LAPORAN KEGIATAN
SEMINAR DAN WORKSHOP PPRA
(PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA)
PERSIAPAN DALAM MENGHADAPI
AKREDITASI OLEH PERHIMPUNAN
PENGENDALIAN INFEKSI INDONESIA
CABANG SEMARANG
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penjelasan Umum
Resistensi antimikroba yaitu resistensi terhadap antimikroba yang efektif
untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit. Bakteri
adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri digunakan secara
bijak. Penggunaan antibiotik secara bijak ialah penggunaan antibiotik yang sesuai
dengan penyebab infeksi dengan rejimen dosis optimal, lama permberian optimal,
efek samping minimal dan dampak minimal terhadap munculnya mikroba resisten.
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di Negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, dan antiprotozoa. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar
40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-
penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi
antimikroba ini baik ditingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau lembaga
pemerintah. WHO telah berhasil merumuskan 67 rekomendasi bagi Negara anggota
untuk melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba. Namun, di Indonesia
rekomendasi antimikroba tampaknya belum terlaksana secara intelektual serta
sampai sekarang gerakan pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit secara
nasional belum terlaksana dengan baik, terpadu dan menyeluruh sebagaimana yang
terjadi di beberapa Negara.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien peserta
Kesehatan di RSU Sarila Husada maka diperlukan pengetahuan tentang
pengendalian resistensi antimikroba di Rumah Sakit. Untuk itu perlu untuk
mengikuti kegiatan seminar dan workshop yang diselenggarakan Perhimpunan
Pengendalian Infeksi Indonesia Cabang Semarang dengan tema “PPRA (Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba) dalam Persiapan Akreditasi”.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan seminar dan workshop dengan tema “PPRA
(Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) dalam Persiapan Akreditasi”
adalah mengetahui Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
D. Dasar Laporan
Materi dari kegiatan seminar dan workshop dengan tema “PPRA (Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba) dalam Persiapan Akreditasi” yang
diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia Cabang
Semarang.
BAB II
MATERI KEGIATAN
A. Materi Kegiatan
Materi meliputi :
Hari Pertama ( Sabtu, 20 April 2019) :
1. Kebijakan Kemenkes tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di
Rumah Sakit oleh DR. dr. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI
2. Dasar penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit
oleh dr. MM Dwi Endang A.H. Hapsari, SpA(K)
2
3. Global Problem of Antimicrobial Resistance oleh Prof. dr. M Hussein Gassem,
PhD, SpPD-KPTI
4. Surveilans pola penggunaan antibiotika di rumah sakit oleh dr. Purnomo Hadi,
Sp.MK
5. Layanan Mikrobiologi Klinik dan membuat pola mikroba yang sederhana dan
informative oleh dr. Iva Puspitasari, Sp.MK
6. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis dalam pengendalian resistensi
antimikroba oleh dr. Julian Dewantiningrum, SpOG(K), Msi. Med
7. Peran IPCN dalam PPRA oleh Irmawati, S.Kep, Ns
8. Antibiotik secara bijak untuk mencegah AMR (Antimicrobial resistance) oleh
DR. dr. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI
9. Skill Station (Latihan audit kuantitatif penggunaan antibiotik) oleh Evy Sari
Sutrianingsih, M.Farm Klin, Apt
10. Skill Station (Latihan audit kualitatif penggunaan antibiotik) oleh dr. dr. Julian
Dewantiningrum, SpOG(K), Msi. Med dan dr. Desvita Sari, Sp.MK
4
3. Global Problem of Antimicrobial Resistance oleh Prof. dr. M Hussein Gassem,
PhD, SpPD-KPTI
a. Global problem of antimicrobial resistance
b. Penyebaran penyakit infeksi resisten antimikroba
c. Surveilans untuk mengendalikan AMR
4. Surveilans pola penggunaan antibiotika di rumah sakit oleh dr. Purnomo Hadi,
Sp.MK
a. Kategori penilaian Gyssens Flowchart
b. Antibiotik yang rasional dan bijaksana antara lain :
1) Efektivitas intrinsic resistance
2) Fase replikasi
3) Kebradaan mikroba hydrophilici vs lipophilic
c. Antibioti konsentrat
d. Mutant selesction
5. Layanan Mikrobiologi Klinik dan membuat pola mikroba yang sederhana dan
informative oleh dr. Iva Puspitasari, Sp.MK
a. Peran Mikrobiologi klinik
b. Pemeriksaan mikrobiologi
c. Tata laksana pasien dengan infeksi
d. prinsip pengelolaan spesimen, antara lain :
1) Utamakan keselamatan dan keamanan petugas rumah
sakit/laboratorium
2) Pertimbangkan kenyamanan dan keamanan pasien
3) Jumlah mikroorganisme hidup saat kultur cukup
4) Hindari kontaminasi flora normal atau dari lingkungan
e. Specimen yang diambil pada pasien antara lain : urin, sputum, fese, dan
semen
f. Dasar penyusunan antibiogram pada PMK No 8 Tahun 2015 pasal
4.
g. Penggunaan antibiogram
b. Tentukan severitas
Kasus berat (severe) memerlukan penanganan yang lebih kompleks dan
agresif yang biasanya dilakukan di ICU dengan melibatkan beberapa
profesi, pemeriksaan lanjutan dan penanganan cepat diamana pemberian
antibiotik empirik biasanya harus segera diberikan untuk mencegah
meningkatnya tingkat keparahan pada pasien. Untuk menentukan severitas
dapat dilakukan melalui metode :
Quick SOFA
c. Apakah MDRO
6
Infeksi akibat MDRO kebanyakan merupakan Hospital Accuired
Infection(HAI).
Faktor risiko infeksi patogen MDRO adalah sebagai berikut :
- Pasien Geriatri
- Pasien yang dalam 90 hari sebelumnya pernah dirawat ddi rumah sakit
atau ward lainnya.
- Memiliki riwayat operasi besar.
- Memiliki riwayat pemasangan kateter, terutama CV kateter.
- Riwayat penggunaan antibiotik intravena terutama golongan
Cephalosporin.
d. Apakah pasien Immunokompromis
Kriteria Pasien Immunokompromis adalah :
Usia Lanjut, Anak, Ibu Hamil
Pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang atau
kemoterapi.
Pasien mengidap HIV-AIDS.
Pasien dengan Autoimmune (SLE)
Pasien geriatri dengan minimal 2 penyakit sistemik/kronik.
e. Kemungkinan bakteri penyebab
Penentuan kemungkinan bakteri penyebab dilakukan melalui uji
mikrobiologi. Antibiotik profilaksis : berikan antibiotic profilaksis hanya
untuk operasi bersih dan bersih tercemar
f. Tetapkan jenis antibiotic
Penentuan antibiotik dilakukan berdasarkan hasil uji mikrobiologi.
g. Durasi antibiotik
Penentuan durasi antibiotik dilakukan berdasarkan Farmakokinetik dan
Farmakodinamik tiap antibiotik. Penggunaan Antibiotik diharapkan dengan
dosis optimal dan durasi sesingkat mungkin. Penggunaan Antibiotik yang
overuse maupun underdose dihindari karena meningkatkan resiko resistensi
antimikroba.
9. Skill Station (Latihan audit kuantitatif penggunaan antibiotik) oleh Evy Sari
Sutrianingsih, M.Farm Klin, Apt dengan analisa penghitungan DDD
Audit Kuantitatif menggunakan Defined Daily Dose (DDD)
DDD adalah dosis harian rata – rata antibiotika yang digunakan pada orang
dewasa untuk indikasi utamanya. DDD ditentukan dengan :
7
10. Skill Station (Latihan audit kualitatif penggunaan antibiotik) oleh dr. dr. Julian
Dewantiningrum, SpOG(K), Msi. Med dan dr. Desvita Sari, Sp.MK dengan
analisa penilaian Gyssens Flowchart
8
Tahap I : Waktu pemberian tepat
Tahap 0 : Tepat semua
3. Plan of action PPRA di rumah sakit dan Pelaporan PPRA oleh Mariyatul
Qibtiyah, S.Si, SpFRS, Apt
Plan of action untuk PPRA dalam rumah sakit antara lain :
a. Identifikasi masalah meliputi regulasi (Kebijakan, Panduan, SPO)
b. Dibentuk ogranisasi
c. Adanya fasilitas dan sarana prasarana
d. Adanya data penggunaan antibiotic
e. Adanya data pola kuman atau data antibiogram
f. Adanya SDM
g. Adanya anggaran
4. Skill station (Praktek dan Simulasi Pembuatan Plan of Action PPRA di rumah
sakit oleh Mariyatul Qibtiyah, S.Si, SpFRS, Apt dengan POA PPRA
C. Anggaran Biaya
Anggaran biaya yang dikeluarkan sebesar :
Uang saku & transportasi =
1. Untuk Tenaga medis Rp. 900.000,- (Sembilan ratus ribu rupiah)
2. Untuk Tenaga penunjang Rp. 800.000,- (Delapan ratus ribu rupiah)
9
Dalam mengikuti Materi dari kegiatan seminar dan workshop dengan tema “PPRA
(Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) dalam Persiapan Akreditasi”
hambatan yang dihadapi antara lain :
1. Kebijakan dan pedoman dalam penyusunan PPRA dapat dievaluasi setelah 1
tahun
2. Jarak yang singkat antara rencana penyusunan PPRA dengan akreditasi di
rumah sakit
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparam dari narasumber, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. PPRA merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan
paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. PPRA tersusun dari 6 pilar utama yaitu Klinisi, Keperawatan, Mikrobiologi Klinik,
Farmasi Klinik, PPI dan KFT.
3. PPRA dibentuk untuk upaya meminimalkan resiko resistensi dengan cara
optimalisasi terapi, seleksi AB lebih seksama, pertimbangan dosis, cara dan lama
terapi yang lebih rasional.
4. Kebijakan Nasional sebagai dasar menetapkan kebijakan antibiotik di RS dan
kebijakan RS sebagai dasar penyusunan pedoman penggunaan antibiotik di
lingkungan RS dengan mempertimbangkan pola kuman di RS.
5. Penggunaan antibiotik terapi secara bijak dalam mencegah AMR melalui 7
langkah, yaitu : tentukan masalahnya, tentukan severitas, apakah MDRO, apakah
10
pasien imunokompromis, kemungkinan bakteri penyebab, tetapkan jenis antibiotik,
dan durasi penggunaan antibiotik.
6. Audit penggunaan antibiotik rumah sakit melalui 2 tahap, yaitu Audit Kuantitatif
menggunakan Defined Daily Dose (DDD) dan Audit Kualitatif menggunakan alur
Gyssens.
B. Saran
1. Meningkatkan pelatihan secara berkala terkait dengan PPRA
2. Melakukan evaluasi minimal setiap 3 bulan sekali terhadap hasil progaram
PPRA
3. Menyediakan fasilitas penunjang untuk mendukung pelaksanaan PPRA
demi mencapai tujuan PPRA
BAB IV
PENUTUP
11
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Direktur
RSU Sarila Husada