Disusun oleh :
DENPASAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend,
M.C, 2010).
a. Faktor pencetus :
1). Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang
maladptif yang baru mulai dipahami.
2). Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian ( Stuart dan Sundeen,
2009 ).
3). Sosio Budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia
dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan ( Stuart dan Sundeen, 2009 ).
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a). Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b). Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c). Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d). Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
Respon Adaptif :
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi konsisten
dengan pengalaman
4. Perilaku cocok
5. Hubungan sosial
harmonis
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang Respon Maladaptive :
secara kokoh dipertahankan walaupun 1. Waham
tidak diyakini oleh orang lain dan 2. Sulit berespon emosi
bertentangan dengan kenyataan sosial. 3. Prilaku disorganisasi
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori 4. Isolasi sosial
yang salah atau persepsi eksternal yang 5. Halusinasi
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan
sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
3. Patofisologi
Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizoprenia.
Halusinasi terjadi pada klien skizoprenia dan gangguan manik. Halusinasi dapat
timbul pada skizofrenia dan pada psikosa fungsional yang lain, pada sindroma otak
organik, epilepsi (sebagai aura), nerosa histerik, intoksikasi atropin atau kecubung,
zat halusinogenik dan pada deprivasi sensorik. klien yang mendengar suara – suara
misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua
suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara– suara
yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Herman, 2011):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
2007) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
5. Klasifikasi / Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Penglihatan (Visual/Optik)
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak berbentuk
sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
b. Halusinasi Dengar (Auditif, Akustik)
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin music, ataun kejadian alam
lainnya.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
e. Halusinasi Perabaan ini termasuk halusinasi Seksual
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
f. Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bisa merasakan suatu gerakan seperti pada pasien ambulasi
g. Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasa tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
h. Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
i. Halusinasi Hipnogogik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
j. Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun .
disamping itu adapula pengalaman halusinatorik dalam impian normal.
k. Halusinasi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll. (sumber: Azis, 2011).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga
bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana
yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.
Pohon Masalah
Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan, Defisit Perawatan Diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi halusinasi : pendengaran
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi kliem 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien keluarga dalam perawatan klien
3) Mengidentifikasin waktu halusinasi klien 2) Mmemberikan pendidikan kesehatan
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien tentang pengertian halusinasi, jenis
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat halusinasi yang dalam klien, tanda dan
menimbulkan halusinasi klien gejala halusinasi
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
halusinasi klien halusinasi
7) Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1) Melatih keluarga memperaktikkan cara
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan merawat klien dengan halusinasi
cara bercakap-cakap dengan orang lain 2) Melatih keluarga memperaktikkan cara
3) Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal merawat klien dengan halusinasi
kegiatan harian
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1) Membantu keluarga membuat jadwal
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan aktivitas dirumah termasuk minum obat
cara melakukan kegiatan (discharge planning)
3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal 2) Menjelaskan pollow up klien setelah pulang
kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Memasukan penkes tentang penggunakan obat
secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian
DAFTRAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta:
EGC.
Herman, Ade.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta;Medical Book
Surya Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Kusumawati Farida, Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Hari / Perencanaan
No. Diagnosa
Tgl / Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Jam
1 2 3 4 5 6 7
Gangguan TUM : 1. Setelah …x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya Pembinaan hubungan saling
Sensori Klien dapat menunjukkan tanda-tanda dengan menggunakan prinsip percaya merupakan dasar terjadinya
Persepi : mengontrol percaya terhadap perawat : komunikasi terapeutik : komunikasi terbuka sehingga
halusinasi halusinasi Ekspresi wajah Sapa klien dengan ramah, baik mempermudah dalam menggali
(lihat /dengar yang bersahabat. verbal maupun non verbal. masalah klien.
/penghidu/rab Dialaminya. Menunjukkan rasa Perkenalkan nama, nama
a/kecap ). senang. panggilan, dan tujuan perawat
Ada kontak mata. berkenalan.
TUK 1 : Mau berjabat tangan. Tanyakan nama lengkap dan
Klien dapat Mau menyebutkan nama panggilan kesukaan
membina nama. klien.
hubungan Mau menjawab salam. Buat kontrak yang jelas.
saling
percaya
dengan Klien mau duduk Tunjukkan sikap jujur dan
perawat. berdampingan dengan menepati janji setiap kali
perawat. interaksi.
Bersedia Tunjukkan sikap empati dan
mengungkapkan menerima klien apa adanya.
masalah yang dihadapi. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien.
Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 2.1 Adakan kontrak sering dan Dengan kontak sering dan singkat
Klien dapat menyebutkan : singkat secara bertahap. diharapkan klien dapat mengurangi
mengenal Isi. 2.2 Observasi tingkah laku klien halusinasinya.
halusinasiny Waktu. terkait dengan halusinasinya (
a. Frekuensi. halusinasi lihat / dengar / Untuk mengetahui jenis halusinasi
Situasi dan kondisi yang penghidu / raba / kecap ), jika klien serta dapat untuk
P:
Perawat:
Lakukan SP2P gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran pada pertemuan ke-2 pada
hari senin, 09 juli 20122, pukul 11.00 diruang
perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardis dan melatih sesuai jadwal
Gangguan SP2P gangguan Melaksanakan SP2P S: “Selamat pagi, baik pak” saya bangun jam 6
persepsi persepsi gangguan persepsi sensori: pagi, mandi dan merapikan tempat tidur, latihan
sensori: sensori: halusinasi pendengaran: menghardik jam 11 dan 3 sore”. “pergi-pergi, saya
halusinasi halusinasi 1) Mengevaluasi jadwal tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu” “ pak
pendengaran pendengaran kegiatan harian klien perawat tolong ajak saya ngobrol supaya
2) Melatih klien halusinasi saya hilang”.” Masukan jam 10 pagi
mengendalikan halusinasi saya pak”
dengan cara bercakap- O:
cakap dengan orang lain Klien mampu menyebutkan kegiatan harianya
3) Menganjurkan klien Kontak mata ada
memasukan kedalam Klien kooperatif
jadwal kegiatan harian Klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardiks
Klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap
Klien dapat dapat memasukan latihan
menghardik kedalam jadwal harianya yaitu pada
pukul 10.00
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P Halusinasi pendengaran pada
pertemuan ke 3 pada hari selasa, 10 juli 2012,
pukul 09.00 diruang perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien mengobrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap sesuai dengan jadwal harian.
Gangguan SP3P Melakukan SP3P gangguan S: “selamat pagi”,”saya bangun jam 6 pagi, mandi
persepsi Gangguan persepsi sensory: Halusinasi dan merapikan temapt tidur, latihan menghardik
sensori: persepsi pendengaran jam 11 dan 3 sore kemarin sudah saya lakukan
halusinasi sensori: 1) Mengevaluasi jadwal pak, kalau jam 10 nantik saya latihan bercakap-
pendengaran halusinasi kegiatan harian klien cakap”
pendengaran 2) Melatih klien “masukan jam 8.30 pagi saya pak”
mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan O:
kegiatan Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya
3) Menganjurkan klien yaitu mencuci tempat makan
memasukan dalam jadwal Klien memasukankegiatan menyuci tempat
kegiatan harian makan ke dalam jadwal harian klien pada
pukul 08.30
Bicara ngelantur
Kontak mata ada
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lamnjutkan SP4P budaya gangguan persepsi
sensori: halusinasi Pendengaran pada pertemuan
ke-4 pada hari selasa 10 juli 2012, pukul 11.00 di
ruang perawatan klien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal
harian.
Gangguan SP4P Melakukan SP4P Gangguan S: “selamat pagi, baik pak,” saya, latihan
persepsi Gangguan persepsi sensori: halusinasi menghardik jam 11 sudah saya lakukan pak, dan
sensori: persepsi pendengaran jam 10 saya latihan bercakap-cakap dengan
halusinasi sensori: 1) Mengevaluasi jadwal bapak”
pendengaran halusinasi kegiatan harian klien “masukan jam 8, 12 dan 6 sore saja pak”
pendengaran 2) Memasukan penkes “ untuk mengontrol halusinasi saya pak”
tentang penggunakan obat Saya mau minum oabat CPZ dan haldol pak”
secara teratur “warna oare namanya CPZ minumnya 1 kali sehari
3) Menganjurkan klien yaitu malam hari dan warna merah muda namanya
memasukan kedalam haldol minumnya 2 kali sehari, yaitu pagi dan
jadwal kegiatan harian siang”
O:
Klien mampu melakukan jadwal harian yang
sudah dibuat
Klien memasukan minum obat kedalam jadwal
harian klien pada pukul 08.00, 12.00 dan 18.00
Kontak mata ada
Klien mampu menunjukan dan menyebutkan
jenis obat
Afek sesuai
Klien kooperatif
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lnjutkan SP budaya gangguan persepsi sensori:
halusinasi pada hari rabu 11 juli 2012, pukul 09.00
di ruang perawaatan klien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat.