Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI


DI RUANG RSI BISMA
RSJ PROV. BALI

Disusun oleh :

NI WAYAN WENA WARDANI 17.321.2757

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas
dari luar diri klien terhadap panca indra pada saat klien dalam keadaan sadar atau
bangun (kesan/pengalaman sensori yang salah). (Azizah, 2011).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend,
M.C, 2010).
a. Faktor pencetus :
1). Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang
maladptif yang baru mulai dipahami.
2). Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian ( Stuart dan Sundeen,
2009 ).
3). Sosio Budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia
dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan ( Stuart dan Sundeen, 2009 ).
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a). Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b). Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c). Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d). Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.

e). Faktor Genetik dan Pola Asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
c. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
d). Rentang respon halusinasi

Respon Adaptif :
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi konsisten
dengan pengalaman
4. Perilaku cocok
5. Hubungan sosial
harmonis
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang Respon Maladaptive :
secara kokoh dipertahankan walaupun 1. Waham
tidak diyakini oleh orang lain dan 2. Sulit berespon emosi
bertentangan dengan kenyataan sosial. 3. Prilaku disorganisasi
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori 4. Isolasi sosial
yang salah atau persepsi eksternal yang 5. Halusinasi
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan
sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
3. Patofisologi
Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizoprenia.
Halusinasi terjadi pada klien skizoprenia dan gangguan manik. Halusinasi dapat
timbul pada skizofrenia dan pada psikosa fungsional yang lain, pada sindroma otak
organik, epilepsi (sebagai aura), nerosa histerik, intoksikasi atropin atau kecubung,
zat halusinogenik dan pada deprivasi sensorik. klien yang mendengar suara – suara
misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua
suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara– suara
yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Herman, 2011):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
2007) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
5. Klasifikasi / Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Penglihatan (Visual/Optik)
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak berbentuk
sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
b. Halusinasi Dengar (Auditif, Akustik)
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin music, ataun kejadian alam
lainnya.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
e. Halusinasi Perabaan ini termasuk halusinasi Seksual
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
f. Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bisa merasakan suatu gerakan seperti pada pasien ambulasi
g. Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasa tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
h. Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
i. Halusinasi Hipnogogik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
j. Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun .
disamping itu adapula pengalaman halusinatorik dalam impian normal.

k. Halusinasi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll. (sumber: Azis, 2011).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga
bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana
yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang
sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain
di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar
pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas
yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1). Genetika
2). Neurobiologi
3). Neurotransmitter
4). Abnormal perkembangan saraf
5). Psikologis
b. Faktor Presipitasi
1). Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2). Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3). Adanya gejala pemicu
c. Mekanisme Koping
1). Regresi
2). Proyeksi
3). Menarik diri
d. Perilaku Halusinasi
1). Isi halusinasi
2). Waktu terjadinya
3). Frekuensi
4). Situasi pencetus
5). Respon klien saat halusinasi

Pohon Masalah
Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan, Defisit Perawatan Diri

Core Problem Gangguan persepsi sensori halusinasi

Causa Isolasi sosial

e. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


1). Resiko tinggi perilaku kekerasan
a). Perilaku hiperaktif
b). Mudah tersinggung
c). Perilaku menyerang seperti panik
d). Ansietas
2). Gangguan sensori persepsi halusinasi
a). Berbicara, senyum, tertawa sendiri
b). Bertindak seolah-olah dipenuhi oleh sesuatu yang menyenangkan
c). Tidak dapat memusatkan perhatian
d). Kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dengan realita
3). Isolasi sosial
a). Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
b). Menarik diri
c). Kurangnya kontak mata dan komunikasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi halusinasi : pendengaran
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi kliem 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien keluarga dalam perawatan klien
3) Mengidentifikasin waktu halusinasi klien 2) Mmemberikan pendidikan kesehatan
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien tentang pengertian halusinasi, jenis
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat halusinasi yang dalam klien, tanda dan
menimbulkan halusinasi klien gejala halusinasi
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
halusinasi klien halusinasi
7) Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1) Melatih keluarga memperaktikkan cara
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan merawat klien dengan halusinasi
cara bercakap-cakap dengan orang lain 2) Melatih keluarga memperaktikkan cara
3) Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal merawat klien dengan halusinasi
kegiatan harian
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1) Membantu keluarga membuat jadwal
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan aktivitas dirumah termasuk minum obat
cara melakukan kegiatan (discharge planning)
3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal 2) Menjelaskan pollow up klien setelah pulang
kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Memasukan penkes tentang penggunakan obat
secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian
DAFTRAR PUSTAKA

Azizah, M.L.2011.Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta;Graha Ilmu

Carpenito, L.J, 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta:
EGC.
Herman, Ade.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta;Medical Book
Surya Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Stuart, G.W and Sundeen.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta;EGC

Kusumawati Farida, Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2007. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F.2010.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya;Arilangga


3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari / Perencanaan
No. Diagnosa
Tgl / Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Jam

1 2 3 4 5 6 7

Gangguan TUM : 1. Setelah …x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya Pembinaan hubungan saling
Sensori Klien dapat menunjukkan tanda-tanda dengan menggunakan prinsip percaya merupakan dasar terjadinya
Persepi : mengontrol percaya terhadap perawat : komunikasi terapeutik : komunikasi terbuka sehingga
halusinasi halusinasi  Ekspresi wajah  Sapa klien dengan ramah, baik mempermudah dalam menggali
(lihat /dengar yang bersahabat. verbal maupun non verbal. masalah klien.
/penghidu/rab Dialaminya.  Menunjukkan rasa  Perkenalkan nama, nama
a/kecap ). senang. panggilan, dan tujuan perawat
 Ada kontak mata. berkenalan.
TUK 1 :  Mau berjabat tangan.  Tanyakan nama lengkap dan
Klien dapat  Mau menyebutkan nama panggilan kesukaan
membina nama. klien.
hubungan  Mau menjawab salam.  Buat kontrak yang jelas.
saling
percaya
dengan  Klien mau duduk  Tunjukkan sikap jujur dan
perawat. berdampingan dengan menepati janji setiap kali
perawat. interaksi.
 Bersedia  Tunjukkan sikap empati dan
mengungkapkan menerima klien apa adanya.
masalah yang dihadapi.  Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien.
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 2.1 Adakan kontrak sering dan Dengan kontak sering dan singkat
Klien dapat menyebutkan : singkat secara bertahap. diharapkan klien dapat mengurangi
mengenal  Isi. 2.2 Observasi tingkah laku klien halusinasinya.
halusinasiny  Waktu. terkait dengan halusinasinya (
a.  Frekuensi. halusinasi lihat / dengar / Untuk mengetahui jenis halusinasi

 Situasi dan kondisi yang penghidu / raba / kecap ), jika klien serta dapat untuk

menimbulkan halusinasi. menemukan klien yang sedang mengarahkan klien di dalam


halusinasi : mengenal halusinasinya sampai
klien benar-benar menyadari bahwa
 Tanyakan apakah klien dirinya sedang mengalami
mengalami sesuatu ( halusinasi yang sangat memerlukan
halusinasi lihat / dengar / bantuan perawat.
penghidu / raba / kecap ).
 Jika klien menjawab ya, Dengan mengetahui isi, waktu,
tanyakan apa yang sedang frekuensi terjadinya halusinasi dan
dialaminya. situasi dan kondisi yang
 Katakan bahwa perawat menimbulkan halusinasi sehingga
percaya klien mengalami hal nanti dapat membantu klien dalam
tersebut, namun perawat mengatasi halusinasinya.
sendiri tidak mengalaminya (
dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi ).
 Katakan bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang
sama.
 Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi.
Diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu, dan frekuensi
terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam, atau
sering dan kadang-kadang ).
 Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
2. Setelah … x interaksi, klien 2.3 Diskusikan dengan klien apa Untuk menentukan fase dari
menyatakan perasaan dan yang dirasakan jika terjadi halusinasi klien terkait dengan
responnya saat mengalami halusinasi dan beri kesempatan perasaan klien saat berhalusinasi
halusinasi : untuk mengungkapkan dan dan tindakan apa yang dapat
 Marah. perasaannya. dilakukan untuk mengatasi
 Takut. 2.4 Diskusikan dengan klien apa halusinasinya.
 Sedih. yang dilakukan untuk mengatasi

 Senang. masalah tersebut.

 Cemas. 2.5 Diskusikan tentang dampak yang

 Jengkel. akan dialaminya bila klien


menikmati halusinasinya.
TUK 3 : 3.1 Setelah … x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara Untuk mengetahui kemampuan
Klien dapat menyebutkan tindakan atau tindakan yang dilakukan klien dalam mengontrol
mengontrol yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, halusinasinya apakah sudah adaptif
halusinasiny untuk mengendalikan marah, menyibukkan diri, dll ). agar klien tidak terus larut dalam
a. halusinasinya. 3.2 Diskusikan cara yang digunakan halusinasinya.
3.2 Setelah … x interaksi klien klien :
menyebutkan cara baru  Jika cara yang digunakan
mengontrol halusinasi. adaptif, beri pujian.
3.3 Setelah … x interaksi klien  Jika cara yang digunakan
dapat memilih dan maladaptive, diskusikan Dengan memberikan dan
memperagakan cara kerugian tersebut. mendemontrasikan cara-cara baru
mengatasi halusinasi ( 3.3 Diskusikan cara baru untuk dalam mengotrol halusinasinya
dengar, lihat, penghidu, memutus / mengontrol diharapkan nantinya klien mampu
raba, kecap ). timbulnya halusinasi. untuk mengatasi sendiri saat
3.4 Setelah … x interaksi klien  Katakan pada diri sendiri halusinasinya muncul kembali dan
melaksanakan cara yang bahwa ini tidak nyata ( “ saya mengetahui apa yang harus
telah dipilih untuk tidak mau dengar / lihat / dilakukan oleh klien untuk
mengendalikan penghidu / raba / kecap pada mengontrol halusinasinya.
halusinasinya. saat halusinasi terjadi ).
 Menemui orang lain ( perawat
/ teman / anggota keluarga )
3.5 Setelah … x interaksi klien untuk menceritakan tentang
mengikuti terapi aktivitas halusinasinya.
kelompok.  Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari
yang telah disusun.
 Meminta keluarga / teman /
perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara yang Dengan melakukan kegiatan terapi
sudah dianjurkan dan latih untuk aktivitas kelompok diharapkan
mencobanya. klien dapat mengungkapkan tentang
3.5 Beri kesempatan untuk halusinasinya dan mempunyai
melakukan cara yang sudah kesibukan dan mengurangi
dipilih atau dilatih. munculnya halusinasi.
3.6 Pantau pelaksanaan yang sudah
dipilih dan dilatih, jika berhasil
beri pujian.
3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
TUK 4 : 4.1 Setelah … x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga Melalui pendidikan kesehatan
Klien dapat keluarga, keluarga untuk pertemuan. terhadap keluarga klien diharapkan
dukungan menyatakan setuju untuk 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( nantinya keluarga dapat
dari mengikuti pertemuan pada saat pertemuan keluarga / mengetahui tentang halusinasi,
keluarga dengan perawat kunjungan rumah ). tanda dan gejalanya serta cara-cara
dalam 4.2 Setelah … x interaksi  Pengertian halusinasi. mengatasi halusinasinya dan
mengontrol keluarga menyebutkan  Tanda dan gejala halusinasi. pengobatannya sehingga keluarga
halusinasiny pengertian, tanda dan  Proses terjasinya halusinasi. dapat merawat klien dengan
a gejala, proses terjadinya  Cara yang dapat dilakukan halusinasi di rumah dalam hal ini
halusinasi, dan tindakan klien dan keluarga untuk klien dapat dukungan keluarga
untuk mengendalikan memutuskan halusinasi. demi kesembuhan klien.
halusinasi.  Obat-obatan halusinasi.
 Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi di
rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama, memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi ).
 Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5 : 5.1 Setelah … x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Diharapkan nantinya klien dapat
Klien dapat menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak merasakan pentingnya obat jiwa
memanfaatk  Manfaat minum obat. minum obat, nama, warna, bagi kesembuhan klien dalam
an obat  Kerugian tidak minum dosis, cara, efek terapi, dan efek mengontrol perasaannya dan
dengan baik. obat. samping penggunaan obat. berkeinginan untuk berobat secara
 Nama, warna, dosis, efek 5.2 Pantau klien saat penggunaan kontinu serta klien sendiri dapat
terapi dan efek samping obat. mengatur sendiri obat-obat yang
obat. 5.3 Beri pujian jika klien harus diminum disamping
5.2 Setelah … x interaksi klien menggunakan obat dengan diperlukan juga peran keluarga
mendemonstrasikan benar. sebagai pendamping dalam minum
penggunaan obat dengan 5.4 Diskusikan akibat berhenti obat.
benar. minum obat tanpa konsultasi
5.3 Setelah … x interaksi klien dengan dokter.
menyebutkan akibat 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
berhenti minum obat tanpa kepada dokter / perawat jika
konsultasi dokter.
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
4. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl No.Diagnosa Diagnosa Rencana Impelementasi Evaluasi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Gangguuan SP1P Melakukan SP1P Gangguan S: ‘Selamat pagi, nama saya M, baik pak, 10
persepsi Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi menit, disini aja pak”.”saya mendengar suara
sensori: persepsi Pendengaran: kerincing dan gendang, munculnya pada saat saya
Halusinasi sensori: 1) Mengidentifikasi jenis lagi sendirian, 3 kali sehari saya mendengarnus,
pendengaran halusinasi halusinasi klien pada malam, dan pagi terkadang ingin
pendegaran 2) Mengidentifikasi isi marah”.”pergi-pergi, saya tidak mau dengar kamu,
halusinasi klien kamu suara palsu”
3) Mengidentifikasi waktu “senang pak, 11.00 aja ya pak, di ruang ini aja”
halusinasi klien
4) Mengidentifikasi frekuensi O:
halusinasi klien  Klien mampu menyebutkan apa yang dia alami
5) Mengidentifikasi situasi  Kontak mata kurang
yang dapat menimbulkan  Kooperatif
halusinasi klien  Klien dapat melakukan cara mengontrol
6) Mengidentifikasi respon halusinasi dengan cara menghardik
klien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan klien  Klien dapat memasukan latiahan menghardiks
menghardik halusinasi kedalam jadwal harianya yaitu pada pukul
8) Mengajarkan klien 11.00 dan 15.00
memasukan kedalam
kegiatan harian A: SP1P tercapai

P:
Perawat:
Lakukan SP2P gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran pada pertemuan ke-2 pada
hari senin, 09 juli 20122, pukul 11.00 diruang
perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardis dan melatih sesuai jadwal
Gangguan SP2P gangguan Melaksanakan SP2P S: “Selamat pagi, baik pak” saya bangun jam 6
persepsi persepsi gangguan persepsi sensori: pagi, mandi dan merapikan tempat tidur, latihan
sensori: sensori: halusinasi pendengaran: menghardik jam 11 dan 3 sore”. “pergi-pergi, saya
halusinasi halusinasi 1) Mengevaluasi jadwal tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu” “ pak
pendengaran pendengaran kegiatan harian klien perawat tolong ajak saya ngobrol supaya
2) Melatih klien halusinasi saya hilang”.” Masukan jam 10 pagi
mengendalikan halusinasi saya pak”
dengan cara bercakap- O:
cakap dengan orang lain  Klien mampu menyebutkan kegiatan harianya
3) Menganjurkan klien  Kontak mata ada
memasukan kedalam  Klien kooperatif
jadwal kegiatan harian  Klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardiks
 Klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap
 Klien dapat dapat memasukan latihan
menghardik kedalam jadwal harianya yaitu pada
pukul 10.00

A: SP2P tercapai

P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P Halusinasi pendengaran pada
pertemuan ke 3 pada hari selasa, 10 juli 2012,
pukul 09.00 diruang perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien mengobrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap sesuai dengan jadwal harian.
Gangguan SP3P Melakukan SP3P gangguan S: “selamat pagi”,”saya bangun jam 6 pagi, mandi
persepsi Gangguan persepsi sensory: Halusinasi dan merapikan temapt tidur, latihan menghardik
sensori: persepsi pendengaran jam 11 dan 3 sore kemarin sudah saya lakukan
halusinasi sensori: 1) Mengevaluasi jadwal pak, kalau jam 10 nantik saya latihan bercakap-
pendengaran halusinasi kegiatan harian klien cakap”
pendengaran 2) Melatih klien “masukan jam 8.30 pagi saya pak”
mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan O:
kegiatan  Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya
3) Menganjurkan klien yaitu mencuci tempat makan
memasukan dalam jadwal  Klien memasukankegiatan menyuci tempat
kegiatan harian makan ke dalam jadwal harian klien pada
pukul 08.30
 Bicara ngelantur
 Kontak mata ada

A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lamnjutkan SP4P budaya gangguan persepsi
sensori: halusinasi Pendengaran pada pertemuan
ke-4 pada hari selasa 10 juli 2012, pukul 11.00 di
ruang perawatan klien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal
harian.
Gangguan SP4P Melakukan SP4P Gangguan S: “selamat pagi, baik pak,” saya, latihan
persepsi Gangguan persepsi sensori: halusinasi menghardik jam 11 sudah saya lakukan pak, dan
sensori: persepsi pendengaran jam 10 saya latihan bercakap-cakap dengan
halusinasi sensori: 1) Mengevaluasi jadwal bapak”
pendengaran halusinasi kegiatan harian klien “masukan jam 8, 12 dan 6 sore saja pak”
pendengaran 2) Memasukan penkes “ untuk mengontrol halusinasi saya pak”
tentang penggunakan obat Saya mau minum oabat CPZ dan haldol pak”
secara teratur “warna oare namanya CPZ minumnya 1 kali sehari
3) Menganjurkan klien yaitu malam hari dan warna merah muda namanya
memasukan kedalam haldol minumnya 2 kali sehari, yaitu pagi dan
jadwal kegiatan harian siang”
O:
 Klien mampu melakukan jadwal harian yang
sudah dibuat
 Klien memasukan minum obat kedalam jadwal
harian klien pada pukul 08.00, 12.00 dan 18.00
 Kontak mata ada
 Klien mampu menunjukan dan menyebutkan
jenis obat
 Afek sesuai
 Klien kooperatif

A: SP4P tercapai

P:
Perawat:
Lnjutkan SP budaya gangguan persepsi sensori:
halusinasi pada hari rabu 11 juli 2012, pukul 09.00
di ruang perawaatan klien
Klien:
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen9 halaman
    LP HDR
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • Keluarga 1
    Keluarga 1
    Dokumen13 halaman
    Keluarga 1
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen39 halaman
    LP HDR
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • HDRRRR
    HDRRRR
    Dokumen12 halaman
    HDRRRR
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen39 halaman
    LP HDR
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP Jiwa
    LP Jiwa
    Dokumen44 halaman
    LP Jiwa
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • Intervensi DM
    Intervensi DM
    Dokumen12 halaman
    Intervensi DM
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Jiwa
    LP Dan SP Jiwa
    Dokumen87 halaman
    LP Dan SP Jiwa
    indraardii
    Belum ada peringkat
  • Edukasi
    Edukasi
    Dokumen11 halaman
    Edukasi
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP Jiwa
    LP Jiwa
    Dokumen44 halaman
    LP Jiwa
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • Anak KLP 17
    Anak KLP 17
    Dokumen18 halaman
    Anak KLP 17
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat
  • Edukasi Komplementer
    Edukasi Komplementer
    Dokumen14 halaman
    Edukasi Komplementer
    Wena Wardani
    Belum ada peringkat