Anda di halaman 1dari 9

BAB II

2.1 Definisi

Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala negatif, sedangkan power adalah


kekuasaan, dan post adalah pasca. Dengan demikian terjemahan dari post power
syndromeadalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Gejala ini
umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan, namun
ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan yang
biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.

Post power syndrome adalah gejala sindrom yang cukup populer di


kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah usia
lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat kerjanya. Post
power syndrome merupakan salah satu gangguan keseimbangan mental ringan
akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah
dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu telah pensiun dan tidak
memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi (Kartono, 2000:231).

Post power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup
dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang
pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu bangga
akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.

2.2 Etiologi

Terjadinya Post Power Syndrome


1. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Post Power Syndrome
Artikel Posted by Sidik Paningal menyatakan bahwa, menjadi tua
dengan bahagia dan sejahtera merupakan harapan semua orang. Kondisi ini hanya
dapat dicapai jika orang merasa sehat secara fisik, mental, dan sosial-untuk
merasa dibutuhkan, dicintai, dan merasakan rasa harga diri yang masih dapat
berpartisipasi dalam kehidupan bahkan setelah pensiun. Namun pada
kenyataannya, banyak orang yang mengalami masalah psikologis ketika
memasuki masa pensiun. Stres, depresi, tidak bahagia, merasa kehilangan harga
diri dan kehormatan adalah hal-hal yang sering keluhan oleh orang tua di masa
pensiun-dalam istilah medis ini disebut sebagai sindrom pasca-kekuasaan.
Menurut Turner dan Helms (dalam Supardi, Sawitri) terdapat beberapa
faktor internal penyebab berkembangnya post power syndrome pada diri
seseorang yang kehilangan jabatan yaitu :
1. Menurunnya harga diri karena dengan hilangnya jabatan,
2. Kehilangan hubungan dengan kelompok ekslusif
3. Kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu
4. Kehilangan orientasi kerja
5. Kehilangan sebagian sumber penghasilan yang terkait dengan jabatan
yang pernah dipegangnya
Keadaan tersebut mudah sekali menimbulkan berbagai gangguan
perasaan seperti : ketidak bahagiaan, stress, dan depresi.
Stress
Peristiwa yang memberikan perubahan-perubahan dalam kehidupan yang
berpotensi menimbulkan stress dalam kehidupan disebabkan karena adanya
berbagai perubahan yang membutuhkan usaha-usaha penyesuaian dari individu.
Menurut Cox & McKay (dalam Cooper & Payne), pengertian stress dapat
dilihat berdasarkan tiga pendekatan, yaitu :
a. Engineering approach atau the stimulus-based, yaitu stress dilihat
sebagai stimulus.
Contoh : kehilangan pekerjaan.
b. Medico-psychological atau the response-based, dimana stress dapat
dilihat sebagai respon yang umum atau non-spesifik terhadap stimulus
yang dianggap membahayakan. Respon ada dua komponen yaitu
psikologis (kecewa, sedih, marah,dll)dan fisologis (jantung melemah,
tekanan darah meningkat,dll) semuanya itu dikarenakan keputusan
terhadap pension.
c. Psychological approach atau interactional and appraisal theories,
dimana stress dilihat sebagai transaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Contoh : marah terhadap lingkungan atau mendekatkan diri pada
Tuhan menghadapi masa pension.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa stress
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun
eksternal (stimulus) sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis
maupun psikologis (respon) serta melakukan usaha-usaha penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut (proses).
Depresi
Depresi merupakan keadaan kemurungan (sedih, patah semangat) yang
ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan dan pesimis
menghadapi masa yang akan datang.
Menurut American Association for Griatric Psychiatry, AAGP, 1996
(dalam Papalia, 2001) sindroma depresi menunjukkan paling sedikit selama dua
minggu individu memperlihatkan kesedihan yang sangat berat dan kehilangan
minat atau kesenangan dalam hidupnya. Simtom tersebut meliputi perubahan
berat badan, kesulitan tidur, merasa tidak berharga atau merasa tidak pantas,
penurunan daya ingat, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan memiliki
pemikiran untuk mati atau bunuh diri.
Pernyataan AAGP (1996) sindroma depresi dari orang lanjut usia juga
memberikan gambaran pada para pensiunan yang mengalami ketidaksiapan
menghadapi masa pension, yang yang biasa disebut dengan istilah post power
syndrome. Kepribadian (temperamen, karakter) dan sikap mental seseorang
tampaknya yang terutama menentukan apakah ia akan mengalami post power
syndromeatau tidak mengalami post power syndrome setelah memasuki masa
pensiun.
2.3 Manifestasi klinis

Gejala - Gejala Post-Power Syndrome


Seseorang yang masuk usia tua biasanya akan terbayang-bayang oleh
kehidupan yang biasanya dijalani saat masih bekerja. Kondisi ini biasanya disebut
denganpost-power syndrome. Mereka tidak mampu mengendalikan dan
menerima kondisinya sekarang serta tidak mampu melepaskan diri dari pekerjaan
dan kesuksesan masa lalunya. Biasanya orang tidak menyadari bahwa ia terkena
post-power syndrom. Padahal semakin cepat Anda atau keluarga menyadarinya,
Anda bisa lebih cepat mengatasi dan memperbaiki kualitas hidup.
Orang yang mengalami post-power syndrome umumnya akan menjadi
sering kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa,
ketergantungan, kekosongan dan kerinduan terhadap suasana kerja. Lebih jauh
lagi, orang dengan sindrom ini akan merasa harga dirinya turun karena merasa
tidak dihormati atau terpisah dari kelompoknya. Selain itu, ada juga tanda-tanda
yang mudah dikenali sehingga kita bisa segera mengatasinya, seperti:

1) Tanda fisik
Post-power syndrome bisa menyebabkan seseorang mengalami
tanda-tanda penurunan fisik seperti terlihat mudah lemah, kondisi fisik
menurun sehingga mudah sakit, dan terlihat tampak lebih tua.
2) Gangguan emosi
Tanda-tanda post-power syndrome juga dapat dilihat dari
menurunnya cara mengendalikan emosi seperti mudah marah, mudah
tersinggung dan pendapatnya tidak suka dibantah.
3) Gangguan perilaku
Biasanya orang yang mengalami post-power syndrome akan
mengalami perubahan perilaku, misalnya menjadi pendiam, memiliki
kecenderungan menarik diri dari pergaulan, serta suka berbicara tentang
kehebatan masa lalu yang pernah dilakukannya.
Jika dia tidak bisa menerima situasi yang terjadi, ia akan mengalami
pasangpower syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, itu mungkin bahwa
gangguan jiwa yang lebih berat akan menderita. Post power syndrome hampir
selalu dialami, terutama mereka yang sudah lanjut usia dan pensiun dari
pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang membuatnya melalui fase ini dengan
cepat dan dapat menerima dengan hati terbuka.
Namun dalam kasus-kasus tertentu, di mana orang tidak dapat menerima
kenyataan, ditambah dengan tuntutan mendesak hidup, dan ia adalah kehidupan
dukungan keluarga tunggal, risiko pasca - power syndrome bobot yang lebih
besar.

Gejala yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami Post Power
Syndrome, antara lain adalah:
1) Lunturnya antusias menghadapi hidup.
2) Mudah tesinggung dan marah, kendati untuk hal yang sepele.
3) Tidak mau menerima saran.
4) Menjadi pendiam.
5) Suka bernostalgia masa masa kejayaannya.
6) Rentan terhadap berbagai perubahan.
Kegalauan dan kegelisahan hati, serta rasa khawatir berlebihan
menghadapi masa masa yang berada diluar zona keamanan dan kenyamanannya,
dapat mendistorsi jiwa seseorang yang tidak mempersiapkan diri sedari awal.
Sebenarnya terlepas dari siapapun adanya diri kita adalah wajar, ada rasa
kekuatiran, menghadapi masa masa pensiun. Karena pension bukan hanya
pemasukan uang tidak lagi berjalan seperti biasa tetapi pensiun juga berarti,ia
tidak lagi memiliki “kekuasaan” untuk “memerintah” orang lain. Bila gejala ini
merambat dan menguasi dirinya, maka kegalauan dan keresahan tidak hanya
merugikan diri sendiri, tetapi langsung atau tidak akan menebar dan mendistorsi
anggota keluarga. Oleh karena itu pilihan terbaik adalah jika kita memasuki
masa pensiun, tanpa rasa kekhawatiran yang berlebihan .

2.4 Patofisiologi

D. LINGKARAN TERTUTUP PADA LANSIA MENIMBULKAN

PERMASALAHAN

Rasa sepi :

- Hal ini dapat disebabkan karena ketidak berdayaan, seperti sakit yang kronis,

cacat tubuh sukar berjalan / keluar rumah.

- Banyak teman seumur / sepermainan, seperjuangan meninggal dunia / pindah

tempat yang jauh (pergaulan terbatas hanya pada orang-orang tertentu)

- Dikucilkan dari keluarga dan pergaulan

Hal ini sering terjadi pada orang lansia yang sebelumnya mempunyai sifat

licik, sombong, suka memerintah, mau menang sendiri yang terbawa sampai

umur tua.

- Sifat mudah prasangka / curiga dan mudah tersinggung Timbulnya sifat-sifat

ini menyebabkan lansia menarik diri dari pergaulan. Apabila sifat

berprasangka berlebihan perlu diwaspadai dengan gangguan penyakit jiwa.

- Berhenti kerja

Kehilangan peranan, prestise, dari tugas kewajiban, melepaskan peranan lama:


- Beban keluarga

- Kesulitan keuangan

Kematian pasangan hidup / menjadi duda / janda / kehilangan segala-galanya

menyebabkan rasa kesepian. Bagi lansia yang tidak mempunyai ketahanan mental

yang kuat (rapuh) mudah kena penyakit atau bisa terjadi Post Power Syndrome.

Apa yang dapat dibuat oleh lansia untuk memerangi hal tersebut diatas ?.

Kalau lansia memahami akan dirinya sendiri dan harapan-harapan yang

ingin dicapai banyak yang bisa diperbuat, asa1 dia mau membuka diri agar sehat

mental, fisik, sosial, spiritual dan mandiri.

Otak jangan diistirahatkan, cari hal-hal yang baru dan tetap bekerja, jangan

mempertahankan gengsi antisipasi adanya perubahan-perubahan nilai-nilai sosial

jangan meminta perilaku generasi muda sama dengan diri termasuk lingkungan

pahamilah perubahan-perubahan yang terjadi dan libatkan diri walaupun secara

pasif. Hindari uluran tangan yang mencegah kemandirian, jangan menghindar dari

pergaulan. Bentuklah kelompok sesama lansia (terbentuk sama rasa dan tidak

sendiri). Dengan rasa tolong menolong sesama lansia rasa percaya diri, rasa harga

diri akan kembali dan rasa sepi akan teratasi.

Menerima, mencintai, terbuka, dan pengakuan dihargai secara timbal balik antara

yang tua dengan yang muda (hubungan interpersonal) dan lingkungan ibaratkan

membangun keluarga sejahtera dari awal sampai akhir dapat dilukiskan seperti

“TERBITNYA DAN TERBENAMNYA MATAHARI” sama-sama dikagumi :

“MENUJU USIA LANJUT, SEHAT, PRODUKTIF, MANDIRI, BAHAGIA,

SEJAHTERA”.

Kiat menuju hari tua yang Berguna, Sejahtera dan Bahagia menurut Prof. Dr.

Budi Darmojo yang telah disebarluaskan pada Unit Geriatri RSUP Dr. Kariadi,
sebagai berikut :

B-erat badan berlebih supaya dikurangi

A-turlah makanan dan perbanyak makan buah-buahan dan sayuran

H-indari faktor-faktor resiko penyakit degeneratif

A-gar terus berguna dengan tetap mempertahankan dan mempunyai hobbi yang

bermanfaat

G-erak badan teratur dan wajib, terus dilakukan

I-man dan taqwa ditingkatkan, hindari tingkat situasi yang menegangkan

A-wasi kesehatan dengan memeriksa badan secara priodik dan mintalah nasehat

sebanyak dan sejelas mungkin

2.5 WOC

2.6 Penatalaksanaan

Mengatasi Post-Power Syndrome

Terapi untuk meringankan gejala-gejala sindrom pensiun dan untuk


memperoleh kembali kesehatan jasmani serta kesejahteraan jiwa mengarah pada
integrasi struktur kepribadian, menurut Kartini Kartono (2000) dalam bukunya
Hygiene Mental disarankan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Mau menerima semua kondisi baru. yaitu masa pensiun/ purnakarya tersebut
dengan perasaan rela, ikhlas, lega, bahagia, karena semua tugas-tugas pokok
selaku manusia dan pejabat sudah selesai. Maka kini tiba saatnya pribadi
yang bersangkutan belajar menyesuaikan diri lebih baik lagi terhadap
tuntutan situasi-kondisi baru yang masih penuh tantangan, yang harus
dijawab dan dijalani.
2) Masa purnakarya ini diantisipasikan sebagai pengalaman baru, atau sebagai
satu periode hidup baru, yang mungkin masih akan memberikan kesankesan
indah dan menakjubkan di masa mendatang. Pribadi yang
bersangkutan harus bisa menerima, bahwa masa lampau memang sudah
lewat, dan harus dilupakan atau dilepaskan dengan perasaan tulus ikhlas.
Dan tidak mengharapkan pengulangan kembali pengalaman lama dengan
rasa kerinduan mitis (mitos) atau secara sentimentil.
3) Segala kebahagiaan, dan puncak kehidupan yang sudah digariskan oleh
Yang Maha Kuasa, juga semua ujian dan derita-nestapa sudah dilalui dengan
hati pasrah. Namun perjalanan hidup seterusnya masih harus dilanjutkan
dengan ketabahan dan rasa tawakal. Sebab pada masa usia tua ini masih saja
ada misi-misi hidup yang harus diselesaikan sampai tuntas; di samping harus
memberikan kebaikan dan kecintaan kepada lingkungan sekitar.
4) Peristiwa kepurnakaryaan supaya diterima dengan kemantapan hati sebagai
anugerah Ilahi, dan sebagai kebahagiaan yang diberikan oleh lingkungan
masyarakat manusia sebagai edisi hidup baru yang harus diisi dengan
darmabakti dan kebaikan. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
para mantan pada sisa hidupnya yang sudah “senja”. Tetapi setidak-tidaknya
seperti keindahan panorama senja yang masih memberikan kecemerlangan
mistis yang gilang-gemilang, memberikan kebaikan kepada anak-cucu,
generasi penerus serta masyarakat pada umumnya.
5) Sebaiknya tidak melakukan pembandingan dengan siapa atau apapun juga;
sebab usaha sedemikian itu akan sia-sia, dan menjadikan hatinya
“nelangsa“, serta meratap sedih, ngresula/kecewa. Ada kalanya bisa
memacu diri-nya untuk berbuat “ngaya” di luar batas kemampuan sendiri
dan tidak wajar. Setiap relasi sosial yang baru di masa sekarang, sudah tidak
lagi dibebani oleh ikatan dan kekecewaan macam apapun. Hidup ini
dihadapi dengan hati tulus, polos, sabar, narima, jernih.
6) Membebaskan diri dari nafsu-nafsu, ambisi-ambisi, keinginan berkuasaan
atau nafsu untuk memiliki. Apa yang didambakan dalam sisa hidup sekarang
ialah: tenang, damai dan sejuk di hati. Kalbunya sudah mantap, tidak
terbelah oleh macam-macam kontradiksi, ambisi, dan fikiran khayali. Sebab
sekarang sudah menjadi pribadi yang mampu menyambut akhir hayat
dengan senyum dan kemantapan.
Bagi jiwa-jiwa yang menerima, maka segala apa pun yang kan terjadi di
depannya akan mampu dihadapi dengan besar hati. Karena dari setiap kejadian
pasti ada hikmah yang menyertainya. Setiap kita hendaknya sadar bahwa dimensi
kesehatan bukan hanya jasmaniah saja, tetapi rohani (mentalitas) juga memegang
peranan penting (important role) dalam menentukan kesehatan seseorang. Awali
segala sesuatu dengan pikiran positif (positive thingking/huznudzon) sehingga
mental-mental positif dalam diri kita akan tumbuh dengan subur. Mari kita
wujudkan cita-cita Indonesia Sehat dimulai dari diri kita masing-masing, keluarga
dan lingkungan sekitar kita.

2.7 Komplikasi

Beberapa kasus pasca power syndrome diikuti oleh :


penyakit mental yang berat seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu,
depresi berat, atau individu introfert (ditutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan
oleh beban emosional yang tidak tersalurkan) yang parah.

2.8 Konsep Askep

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA POST POWER SYNDROME


2.10.1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama,
status perkawinan, pekerjaan, alamat, golongan darah, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan Penderita
Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Yang meliputi keadaan umum, pengukuran TTV, pemeriksaan persistem B6 (Breath,
Blood, Brain, Bladder, Bowl, Bone).
d. Pola aktivitas sehari-hari
Meliputi pola tidur/istirahat, pola eliminasi, pola makan dan minum, personal hygiene,
pola kegiatan/aktivitas
e. Data status Fungsional
Mengkaji dengan menggunakan indeks Katz dengan komponen 6 fungsi (mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, makan) dengan penilaian A hingga G
f. Data status Kognitif
Mengkaji dengan memakai 2 cara yaitu dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status
Questionnarie), MMSE (Mini Mental State Exam) dan Inventaris Depresi Beck.
SPSMQ untuk mendeteksi tingkat kerusakan intelektual (menilai orientasi, memori
dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, dan kemampuan
matematis), MMSE untuk menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa, dan Inventaris Depresi
Beck untuk mengkaji adanya gejala dan sikap yang berhubungan dengan depresi.
g. Data Psiko-Sosial
Mengkaji tingkat ketergantungan dan juga perhatian diri dengan menggunakan APGAR
keluarga (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, dan Resolve)
h. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium

2.10.2. DiagnosaKeperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga

Tujuan

Setelah dilakukan edukasi pada pasien, pasien sudah tidak mengurung diri lagi , sudah mau
berinteraksi dengan lingkungan sekitar

Kriteria hasil

 Ekspektasi meningkat
 Perasaan nyaman dengan situasi social
 Perasaan mudah menerima atau mengkomunikasikan perasaan
 Responsive pada orang lain
 Perasaan tertarik pada orang lain
 Minat melakukan kontak emosi

Intervensi :

Terapi aktivitas

Observasi :

1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas


2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Monitor respon emosional,fisik,social, dan spirirtual terhadap aktivitas

Terapeutik :

1. Fasilitasi focus pada kemampuan,bukan defisit yang dialami


2. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
3. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu

Edukasi :

1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari hati, jika perlu


2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,social,spiritual,dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai

Anda mungkin juga menyukai