanpa resep dokter. Beberapa urologis mengatakan obat palsu itu dapat
menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, serta
serangan jantung dan dapat mengancam jiwa pasien. Pfizer Inc., perusahaan yang
membuat Viagra, mengatakan dalam jejaringnya bahwa obat palsu memiliki
ancaman serius terhadap kesehatan dan keamanan pasien karena kemungkinan
mengandung zat yang berbahaya. Dalam ringkasan dakwaan, para jaksa meminta
setiap pelaku membayar denda antara tiga hingga tujuh juta won (Rp 23,4 juta -
Rp 54,5 juta), tergantung dari tingkat keterlibatannya. "Kami menemukan obat
disfungsi ereksi palsu, yang telah diperdagangkan secara rahasia, sekarang
bersirkulasi di pasar melalui apotek," kata Kim Chang, jaksa senior dalam
tuntutan kasus tersebut. "Beberapa dokter bahkan secara aktif berpartisipasi
dalam tindak kriminal itu dengan cara menghubungi sejumlah makelar untuk
mendapatkan pil palsu," tambahnya. Sementara itu, para apoteker tidak dapat
dihubungi untuk dimintai komentar. Pihak kejaksaan mengatakan para apoteker
membeli Viagra palsu dengan harga 2.000 won (sekitar Rp 15 ribu) per tablet dan
menjualnya hingga 15.000 won (sekitar Rp 116 ribu) per butir. (ANT/Vin)
BAB II

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analiasa

Pada kasus tersebut Apoteker melanggar Sumpah Profesi terutama pada pasal 6
karena Apoteker tersebut tidak menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya,
Apoteker menjual obat disfungsi ereksi palsu kepada pasien, hak pasien menjadi
tidak terpenuhi, Apoteker hanya menginginkan keuntungan semata sehingga
memungkinkan terjadinya pelanggaran pada kepentingan perikemanusiaan dan
tidak mempunyai budi luhur dan menjadi contaoh yang baik bagi orang lain.

Kaitan kasus tersebut dengan Kode Etik Apoteker Indonesia :

Pasal 1
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah
Apoteker.

Pembahasan:

Apoteker dalam kasus diatas telah melanggar kode etik apoteker pasal 1 yang
menyatakan bahwa Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Apoteker, sedangkan pada analisa sebelumnya Apoteker
tersebut telah melanggar sumpah apoteker yaitu tidak menjalankan tugas dengan
sebaik-baiknya, melakukan penjualan obat ereksi palsu.

Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pembahasan :

Dari kasus diatas, Apoteker tidak menjalankan profesinya sesuai kompetensi


Apoteker Indonesia karena Apoteker tersebut mekukan penipuan dengan menjual
obat palsu yang memiliki ancaman serius terhadap kesehatan dan keamanan
pasien karena kemungkinan mengandung zat yang berbahaya. Sehingga, tidak
dapat memenuhi hak konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan
tidak berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.

Pembahasan :

Kasus diatas menjelaskan bahwa Apoteker tersebut mencari keuntungan diri


semata dengan menjual obat palsu dan tidak menghiraukan kepentingan dari
konsumen itu sendiri. Sehingga dianggap tidak menjalankan profesinya sesuai
dengan kompetensi Apoteker Indonesia.

Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.

Pembahasan :

Apoteker dalam kasus diatas telah melanggar kode etik Apoteker pasal 6 yang
menyatakan bahwa Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik
bagi orang lain, sedangkan analisa pada kasus ini Apoteker tersebut tidak
memiliki budi luhur yang baik karena sudah melakukan penipuan penjualan obat
palsu yang dapat merugikan banyak orang dan bisa menyebabkan kematian bagi
konsumen yang menggunakannya.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-


undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada
khususnya.

Pembahasan :

Pada kasus tersebut, Apoteker tidak sungguh-sungguh mengikuti peraturan


perundang-undangan di Bidang Kesehatan dan di Bidang Farmasi pada
khususnya. Karena telah menjual obat palsu yang dapat menyebabkan efek
samping seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, serta serangan jantung dan
dapat mengancam jiwa pasien.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya


serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan
dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak memperjualbelikan obat palsu
yang dapat merugikan orang banyak. Apoteker di dalam pengabdiannya kepada
nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh
kepada sumpah/janji Apoteker. Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu Kode Etik
Apoteker.

3.2 Saran

1. Sebaiknya para calon Apoteker diberikan pembekalan mengenai prilaku


profesi yang akan dijalani.
2. Kritik dan saran bagi para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/FARMASI/Kejaksaan%20Tangkap%20Belasan%20Apoteker%20
%20News%20Liputan6.com.htm diakses pada tanggal 30 Maret 2016, pukul
20.34 WIB.

http://wailineal.blogspot.co.id/2012/09/kode-etik-apoteker-indonesia.html diakses
pada tanggal 31 Maret 2016, pukul 16.28 WIB.

http://farmatika.blogspot.com/2012/07/kode-etik-profesi-apoteker.html diakses
pada tanggal 31 Maret 2016, pukul 16.31 WIB.

Anda mungkin juga menyukai