Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ABORTUS
Pokok Bahasan : Abortus
Hari / Tanggal :
Waktu : 30 Menit
Sasaran : pasien poli kebidanan
Tempat :

A. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya selama
kehamilan.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Peserta dapat mengetahui:

1. Definisi Abortus
2. Klasifikasi Abortus
3. Penyebab Abortus
4. Mekanisme Terjadinya Abortus
5. Tanda dsan Gejala Abortus
6. Komplikasi Abortus
7. Pengobatan Abortus
8. Pencegahan Abortus

B. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian Abortus
2. Klasifikasi Abortus
3. Penyebab Abortus
4. Mekanisme Terjadinya Abortus
5. Tanda dan Gejala Abortus
6. Komplikasi Abortus
7. Pengobatan Abortus
8. Pencegahan Abortus

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. MEDIA
1. X banner
2. Leaflet
E. PENGORGANISASIAN
a) Moderator :
b) Penyaji :
c) Observer :
d) Fasilitator :
TUGAS
a) Moderator : Membuka Presentasi, mengatur jalannya diskusi, membuka
sesi pertanyaan, membacakan kesimpulan, dan menutup presentasi
b) Penyaji : Mempresentasikan hasil diskusi
c) Observer : Melaporkan evaluasi kegiatan yang dijalankan
d) Fasilitator : Menyiapkan alat-alat untuk presentasi seperti :
laptop, x banner, membagikan leaflet.

F. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Moderator
: Penyaji

: Peserta

: : Observer

: : Fasilitator

G. PELAKSANAAN KEGIATAN
Media dan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Metode
1. 3 menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan dengan - Menjawab Salam Ceramah
mengucapkan salam - Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari - Memperhatikan
penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan
diberikan
- Apersepsi dengan audience

2. 15 menit Pelaksanaan : Ceramah


- Menjelaskan tentang - Memperhatikan dengan
pengertian abortus - Mendengarkan menggunak
- Menjelaskan tentang - Bertanya dan an xbanner
klasifikasi abortus menjawab dan leaflate
- Menjelaskan tentang penyebab pertanyaan yang
abortus diajukan
- Menjelaskan tentang
mekanisme terjadinya abortusi
abortus
- Menjelaskan tentang tanda dan
gejala abortus
- Menjelaskan tentang
komplikasi abortus
- Menjelaskan tentang
pengobatan abortus
- Menjelaskan tentang
pencegahan abortus

3. 10 menit Evaluasi :
- Memberikan kesempatan - Menjawab Tanya
kepada peserta untuk bertanya Pertanyaan Jawab
- Menanyakan kepada peserta
tentang materi yang telah
diberikan .
- Membagikan leaflet
4. 2 menit Evaluasi :
- Menyampaikan kesimpulan - Mendengakan Ceramah
- Mengucapkan salam penutup - Menjawab salam

H. EVALUASI
1. STRUKTUR
A. Paaien hadir ditempat penyuluahan.
B. Penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan di rumah sakit
Dustira di poli kebidanan
C. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. PROSES
A. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan.
B. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. HASIL
A. Pasien mengerti dan memahami tentang abortus
a. Jumlah Peserta
Jumlah peserta yang hadir pada hari kamis tgl….. dengan materi tentang
abortus yang bertempat di Rumah Sakit Dustira dengan adanya penyuluhan
yang diberikan dapat bermanfaat dan dimengerti. Hal ini memotivasi
seorang penyuluh untuk lebih menguasai materi dan media yang ingin
disampaikan karena seorang penyuluh di anggap lebih berpengalaman dan
kompeten dalam bidang kesehatan.
b. Pertanyaan yang di ajukan kepada Pasien :
1. Apa pengertian dari abortus ?
2. Apa saja penyebab dari abortus ?
3. Apa saja tanda dan gejala abortus ?
Terlampir

ABORTUS

1. PENGERTIAN ABORTUS

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun


buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur
kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr (Handono,
2009).

Abortus adalah kehamilan sebelum anak hidup di dunia luar . Anak baru
mungkin lahir ke dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gr atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas abprtus berat anak
yang kurang dari 500 gr. Jika anak yang lahir beratnya antar 500 dan 999 gr disebut
partus immaturus (FK UnPad, 2012).

2. KLASIFIKASI ABORTUS

a. Abortus Spontan, Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan)

Adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun


mekanis. Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya: penyakit jantung,
hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Abortus provocatus pada hamil
muda (dibawah 12 minggu) dapat di lakukan dengan pemberian prostaglandin
atau curretatage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sedot curet. Pada
hamil yang tua (diatas 12 minggu) dilakukan hysteretomi, juga dapat
disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter, ahli kebidanan,
penyakit dalam pskiatri, atau psikolog.

Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens,


abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya,
dikenal pula missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan
aborrtus septik.

1) Abortus Imniens (Keguguran mengancam)

Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk


mempertahankannya

2) Abortus Incipiens (Keguguran berlangsung)

Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat di cegah lagi.

3) Abortus Incompletus (Keguguran tidak lengkap)

Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian


(biasanya jaringan placenta) masih tertinggal di dalam rahim.

4) Abortus completus (Keguguran lengkap)

Seluruh buah kehamilan telah di lahirkan dengan lengkap

5) Missed Abortion (Keguguran tertunda)

Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi


tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

6) Abortus Habitualis (Keguguran berulang-ulang)

Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi;


sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.

b. Abortus Buatan Kriminal (Abortus Provocatus Criminalis)

Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh
orang yang tidak berwenang serta dilarang oleh hukum. Kemungkinan adanya
abortus provokatus kriminalis harus dipertimbangkan bila ditemukan abortus
febrilis.

Aspek hukum dari tindakan abortus buatan harus diperhatikan. Bahaya


abortus buatan kriminalis:

1) Infeksi

2) Infertilisasi sekunder

3) Kematian (Sastrawinata Sulaiman, 2002).

3. PENYEBAB ABORTUS

Penyebab abortus merupskan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya


abortus di dahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:

a. Faktor Janin

Kelainan yang paling sering di jumpai pada abortus adalah gangguan


pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut
biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:

1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau


kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi)

2) Embrio dengan kelainan lokal

3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).

b. Faktor Maternal

1) Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang


berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.

Penyakit-penyakit yang menyebabkan abortus:

a) Virus, misalnya; rubella, sitomegalovirus, virus herpes


simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio,
dan ensefalomielitis.

b) Bakteri, misalnya Salmonella Typhi

c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium

2) Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular

3) Kelainan endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi


progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid;
defisiensi insulin.

4) Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA


(Human Leukocyte Antigen)

5) Trauma, kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera


setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:

a) Pengangkatan ovarium yang mengandung corpus luteum


graviditatum sebelum minggu ke 8

b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat


hamil

c) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma


sub-mukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi
incarcerata.

6) Faktor psikosomatik, pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

c. Faktor Eksternal

1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama
dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.

2) Obat-obatan

Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya


tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu,
kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan
janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.

3) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen


dan benzen.

4. MEKANISME TERJADINYA ABORTUS

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang


kemudian di ikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel
peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas
seluruhnya atau sebagian yang di interpretasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan konstraksi uterus di mulai, dan segera setelah
itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu di
tekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling
lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak di lakukan jika telah terjadi perdarahan banyak
karena abortus tidak dapat di hindari.

Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap.


Hal ini di sebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri
dengan erat kedalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhanya. Antara
minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering terdapat sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.

Pengeluaran hasil konsepsi di dasarkan 4 cara:


a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua

b. Kantong amnion dan isinya (fetus) di dorong keluar, meninggalkan korion


dan desidua.

c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan


janin keluar, terapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang di keluarkan).

d. Seluruh janin dan desidua yang melekat di dorong keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu
kuretasi diperlukan untuk memebrsihkan uterus dan mencegah
perdarahan atau infeksi lebih lanjut.

Abortus bentuk yang istimewa seperti:

a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion


berisi air ketuban tanpa janin.

b. Mola kruenta adalah telur yang di bungkus oleh darah kental. Mola
kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah
sempat membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah
seperti daging disebut juga mola karnosa.

c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan,


disebabkan oleh hematom-hematom antara amnio dan korion.

d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat
di absorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion
diabsorpsi hingga janin tertekan (foitus compressus).

Kadang-kadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi hingga


menyerupai perkamen (foitus papypaceus). keadaan ini lebih sering terdapat
pada kehamilan kembar dalam (vanished twin). mungkin juga janin yang
sudah agak besar mengalami maserasi.
5. TANDA DAN GEJALA ABORTUS

Kram dan perdarahan vagina adalah gejala yang paling umum terjadi pada
aborsi spontan. Kram dan perdarahan vagina mungkin terjadi sangat ringan,
sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk beberapa lama gejala akan
berlangsung. Selain itu, gejala lain yang menyertai abortus spontan janin perut
bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan leher rahim, dan pengeluaran
janin dari dalam rahim.

Perdarahan vagina selama awal kehamilan sering disebut sebagai “aborsi


terancam”. penelitian telah menunjukkan bahwa 90%-96% dari kehamilan dengan
menunjukkan aktivitas jantung janin pada 7-11 minggu kehamilan akan
mengakibatkan perdarahan vagina pada kehamilan yang sedang berlangsung (
Fauziah Yulia, 2012).

a. Abortus Imminens

Jika sesorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit


pervaginam maka ia di duga menderita abortus imminens. Perdarahan yang
sedikit pada hamil muda mungkin juga di sebabkan oleh hal-hal lain dari
abortus, misalnya:

1) Placenta sign (gejala placenta) ialah perdarahan dari


pembuluh-pembuluh darah sekitar placenta.

2) Erosio portionis, juga mudah berdarah pada kehamilan.

3) Polyp

Sebab no 2 dan no 3 dapat kita bedakan dengan pemeriksaan


inspeculo tapi sebab no 1 tak dapat di bedakan.

Secara ikhtisar abortus imminens kita diagnosa kalau ada kehamilan


muda terdapat:

1) Perdarahan sedikit.

2) Nyeri memilin karena konstraksi tidak ada atau sedikit sekali.

3) Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan


4) Tidak di temukan kelainan pada serviks.

Pada abortus imminens masih ada harapan kehamilan masih


berlangsung terus.

b. Abortus Incipiens

Tanda-tandanya ialah:

1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

2) Nyeri karena konstraksi rahim kuat.

3) Nyeri akibat konstraksi rahim terjadi pembukaan.

Abortus incipiens biasanya berakhir dengan abortus.

c. Abortus Incompletus

Jika sebagian telut telah lahir tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta) maka kita hadapi abortus incompletus.

Gejala-gejal yang terpenting ialah:

1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan


berlangsung terus.

2) Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan konstraksi. Tetapi jika
keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali.

d. Abortus Completus

Kalau telur rahim dengan lengkap maka abortus di sebut komplit. Maka
hendakanya pada abortus kita selalu periksa jaringan yang di lahirkan.

Pada abortus completus perdarahan segera berkurang setelah isi rahim di


keluarkan dan selambat-lambatnya dalam sepuluh hari perdarahan berhenti
sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi
telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau sepuluh hari setelah
abortus masih ada perdarahan juga, maka abortus incompletus atau
endometritis post abortum harus di pikirkan.

e. Abortus Febrilis

Ialah abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.

1) Demam kadang-kadang menggigil.

2) Lochia berbau busuk

Abortus ini dapat menimbulkan endotoksin shock

f. Missed Abortion

Kalau janin muda yang telah mati bertahan di dalam rahim selama 2 bulan
atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion.

Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit


hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.

Gejala-gejala selanjutnya ialah:

1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air tuban


dan macerasi janin.

2) Buah dada mengecil kembali

3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada,, hanya ammenorhoe


berlangsung terus.

Biasanya keadaan ini berakhir dengan abortus yang spontan


selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada
kehamilan yang masih muda sekali maka janin lebih cepat dikeluarkan,
sebaliknya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai
batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan. Kalau dalam 2 bulan belum
lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG ABORTUS


a. Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

7. KOMPLIKASI ABORTUS

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,perforasi, infeksi,


syok, dan gagal ginjal akut.

a. Perdarahan

Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi uterus

Pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiper
retrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam


menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luas nyacedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi

Dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.

d. Syok

Pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syokhemoragik) dan infeksi


berat (syok endoseptik).

e. Gagal ginjal akut

Pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan hipovolemik
yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai
dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang
disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti
terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai
dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat
(Cunningham, 2005).

8. PENGOBATAN ABORTUS

a. Abortus Imminens

Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat berlangsung terus, pasien


disuruh:

1) Istirahat rebah

2) Diberi sedativa, misalnya luminal, codein, morphin.

3) Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi


keretanan otot-otot rahim misalnya, gestanon.

Istirahat rebah tidak usah melebihi 48 jam. Kalau telur masih baik,
perdarahan dalam waktu ini akan berhenti.

Kalau perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam maka kemungkinan besar


terjadi abortus dan istirahat rebah hanya menunda abortus tersebut. Jika
perdarahan berhenti, pasien harus menjaga diri jangan terlalu banyak bekerja
dan coitus dilarang selama 2 minggu.
Jika perdarahan disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argentii 5-10%;
kalau sebabnya polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai tangkainya
terputus.

Selanjutnya kita perhatikan apakah janin masih hidup dengan menentukan


apakah rahim terus membesar. Jika janin telah mati, maka rahim tidak
membesar dan reaksi Galli Mainini menjadi negative, tetapi baiknya di
lakukan sekurang-kurangnya 2 kali berturut-turut. Baru kalau Mainini 2 kali
berturut negative ada artinya.

b. Abortus Incipiens

Karena boleh di katakan pasti terjadi abortus, maka pengobatan berlainan


dengan pengobatan abortus imminens. untuk mempercepat pengosongan
rahim di beri oxcitocin 2 1/2 satuan setiap 1/2jam sebanyak 6 kali. Untuk
mengurangi nyeri karena his boleh di beri sedativa. Jika pitocin tidak berhasil,
dapat di lakukan curettage asal pembukaan cukup besar.

c. Abortus Incompletus

Abortus incpletus harus segera di bersihkan dengan curettago atau secara


digital. Selama masih ada sisa-sisa placenta dan terus terjadi perdarahan.

d. Abortus Febrilis

Abortus incompletus yang telah di sertai infeksi tidak segera di curet,


kecuali kalau perdarahan banyak sekali. Jika abortus febrilis dicuret, pagar
leucocyt yang menghalangi invasi kuman rusak dan pembuluh-pembuluh
darah terbuka, hingga kuman dapat memasuki pembuluh darah tersebut dan
terjadilah sepsis. Sedapat-dapatnya penderita di beri antibiotik dulu, curettage
baru di kerjakan setelah suhu tenang selama 3 hari.

e. Missed Abortion

Dulu sikap kita menghadapi misssed abortion konsevatip, mengingat:

1) Kesukaran tekhnik dalam melakukan dilatasi dan curttage

2) Kemungkinan infeksi besar.


Serang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortion lebih aktif
karena adanya oxcitocin dan antibiotik. Segera setelah kematian janin dapat di
pastikan, di beri pytocin misalnya 10 satuan dalam 500cc glukosa. Kalau tidak
terjadi abortus dengan pytocin infus ini, sekurang-kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga di hasilkan
dengan pemasangan haminaria stift.

f. Abortus Habitualis

Yang di namakan abortus habitualis ialah keadaan di mana telah terjadi 3


kali abortus yang spontan beruturut-turut. Karena abortus ini berulang-ulang
dan berturut-turut, etiologinya bersifat tetap dan terapinya di tujukan terhadap
sebab ini.

9. PENCEGAHAN ABORTUS

Upaya pencegahan yang di lakukan untuk menurunkan kejadian abortus,


terutama abortus yang tidak aman (unsafe abortion) adalah tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, antara lain :
a. Pendidikan seksual secara benar dan terarah pada remaja.
b. Pendidikan penggunaan kontrasepsi secara benar serta penyediaan alat
kontrasepsi yang terjangkau.
c. Penyuluhan tentang risiko yang ditimbulkan dari tindakan abortus.
d. Abortus dilakukan hanya atas indikasi medis yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Sastrawinata, Sulaiman dkk. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi


Edisi 2. EGC: Jakarta
Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Nuha Medika: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai