Anda di halaman 1dari 24

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN
PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN


PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 28H ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diartikan
bahwa kesehatan merupakan salah satu hak asasi
yang fundamental bagi setiap penduduk. Selain
sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan
investasi. Untuk itu, mengingat kesehatan
merupakan tanggung jawab bersama, maka perlu
diperjuangkan oleh berbagai pihak bukan hanya
jajaran kesehatan semata. Hal ini sejalan dengan
Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa
setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

1
Kesehatan merupakan salah satu di antara tiga adalah “Mewujudkan Masyarakat yang Sehat,
faktor utama yang mempengaruhi Indeks Mandiri, dan Berkeadilan” dengan misi:
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
Development Index (HDI), selain pendidikan dan melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk
pendapatan (tingkat daya beli masyarakat). swasta dan masyarakat madani;
Menurut United Nations Development Program 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan
(UNDP), IPM Indonesia tahun 2011 di urutan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;
0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan
pada tahun 2010. sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan
Kesehatan sebagai salah satu komponen dalam
yang baik.
mengukur keberhasilan pembangunan bangsa
sangat penting bagi kehidupan kita, sehingga Untukmencapaivisidanmisiyangtelahditetapkan,
harus dipelihara, dilindungi dari berbagai ancaman salah satu strategi yang ditempuh adalah
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta
Kesehatan juga perlu ditingkatkan dan dan masyarakat madani dalam pembangunan
diperjuangkan oleh semua orang, karena masalah kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.
kesehatan bukan hanya persoalan sektor Guna mewujudkan hal tersebut, Pemerintah
kesehatan semata, akan tetapi menjadi tanggung Indonesia telah berupaya melakukan berbagai
jawab kita semua. Selain itu, upaya pembangunan terobosan, antara lain melalui Pengembangan Desa
kesehatan juga diarahkan guna mencapai tujuan dan Kelurahan Siaga Aktif sebagai salah satu
Millennium Development Goals (MDG’s). Dalam wujud pemberdayaan masyarakat di bidang
MDG’s tersebut, kesehatan dapat dikatakan unsur kesehatan. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah
yang dominan, karena dari delapan agenda MDG’s, bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah
lima diantaranya berkaitan langsung dengan dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan
kesehatan. Oleh karena itu, untuk mencapai Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan
sasaran pembangunan kesehatan tersebut, nama lain atau kelurahan yang memenuhi kriterai
Kementerian Kesehatan telah menetapkan Visi sebagai berikut:
Kementerian Kesehatan dalam rangka menunjang 1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah
percepatan pencapaian yang tertuang dalam pelayanan kesehatan dasar yang memberikan
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun
pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan
2010-2014. Adapun Visi Kementerian Kesehatan,

2 3
Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang beraneka ragam, antara lain: Posyandu,
ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Poskesdes, Dana Sehat, Pos Obat Desa (POD),
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan Pos
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kesehatan Pesantren (Poskestren).
atau sarana kesehatan lainnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan
2. Penduduknya mengembangkan Upaya Poskestren, lebih diutamakan dalam hal
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) pelayanan promotif (peningkatan kesehatan)
dan melaksanakan survailans berbasis dan preventif (pencegahan), tanpa mengabaikan
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan (pemulihan kesehatan), yang dilandasi
perilaku), kedaruratan kesehatan dan semangat gotong royong dengan pembinaan
penanggulangan bencana, serta penyehatan oleh Puskesmas setempat. Pondok Pesantren
lingkungan sehingga masyarakatnya merupakan salah satu bentuk lembaga
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan pendidikan keagamaan yang tumbuh dan
Sehat (PHBS). berkembang dari oleh dan untuk masyarakat
yang berperan penting dalam pengembangan
Pemberdayaan masyarakat di Pondok Pesantren sumber daya manusia, diharapkan para santri
merupakan upaya fasilitasi, agar warga pondok dan para pemimpin serta pengelola pondok
pesantren mengenal masalah yang dihadapi, pesantren tidak saja mahir dalam aspek
merencanakan dan melakukan upaya pembangunan moral dan spiritual dengan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi intelektual yang bernuansa agamis, namun
setempat sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan dapat pula menjadi penggerak/motor motivator
setempat. Upaya fasilitasi tersebut diharapkan dan inovator dalam pembangunan kesehatan,
pula dapat mengembangkan kemampuan warga serta menjadi teladan dalam berperilaku hidup
pondok pesantren untuk menjadi perintis/ bersih dan sehat bagi masyarakat sekitar.
pelaku dan pemimpin yang dapat menggerakkan
masyarakat berdasarkan asas kemandirian dan Mengingat pondok pesantren telah tumbuh dan
kebersamaan. berkembang hampir di seluruh daerah, maka
diharapkan kegiatan ini dapat menyebar secara
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang merata di seluruh Indonesia. Pada umumnya
kesehatan atau lazim disebut UKBM sangat santri yang belajar di pondok pesantren berusia

4 5
antara 7-19 tahun, dan di beberapa pondok Guna memfasilitasi para petugas dan pemangku
pesantren lainnya menampung santri berusia kepentingan (stakeholders) terkait lainnya, perlu
dewasa. Poskestren merupakan bagian integral adanya pedoman praktis yang dapat dijadikan
dari UKS, di mana sasaran UKS adalah seluruh acuan dalam melaksanakan tugasnya. Melalui
warga sekolah mulai dari taman kanak-kanak Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos
hingga sekolah lanjutan menengah, yang Kesehatan Pesantren (Poskestren) ini,
meliputi sekolah umum, keguruan, Sekolah Luar diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
Biasa (SLB), termasuk pondok pesantren, baik pembinaan kesehatan di pondok pesantren dan
jalur sekolah maupun luar sekolah. upaya menumbuhkembangkan Poskestren.

Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah


27.218 lembaga, terdiri dari 13.446 (49,4 %) B. Gambaran Umum Pondok Pesantren
pondok pesantren salafi/salafiah (tradisional),
3.064 (11,3 %) pondok pesantren khalafi/ Pondok pesantren pada awal berdirinya
khalafiah (modern), dan pondok pesantren mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu
terpadu/kombinasi sebanyak 10.708 (39,3 %), tempat pendidikan santri-santri untuk
dengan jumlah santri sebanyak 3.642.738 orang. mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah
Dari jumlah santri tersebut, laki-laki terdiri bimbingan seorang kiai/guru/ ustad dengan
1.895.580 (52,0 %) dan perempuan 1.747.158 tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai
(48,0%) (Education Management Information kader dakwah Islamiah, yang menguasai agama
System/EMIS, Kemenag, 2010/2011). Islam dan siap menyebarkan agama Islam di
berbagai lapisan masyarakat.
Bila ditilik dari sisi kesehatan, pada umumnya
kondisi kesehatan di lingkungan pondok Sesuai dengan tujuan utamanya, maka materi yang
pesantren masih memerlukan perhatian dari di ajarkan di pondok pesantren pada umumnya
berbagai pihak terkait, baik dalam aspek akses terdiri dari materi agama yang digali langsung dari
pelayanan kesehatan, berperilaku sehat maupun kitab-kitab klasik berbahasa Arab, yang ditulis para
aspek kesehatan lingkungannya. Salah satu ulama yang hidup pada abad pertengahan. Semenjak
upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan perang kemerdekaan, terjadi perubahan mendasar
bagi warga pondok pesantren adalah dalam sistem pendidikan pondok pesantren.
menumbuhkembangkan Poskestren. Perubahan tersebuat, diantaranya dengan dikenalnya
sistem madrasah dalam proses

6 7
belajar mengajar, dan mulai diajarkannya materi
umum. Dengan demikian pondok pesantren
II. POS KESEHATAN PONDOK PESANTREN
tidak lagi sepenuhnya tergolong pendidikan jalur
luar sekolah, tapi masuk jalur sekolah. (POSKESTREN)

Dalam dua dasawarsa terakhir ini, di dalam A. Pengertian


lingkungan pondok pesantren, selain madrasah,
diselenggarakan pula sekolah-sekolah umum, 1. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
perguruan tinggi dan program pengembangan keagamaan Islam yang berbasis masyarakat
masyarakat. Masuknya program pengembangan baik sebagai satuan pendidikan dan/atau
masyarakat, keterampilan, pendidikan umum, sebagai wadah penyelenggara pendidikan.
termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap 2. Unsur-unsur pondok pesantren terdiri atas
dari pendidikan di pondok pesantren. Adapun kiai, ustad atau sebutan lain yang sejenis,
penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya santri, pondok atau asrama, dan masjid atau
kepada pihak pengelola atau pimpinan pondok musala serta penyelenggaraan pengajian
pesantren yang bersangkutan, dengan tetap kitab kuning.
memadukantigaprinsiputama,yaitu:peningkatan 3. Pos Kesehatan Pesantren, yang selanjutnya
keimanan dengan ibadah, penyebaran ilmu dan disebut Poskestren merupakan salah satu
ajaranagamaIslamdengantablig;memberdayakan wujud UKBM di lingkungan pondok pesantren,
potensi warga pondok pesantren dan menerapkan dengan prinsip dari, oleh dan warga pondok
nilai-nilai kemasyarakatan yang baik dengan amal pesantren, yang mengutamakan pelayanan
saleh. promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan), dengan binaan Puskesmas
setempat.
4. Warga pondok pesantren adalah Kiai atau
sebutan lain Pimpinan/Pengasuh, santri,
ustad/ustazah, pekerja/karyawan serta
pengelola.
5. UKBM merupakan salah satu wujud
pemberdayaan masyarakat, yang tumbuh dari

8 9
masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan a. warga pondok pesantren: santri, kiai,
untuk kepentingan masyarakat dalam upaya pimpinan, pengelola, dan pengajar di
menanggulangi permasalahan kesehatan pondok pesantren termasuk wali santri;
yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi b. masyarakat di lingkungan pondok
yang dimiliki masyarakat setempat. pesantren;
c. tokoh masyarakat: tokoh agama Islam,
B. Tujuan Pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan pimpinan organisasi
Tujuan Umum: kemasyarakatan lainnya di lingkungan
Mewujudkankemandirianwargapondokpesantren pondok pesantren; dan
dan masyarakat sekitar dalam berperilaku Hidup d. petugas kesehatan dan stakeholders
Bersih dan Sehat (PHBS). terkait lainnya.

Tujuan Khusus: D. Ruang Lingkup Kegiatan


1. meningkatkan pengetahuan warga pondok Ruang lingkup kegiatan Poskestren meliputi:
pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang 1. Pelayanan kesehatan dasar yang
kesehatan; mengutamakan upaya promotif dan preventif
2. meningkatkan sikap dan Perilaku Hidup tanpa meninggalkan upaya kuratif dan
Bersih dan Sehat bagi warga pondok rehabilitatif dalam batas kewenangan
pesantren dan masyarakat sekitarnya; Poskestren. Selain itu Poskestren juga
3. meningkatkan peran serta aktif warga pondok melakukan upaya pemberdayaan warga
pesantren dan warga masyarakat sekitarnya pondok pesantren dan masyarakat sekitar
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan; dan dalam bidang kesehatan serta peningkatan
4. memenuhi layanan kesehatan dasar bagi lingkungan yang sehat di pondok pesantren
warga pondok pesantren dan masyarakat dan wilayah sekitarnya.
sekitarnya. 2. Pemberdayaan santri sebagai kader
kesehatan (santri husada) dan kader siaga
C. Sasaran bencana (santri siaga bencana).
Sasaran Poskestren terdiri atas:
1. Pondok pesantren E. Fungsi Poskestren
2. Masyarakat pondok pesantren, yang terdiri 1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
atas: bidang kesehatan, dalam alih informasi,

10 11
pengetahuan dan keterampilan, dari petugas 3. Bagi Kader Poskestren
kepada warga pondok pesantren dan a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang
masyarakat sekitarnya, dan antar sesama kesehatan.
pondok pesantren dalam rangka b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya
meningkatkan perilaku hidup sehat. untuk membantu warga pondok
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan pesantren dan masyarakat sekitarnya
kesehatan dasar kepada warga pondok dalam menyelesaikan masalah kesehatan
pesantren dan masyarakat sekitarnya. yang ada di lingkungannya.
3. Sebagai wadah pembelajaran tentang nilai
dan ajaran agama Islam dalam menghadapi 4. Bagi Puskesmas
permasalahan kesehatan. a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas
sebagai pusat penggerak pembangunan
F. Manfaat berwawasan kesehatan, pusat
1. Bagi pondok pesantren pemberdayaan masyarakat, pusat
a. Tersedianya layanan dan akses kesehatan pelayanan kesehatan strata pertama.
dasar. b. Dapat memfasilitasi warga pondok
b. Penyebaran informasi kesehatan. pesantren dan masyarakat sekitarnya
c. Pengembangan dan perluasan kerja sama dalam pemecahan masalah kesehatan
pondok pesantren dengan instansi terkait. sesuai kondisi setempat.
d. Terpeliharanya sarana sanitasi lingkungan. c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan
dana melalui pemberian pelayanan
2. Bagi Warga Pondok Pesantren dan kesehatan secara terpadu.
Masyarakat Sekitarnya
a. Memperoleh kemudahan untuk 5. Bagi Sektor Lain
mendapatkan informasi, pengetahuan dan a. Dapat memfasilitasi warga pondok
pelayanan kesehatan dasar. pesantren dan masyarakat sekitarnya
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah sektor terkait.
dalam pemecahan masalah kesehatan. b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian
c. Mendapat infomasi awal tentang kesehatan. pelayanan secara terpadu sesuai dengan
d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan tugas pokok dan fungsi masing-masing
yang lebih baik bagi warga pondok sektor.
pesantren dan masyarakat sekitarnya.

12 13
G. Pengorganisasian Pengelola Poskestren dipilih dari dan oleh
1. Kedudukan dan Hubungan Kerja warga pondok pesantren dan masyarakat
a. Terhadap pondok pesantren sekitarnya pada saat musyawarah
Secara teknis operasional, Poskestren pembentukan Poskestren. Kriteria
dikoordinasi oleh pengelola pondok pengelola Poskestren antara lain sebagai
pesantren, Kementerian Agama dan berikut:
instansi terkait lainnya. a. diutamakan berasal dari warga pondok
b. Terhadap Puskesmas pesantren dan tokoh masyarakat
Secara teknis medis, Poskestren dibina setempat;
oleh puskesmas. b. memiliki semangat pengabdian
c. Terhadap Pemerintahan Desa/kelurahan/ berinisiatif tinggi dan mampu
kecamatan memotivasi masyarakat; dan
Secara kelembagaan, Poskestren dibina c. bersedia bekerja secara sukarela
oleh pemerintah kecamatan dan bersama masyarakat.
pemerintah desa/kelurahan. 3. Kader Poskestren (santri husada)
d. Terhadap Sesama UKBM lainya Kader Poskestren dipilih oleh pengurus
Terhadap berbagai UKBM yang ada, Poskestren dan santri pondok pesantren yang
Poskestren sebagai mitra. bersedia secara sukarela, mampu dan
2. Pengelola Poskestren memiliki waktu untuk menyelenggarakan
Struktur organisasi Poskestren ditetapkan kegiatan Poskestren. Kriteria kader
melalui musyawarah warga pondok pesantren Poskestren antara lain sebagai berikut:
pada saat pembentukan Poskestren. Struktur a. berasal dari santri atau alumni pondok
organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga pesantren;
dapat dikembangkan sesuai dengan b. mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan
kebutuhan, kondisi, permasalahan dan penggerak masyarakat;
kemampuan sumber daya yang ada. c. bersedia bekerja secara sukarela; dan
Struktur organisasi minimal terdiri dari: d. telah mengikuti pelatihan/orientasi kader
a. ketua; tentang kesehatan.
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. kader Poskestren yang merangkap sebagai
anggota.

14 15
Pendidikan Islam untuk melakukan
III. LANGKAH PEMBENTUKAN pemetaan (mapping) inventarisasi program
serta langkah-langkah kebijakan yang dapat
Untuk mencapai tujuan pembinaan dan peningkatan disinergikan. Koordinasi juga dapat
fungsi serta kinerja Poskestren, ditetapkan langkah dilakukan dengan Kementerian lain, seperti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
pokok pendekatan sebagai berikut:
dalam program Upaya Kesehatan Sekolah
A. Persiapan (UKS) di lingkungan pondok pesantren.

3. Pendekatan Kepada Pimpinan/Pengelola


1. Persiapan Internal Puskesmas
Pondok Pesantren
Tujuan pendekatan ini adalah mempersiapkan
para petugas sehingga bersedia dan memiliki Tujuan pendekatan ini adalah
kemampuan dalam mengelola, melakukan mempersiapkan warga pondok pesantren dan
pemetaan dan membina Poskestren. Pimpinan masyarakat sekitarnya, khususnya para kiai
puskesmas harus dapat meningkatkan motivasi dan pengelola pondok pesantren serta tokoh
dan keterampilan para staf puskesmas, berpengaruh lainnya, sehingga bersedia
sehingga bersedia dan mampu bekerja sama mendukung penyelenggaraan Poskestren.
untuk kepentingan warga pondok pesantren.
Untuk ini perlu dilakukan berbagai pendekatan
Untuk itu, perlu dilakukan berbagai
kepada para kiai dan pengelola pondok
pertemuan, pelatihan dengan melibatkan
pesantren serta tokoh lainnya di sekitar pondok
seluruh petugas puskesmas.
pesantren, untuk meminta masukan, saran
2. Koordinasi dengan lintas sektor terkait. dan dukungannya. Dukungan yang diharapkan
Tujuan koordinasi ini adalah agar terjalin dapat berupa moril, finansial dan material,
komunikasi, sinergi, serta pengembangan seperti kesepakatan dan persetujuan untuk
program yang komprehensif dengan pembentukan Poskestren, dukungan dana,
melibatkan stakeholders yang dipandang sarana dan tempat penyelenggaraan
perlu. Koordinasi dengan Kementerian dapat Poskestren.
dilakukan diantaranya dengan Kementerian Jika di daerah tersebut telah terbentuk Konsil
Agama cq. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun
pondok pesantren, Direktorat Jenderal Puskesmas, pendekatan eksternal ini juga

16 17
dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan lingkungan pondok pesantren. Selain
Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan wawancara, juga dilakukan observasi terhadap
Penyantun Puskesmas. kesehatan lingkungan pondok pesantren (antara
lain kondisi air, kamar mandi, WC, tempat
4. Pelatihan Untuk Survei Mawas Diri (SMD) wudhu, ruang belajar, ruang tidur, tempat
Untuk dapat melaksanakan SMD, perlu pembuangan sampah, dan dapur), perilaku
dilakukan pemilihan dan pembekalan sehat (misalnya merokok, kebiasaan membuang
keterampilan bagi warga pondok pesantren sampah), gizi (misalnya makanan sehat, kurang
dan masyarakat sekitarnya yang dinilai darah/anemia, gangguan akibat kekurangan
mampu melakukan SMD, seperti santri dan yodium/GAKY, vitamin A, pemanfaatan lahan
ustad. Pembekalan keterampilan mencakup pekarangan), dan aspek kesehatan lainnya.
penetapan responden, metode wawancara
sederhana, penyusunan dan pengisian daftar Hasil dari SMD adalah inventarisasi data/
pertanyaan serta pengolahan hasil informasi tentang masalah kesehatan dan
pengumpulan data. potensi yang dimiliki warga pondok pesantren
dan masyarakat sekitarnya. Setelah berbagai
data/ informasi yang diperlukan berhasil
B. Survey Mawas Diri (SMD) dikumpulkan, maka upaya selanjutnya adalah
merumuskan masalahnya dan merinci berbagai
SMD merupakan serangkaian kegiatan yang potensi yang dimiliki.
dilakukan oleh warga pondok pesantren dan Tersedianya data/informasi yang lengkap dan
masyarakat sekitarnya bersama-sama petugas akurat, sangat membantu dalam menentukan
puskesmas, stakeholders terkait, dan Konsil kegiatan yang layak dikembangkan dalam
Kesehatan Kecamatan (jika sudah terbentuk), penyelenggaraan Poskestren. Namun, yang lebih
dalam mengenal keadaan dan masalah utama dalam kegiatan ini adalah lebih menitik
kesehatan di lingkungan pondok pesantren, beratkan pada proses menumbuhkan kesadaran
serta menggali potensi yang dimiliki. dan peran serta warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya dalam meningkatkan
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara kesehatan di lingkungan pondok pesantren dan
wawancara terhadap sekurang-kurangnya 30 sekitarnya.
(tiga puluh) orang, yang terdiri dari pengelola
pondok pesantren, santri, masyarakat di

18 19
C. Musyawarah Warga Pondok Pesantren Kegiatan musyawarah ini, selain dilakukan
secara khusus membahas hasil SMD, dapat juga
Musyawarah masyarakat warga pondok dilakukan sebagai musyawarah rutin bulanan
pesantren dan masyarakat sekitarnya dan musyawarah rutin tiga bulanan, yang antara
merupakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh lain digunakan sebagai wahana untuk
warga pondok pesantren dan masyarakat mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan,
sekitarnya, untuk memperoleh kesepakatan hambatan yang ditemukan dan merencanakan
dalam mengatasi masalah kesehatan yang upaya pemecahannya.
dihadapi. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah
ini adalah tokoh pondok pesantren dan tokoh Pemilihan pengurus dan kader Poskestren
masyarakat sekitarnya yang mendukung dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai
dibentuk atau dikembangkannya Poskestren, dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, yang
yang pesertanya terdiri dari warga pondok diserahkan kepada internal pondok pesantren
pesantren dan masyarakat sekitarnya. dengan difasilitasi kantor Kementerian Agama
kabupaten/kota, puskesmas dan sektor terkait
Tujuan penyelenggaran musyawarah ini adalah lainnya.
membahas hasil SMD dan data kesehatan lainya
yang mendukung. Proses selama musyawarah D. Materi Orientasi Pengelola dan
berlangsung adalah memaparkan hasil SMD Pelatihan Kader Poskestren
yaitu:
1. urutan masalah dan rincian potensi yang Sebelum melaksanakan tugasnya, para
dimiliki; pengelola dan kader Poskestren terpilih perlu
2. perumusan masalah dan potensi dilakukan dilakukan
secara musyawarah mufakat; orientasi/pelatihan. Orientasi/pelatihan
3. upaya pemecahannya salah satunya melalui dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan
pembentukan Poskestren; pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku.
4. memilih pengelola dan kader Poskestren;
5. membuat rencana kegiatan penanggulangan Materi orientasi/pelatihan antara lain mencakup
masalah kesehatan yang ada lengkap dengan kegiatan yang akan dikembangkan Poskestren
jadual kegiatan dan penanggung jawabnya. antara lain kesehatan masyarakat, gizi,
kesehatan lingkungan, PHBS, kesehatan
reproduksi, pencegahan penyakit menular dan
tidak menular, kesehatan jiwa dan NAPZA
20
21
(narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif Setelah Poskestren resmi dibentuk, dilanjutkan
lainnya) usaha kesehatan gigi masyarakat desa/ dengan pelaksanaan kegiatan Poskestren secara
UKGMD, penyediaan air bersih dan penyehatan rutin, berpedoman pada panduan yang berlaku.
lingkungan pemukiman atau PAB-PLT, program Secara berkala kegiatan Poskestren dipantau oleh
intensifikasi pertanian tanaman pangan dan puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai
pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat masukan untuk perencanaan dan pengembangan
Keluarga (TOGA), nilai-nilai agama tentang Poskestren selanjutnya secara lintas sektoral.
kesehatan, kegiatan ekonomi produktif, seperti:
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K), usaha simpan pinjam.

Pada waktu penyelenggaraan orientasi/pelatihan,


sekaligus disusun rencana kerja (plan of action)
Poskestren yang akan dibentuk, lengkap dengan
waktu dan tempat penyelenggaraan, para
pelaksana dan pembagian tugas serta sarana dan
prasarana yang diperlukan.

E. Peresmian Pembentukan Poskestren

Peresmian Poskestren dilaksanakan dalam suatu


acara khusus yang dihadiri oleh pemimpin daerah,
tokoh pondok pesantren, tokoh masyarakat, warga
pondok pesantren dan anggota masyarakat
sekitarnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
mensosialisasikan kepada warga pondok
pesantren, warga masyarakat sekitar, masyarakat
lainnya dan stakeholders terkait, bahwa di
lingkungan pondok pesantren ini telah terbentuk
Poskestren.

22 23
2. Upaya Preventif, antara lain:
a. pemeriksaan kesehatan berkala;
IV. PENYELENGGARAAN KEGIATAN b. penjaringan kesehatan santri;
c. imunisasi;
d. kesehatan lingkungan dan kebersihan diri;
Kegiatan rutin Poskestren diselenggarakan dan e. pemberantasan nyamuk dan sarangnya;
dimotori oleh kader Poskestren dengan bimbingan f. penyediaan dan pemanfaatan air bersih;
teknis dari puskesmas setempat dan sektor terkait. dan
g. deteksi dini gangguan jiwa dan NAPZA.
A. Kegiatan
3. Upaya Kuratif
Pelayananan yang disediakan oleh Poskestren Upaya kuratif dapat dilakukan oleh
adalah pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi Poskestren dalam bentuk merujuk ke fasilitas
promotif, preventif, rehabilitatif (memelihara pelayanan kesehatan terdekat atau
kesehatan, mencegah, pemulihan kesehatan) dan kunjungan yang dilakukan oleh tenaga
kuratif (pengobatan). Khusus untuk pelayanan kesehatan dari puskesmas. Selain itu upaya
kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu, kuratif yang dapat dilakukan oleh Poskestren
seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan antara lain melakukan pertolongan pertama
berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan. pada penyakit ringan dan menyediakan kotak
Pelayanan kesehatan tersebut di atas, secara rinci P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
sebagai berikut:
1. Upaya Promotif, antara lain: 4. Upaya Rehabilitatif
a. konseling kesehatan; Upaya rehabilitatif dilakukan oleh Poskestren
b. penyuluhan kesehatan, antara lain: PHBS, untuk menindaklanjuti penanganan pasien
penyehatan lingkungan, gizi, kesehatan pasca perawatan di puskesmas/rumah sakit.
reproduksi, kesehatan jiwa dan NAPZA,
penyakit menular dan tidak menular, B. Waktu dan Penyelenggaraan
serta TOGA;
c. olahraga teratur; dan Penyelenggaraan Poskestren pada dasarnya
d. lomba lingkungan bersih dan sehat, dapat dilaksanakan secara rutin setiap hari atau
mading, poster. ditetapkan sesuai kesepakatan bersama.

24 25
C. Tempat Penyelenggaraan D. Tugas dan Tanggung Jawab Para
Tempat penyelenggaraan kegiatan promotif dan Pelaksana
preventif dapat dilaksanakan di lingkungan
pondok pesantren dan sekitarnya. Adapun untuk Terselenggaranya pelayanan Poskestren
pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan
ruang tersendiri, baik menggunakan salah satu tanggung jawab masing-masing pihak dalam
ruang pondok pesantren atau tempat khusus menyelenggarakan Poskestren adalah sebagai
yang di bangun secara swadaya oleh warga
berikut:
pondok pesantren dan masyarakat sekitar.
Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya 1. Kader Poskestren (Santri Husada)
dilengkapi dengan: Kader Poskestren merupakan ujung tombak
1. tempat pemeriksaaan; di Poskestren. Selain sebagai pelaksana, para
2. tempat konsultasi (gizi,sanitasi,dan lain-lain); kader Poskestren diharapkan dapat berfungsi
3. tempat penyimpanan obat; dan antara lain sebagai penggerak masyarakat,
4. ruang tunggu. pemberi semangat, pengagas kegiatan,
maupun suri teladan. Jumlah kader untuk
Selain sarana tersebut di atas, Poskestren perlu setiap Poskestren minimal 3 % dari jumlah
dilengkapi dengan: santri atau disesuaikan dengan kebutuhan
1. Peralatan dan kegiatan yang dikembangkan. Beberapa
a. Peralatan Medis kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader
Disesuaikan dengan jenis pelayanan yang Poskestren antara lain:
disediakan. a. melaksanakan kegiatan penyuluhan
b. Peralatan Non Medis kesehatan;
Sarana pencatatan, meja, kursi, tempat b. melakukan inspeksi sanitasi (pemeriksaan
tidur, dan lain-lain sesuai kebutuhan. kesehatan lingkungan);
c. melakukan kunjungan tatap muka ke
2. Obat-obatan tokoh masyarakat;
Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu d. menghadiri pertemuan rutin kelompok
disediakan di Poskestren sesuai dengan masyarakat atau organisasi keagamaan;
petunjuk petugas puskesmas setempat. e. mengukur berat dan tinggi badan;
f. memeriksa tajam penglihatan;
g. mendeteksi dini masalah kesehatan jiwa
26 dan NAPZA;
27
h. memberikan pelayanan kesehatan sesuai Sesuai dengan kehadiran wajib petugas
kewenangannya, misalnya memberikan puskesmas untuk menyelenggarakan
vitamin,pemberian tablet zat besi (Fe) dan pelayanan kesehatan satu kali dalam
oralit serta menolong santri yang sakit; sebulan. Namun untuk Poskestren yang baru
i. melakukan pencatatan pada buku catatan dibentuk, fasilitasi petugas puskesmas dapat
Poskestren; dan dilakukan sesuai kebutuhan;
j. mengadakan pemutakhiran data sasaran c. menyelenggarakan penyuluhan kesehatan
Poskestren. masyarakat kepada pengunjung Poskestren
dan masyarakat sekitarnya;
2. Pengelola Poskestren: d. mengolah dan menganalisa data hasil
a. Bertanggung jawab terhadap keberlang- kegiatan Poskestren, menyusun rencana kerja
sungan Poskestren; peningkatan kesehatan di pondok pesantren; e.
b. merencanakan, mengorganisasi, dan menerima konsultasi atau rujukan dalam
mengevaluasi penyelenggaraan Poskestren; menangani berbagai kasus kesehatan yang
c. mengalang dukungan dana; tidak dapat ditanggulangi oleh kader
d. menjalin kemitraan; Poskestren;
e. menyediakan kebutuhan Poskestren; dan f. merujuk ke unit layanan kesehatan yang
f. melakukan pencatatan. lebih tinggi bila diperlukan;
g. membantu pengadaan alat kesehatan dan
3. Petugas Puskesmas obat-obatan yang dibutuhkan Poskestren.
Poskestren merupakan salah satu UKBM
binaan puskesmas. Kehadiran tenaga E. Pembiayaan
kesehatan puskesmas yang diwajibkan dalam
pembinaan di Poskestren hanya satu kali 1. Sumber Biaya
dalam sebulan. Pembiayaan Poskestren berasal dari berbagai
sumber, antara lain swadaya pondok
Peran petugas puskesmas antara lain sebagai pesantren, masyarakat, swasta/dunia usaha,
berikut: pemerintah dan pemerintah daerah.
a. membimbing dan membina kader dalam
pengelolaan Poskestren termasuk melakukan 2. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana
orientasi dan pelatihan; a. Pemanfaatan Dana
b. menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dana yang diperoleh Poskestren, digunakan

28 29
untuk membiayai kegiatan Poskestren, c. buku catatan kegiatan pertemuan yang
antara lain untuk: diselenggarakan Poskestren;
1) biaya operasional dan pemeliharaan d. dan lain-lain sesuai kegiatan yang
Poskestren; dilaksanakan dan kebutuhan Poskestren
2) bantuan biaya rujukan bagi yang yang bersangkutan.
membutuhkan;
3) biaya peningkatan kapasitas pengelola Adapun format pencatatan pengelolaan
dan kader Poskestren; dan keuangan menggunakan buku kas yang berisi
4) biaya pengembangan Poskestren. pencatatan penerimaan dan pengeluaran.

b. Pengelolaan Dana 2. Pelaporan


Pengelolaan dana dilakukan oleh Laporan Poskestren dibuat oleh pengelola
pengelola dan kader Poskestren. Dana Poskestren dan disampaikan kepada pimpinan
harus disimpan di tempat yang aman. pondok pesantren setiap bulan yang meliputi
Untuk keperluan biaya rutin disediakan laporan kegiatan dan keuangan. Pihak
kas kecil yang dipegang oleh kader yang pimpinan pondok pesantren selanjutnya
ditunjuk. Setiap pemasukan dan mempertanggungjawabkan laporan tersebut
pengeluaran harus dicatat, dikelola dan kepada pihak yang berkepentingan.
dilaporkan secara bertanggung jawab.

F. Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan pengelolaan
keuangan. Format pencatatan kegiatan
diantaranya meliputi:
a. buku catatan sasaran Poskestren, yang
mencatat jumlah seluruh warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya;
b. buku catatan rekapitulasi kegiatan
pelayanan Poskestren;

30 31
di luar gedung untuk memberikan bantuan teknis.
Kalau pun dana tersedia, tidak jarang pula
V. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN puskesmas tidak dapat melakukan supervisi dan
bantuan teknis karena terbatasnya tenaga.
A. Pembinaan Sesungguhnya, jika Poskestren tersebut memang
lahir dari prakarsa masyarakat warga pondok
Pembinaan Poskestren dilaksanakan secara pesantren, kelangsungan hidup Poskestren tidak
terpadu oleh puskesmas dan stakeholders terkait terlalu bergantung kepada puskesmas.
lainnya, yang dilakukan secara berkala, baik
Oleh sebab itu, pembinaan Poskestren harus
langsung maupun tidak langsung. Pembinaan
mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
dilakukan antara lain meliputi: peningkatan
1. menugaskan tenaga puskesmas tertentu
pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan bagi
yang bertanggung jawab dalam hal supervisi
pengelola dan kader Poskestren serta pembinaan
dan pemberian bantuan teknis bagi
administrasi, termasuk pengelolaan keuangan.
Poskestren;
Pembinaan Poskestren ditunjukan untuk
2. menyediakan dana puskesmas yang memadai
memelihara kelangsungan hidup (sustainability)
untuk pelaksanaan supervisi dan pemberian
dari Poskestren.
bantuan teknis, sekurang-kurangnya sekali
Komponen terpenting dalam pengelolaan dalam sebulan;
Poskestren adalah sumberdaya manusia (SDM) 3. supervisi, bimbingan dan bantuan teknis dari
dan pendanaan. Maka dalam proses pembinaan puskesmas kepada puskesmas, sekurang-
lebih difokuskan ke arah kedua komponen kurangnya sekali dalam sebulan;
tersebut. Dana dan SDM yang perlu diperhatikan 4. bersama kader Poskestren mengembangkan
harus mencakup dua sisi, yaitu sisi puskesmas dan melaksanakan pencatatan kegiatan
sebagai pembina dan sisi Poskestren sebagai Poskestren, dalam rangka memantau
sasaran sekaligus objek pembinaan. Tidak jarang perkembangan Poskestren;
5. rapat koordinasi berkala, sekurang-kurangnya
ketidakberlanjutan sebuah Poskestren disebabkan
karena kurangnya pembinaan dari puskesmas. sekali dalam enam bulan, antara puskesmas
Salah satu penyebab kurangnya pembinaan dari dengan pengelola pondok pesantren dan kader
puskesmas antara lain adalah tidak tersedianya Poskestren, untuk mengevaluasi
dana operasional untuk melakukan pembinaan perkembangan Poskestren dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi;
32

33
6. mengembangkan sistem asuransi kesehatan, menunjang dan mengarahkan perannya dalam
misalnya melalui keikutsertaan para santri pengembangan Poskestren. Aktualisasi dari
dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pengembangan jejaring Poskestren, dapat
Masyarakat (JPKM) atau dana sehat; dilakukan melalui temu jejaring Poskestren,
7. bersama pengelola pondok pesantren dan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
kader Poskestren mengembangkan usaha Selain untuk memantapkan kerja sama, juga
bersama guna mendapatkan dana tambahan diharapkan dapat dijadikan ajang untuk
bagi pembiayaan kesehatan, misalnya: melakukan tukar-menukar pengalaman dan
peternakan ayam, pemeliharaan ikan, upaya pemecahan masalah yang dihadapi.
pertanian, dan lain-lain;
8. menyelenggarakan temu kader Poskestren dari B. Pengorganisasian Pembinaan
seluruh wilayah kerja puskesmas, sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun untuk saling 1. Dasar Pemikiran Pengorganisasian
tukar informasi, pengalaman dan pengelolaan Poskestren merupakan wadah peranserta
Poskestren dan upaya pemecahan masalah masyarakat dalam rangka mendekatkan
yang dihadapi. Pertemuan ini, dapat pula pelayanan kesehatan dasar dan gizi kepada
dimanfaatkan sebagai sarana untuk warga pondok pesantren dan masyarakat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekitar, dengan prinsip dari, oleh, untuk dan
para kader Poskestren; bersama masyarakat, dengan dukungan
9. menyelenggarakan lomba Poskestren minimal pembinaan dari pemerintah dan unsur
sekali dalam setahun, misalnya pada saat terkait lainnya.
Hari Kesehatan Nasional (HKN);
10. memberikan penghargaan kepada pengelola Dukungan pemerintah antara lain, dapat
pesantren yang Poskestrennya maju, kader berupa fasilitas, bimbingan teknis dan obat-
Poskestren yang giat, dan lain-lain, dalam obatan. Dengan pengertian seperti ini, maka
berbagai alternatif bentuk, misalnya: sertifikat, fungsi pembinaan dari pemerintah terhadap
studi banding, seragam, kartu berobat gratis ke Poskestren pada hakekatnya tetap ada. Oleh
puskesmas/rumah sakit, dan lain-lain; dan karena itu, fungsi pembinaan dari pemerintah
11.mengembangkan jejaring kerjasama/ tersebut perlu dikoordinasikan dan
kemitraan. Hal ini dilakukan untuk diorganisasikan. Unsur-unsur yang duduk
memantapkan kerja sama dengan berbagai dalam pembina Poskestren tidak terbatas pada
unsur terkait lainnya, sehingga dapat komponen instansi pemerintah saja,

34 35
tetapi juga dapat melibatkan unsur-unsur 4. Prinsip-prinsip Pengorganisasian
lainnya, seperti LSM, swasta/dunia usaha, Pada dasarnya pembentukan organisasi
tokoh masyarakat, dan sebagainya. pokja Poskestren diserahkan sepenuhnya
kepada pimpinan masing-masing pondok
Tujuan dari pengorganisasian tersebut adalah pesantren, namun diharapkan tetap
untuk mengoordinasikan berbagai upaya menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
pembinaan yang berkaitan dengan a. Strukturnya tidak kaku, dalam pengertian,
peningkatan fungsi dan kinerja Poskestren, ada yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai
yang secara operasional dilaksanakan oleh ketua, sekretaris dan anggota-anggota.
unit atau kelompok pengelola Poskestren di Bilamana dipandang perlu ada unsur
lingkungan pondok pesantren. penasehat, pengarah dan lain sebagainya.
Diharapkan struktur pengorganisasian
2. Kedudukan pokja Poskestren menganut prinsip struktur
Secara kelembagaan, Poskestren merupakan organisasi yang ramping atau sederhana,
binaan pemerintah daerah, baik camat maupun namun kaya fungsi.
lurah atau kepala desa. Maka pengelola atau b. Tidak mempertentangkan unsur mana
kelompok kerja (pokja) Poskestren bertanggung atau siapa yang duduk sebagai pimpinan
jawab kepada kepala desa/lurah. dalam pengorganisasian pokja Poskestren.
c. Keanggotaannnya fungsional, berdasarkan
3. Kelompok Kerja (Pokja) kompetensi masing-masing unsur,
Karena kedudukan organisasi Poskestren sehingga ada kejelasan fungsi dan peran
seperti tersebut di atas, diharapkan adanya masing-masnig dalam pengorganisasian
pokja Poskestren. Pokja Poskestren tersebut, pokja Poskestren.
tidak selamanya harus membentuk pokja d. Mengutamakan prinsip koordinasi dan
baru, akan tetapi dapat mengoptimalkan konsultasi.
pokja yang telah ada, dengan tambahan e. Operasional kegiatan berdasarkan
muatan kesehatan. Pengoptimalan pokja yang kebutuhan pemecahan masalah melalui
ada atau pembentukan pokja, ditetapkan mekanisme advokasi dan fasilitasi.
melalui keputusan kepala desa/lurah atau f. Pembinaan dilakukan oleh puskesmas
pimpinan pondok pesantren. terhadap pengelola Poskestren minimal 2
(dua) kali dalam setahun.

36 37
g. Dibentuk atas dasar kesepakatan bersama 3. Instansi/Lembaga Terkait:
dari berbagai pihak/unsur terkait a. Memberikan dukungan teknis kegiatan
terhadap kebutuhan koordinasi Poskestren sesuai dengan bidangnya.
pembinaan dan Poskestren. b. Mengusahakan bantuan lain untuk
kelancaran penyelenggaraan Poskestren
C. Peran Petugas dan Stakeholders sesuai dengan kebutuhan.
Pembinaan dilakukan secara berjenjang, yang 4. Tokoh Masyarakat/Konsil Kesehatan
dilakukan petugas dan stakeholders terkait, Kecamatan atau Badan Penyantun
dengan perannya antara lain sebagai berikut: Puskesmas (apabila telah terbentuk):
a. Menggali sumber daya untuk
1. Puskesmas: kelangsungan penyelenggara Poskestren.
a. Mengkoordinasikan instansi pembina b. Menaungi dan membina kegiatan
Poskestren. Poskestren.
b. Memberikan dukungan dalam upaya c. Menggerakan Masyarakat untuk dapat
meningkatkan kinerja Poskestren. hadir dalam berperan aktif dalam kegiatan
c. Melakukanpembinaanuntukterselenggara- Poskestren.
nya kegiatan Poskestren secara teratur. 5. Organisasi Kemasyarakatan/LSM:
a. Bersama petugas Puskesmas berperan
2. Penanggung jawab wilayah setempat: aktif dalam kegiatan Poskestren.
a. Memberikan dukungan kebijakan, sarana b. Memberikan dukungan sarana dan dana
dan dana penyelenggaraan Poskestren.
untuk pelaksanaan kegiatan Poskestren.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyara-
kat untuk dapat memanfaatkan Poskestren. 6. Kantor Kementerian Agama cq Kasi Pendidikan
c. Mengkoordinasikan peran kader Keagamaan dan Pondok Pesantren Kabupaten/
Poskestren, pengurus Poskestren dan Kota/Tingkat Organisasi Sejenis (TOS):
tokoh masyarakat untuk berperan aktif a. Koordinasi dengan petugas kesehatan.
dalam penyelenggaraan Poskestren. b. Membina bersama petugas kesehatan.
d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Poskestren
atau sebutan lainnya. 7. Swasta/Dunia Usaha:
e. Melakukanpembinaanuntukterselenggara- a. Memberikan dukungan sarana dan dana
nya kegiatan Poskestren secara teratur. untuk pelaksanaan kegiatan Poskestren

38 39
b. Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
pelaksanaan kegiatan Poskestren. dana serta tenaga yang ada. Dari kegiatan ini
kemudian dapat ditetapkan satu atau beberapa
D. Pengembangan pelayanan kesehatan tambahan dalam rangka
meningkatkan pelayanan Poskestren.
Poskestren yang sudah berjalan dengan baik 3. Menyediakan dana dan tenaga puskesmas
(sustain), seyogyanya segera diarahkan untuk untuk dapat memberikan tambahan bantuan
meningkatkan pelayanannya, terutama jika teknis kepada Poskestren.
sumber daya manusia dan dana yang ada cukup
atau memadai untuk meningkatkan pelayanan 4. Melatih kader Poskestren dalam pengetahuan
Poskestren. dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pelayanan tambahan.
Peningkatan pelayanan ini harus dilandasi oleh 5. Bersama kader Poskestren menyempurnakan
kebutuhan kesehatan dari warga pondok sistem pencatatan dan pelaporan sehingga
pesantren. Setelah itu, baru didukung oleh
mencakup pelayanan kesehatan tambahan.
ketersediaan dan keterampilan sumber dayanya.
Oleh karena itu, upaya peningkatan pelayanan
Poskestren ini harus mencakup langkah-langkah
berikut:
1. Bersama kader Poskestren mengidentifikasi
kebutuhan tambahan bagi kesehatan warga
pondok pesantren. Hal ini dapat dilaksanakan
melalui survei atau observasi untuk menjajagi
perlunya perluasan pelayanan. Misalnya, jika
selama ini Poskestren baru bergerak di bidang
pengobatan, maka penjajagan dapat dilakukan
di bidang gizi, kesehatan lingkungan, atau
perilaku sehat para santri.
2. Bersama kader Poskestren menetapkan pilihan
pelayanan tambahan dan menyusun prioritas

40 41
4. Adanya peningkatan kesehatan lingkungan
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN 5. Adanya peningkatan pengetahuan tentang
kesehatan
6. Adanya peningkatan gerakan hidup bersih
Pada prinsipnya keberhasilan Poskestren dapat dan sehat warga pondok pesantren
diukur melalui indikator masukan, proses dan
luaran, sebagai berikut: D. Indikator Dampak
1. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
A. Indikator Masukan 2. Angka kesakitan santri menurun
1. Adanya kader
2. Adanya sarana Poskestren
3. Adanya dukungan pendanaan
4. Adanya data dasar personal hygiene
5. Adanya media informasi kesehatan
6. Adanya kebijakan yang mendukung kegiatan
Poskestren

B. Indikator Proses
1. Terlaksananya SMD
2. Terlaksanannya musyawarah masyarakat
pondok pesantren
3. Terlaksananya pelayanan kesehatan dasar
4. Terlaksananya peningkatan kapasitas kader
dan pengelola
5. Terlaksananya penyuluhan yang dilaksanakan
6. Terlaksananya pembinaan dari petugas

C. Indikator Luaran
1. Jumlah kader yang terlatih
2. Adanya dana sehat
3. Adanya peningkatan personal hygiene

42 43
VII. PENUTUP

Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos


Kesehatan Pesantren (Poskestren) yang telah direvisi
ini, diharapkan dapat dijadikan acuan bagi tenaga
kesehatan puskesmas, pengelola pondok pesantren dan
pemangku kepentingan (stakeholders) terkait lainnya
dalam penyelenggaraan dan pembinaan Poskestren.
Dalam pelaksanaanya, dapat disesuaikan dengan
masalah, potensi dan situasi daerah.

Keberhasilan pengelolaan Poskestren memerlukan


dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril,
materil maupuan finansial. Selain itu, diperlukan
adanya kerja sama dengan berbagai sektor terkait, di
samping ketekunan dan pengabdian para pengelola
dan kadernya, yang kesemuanya mempunyai peranan
strategis dalam menunjang keberhasilan pengelolaan
Poskestren.

Apabila kegiatan Poskestren dapat di selenggarakan


dengan baik, diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam upaya menunjang terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

44 45

Anda mungkin juga menyukai