Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Nama : Berta Wahyu Hartanto Sundawa


NRP : 143020029
Kelompok :B
Meja :2
Asisten : Habiburohman
Tanggal Praktikum : 3 Desember 2014

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Berta Wahyu Hartanto Sundawa


143020029
Asisten : Habiburohman

Tujuan Percobaan
Untuk menentukan penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,
kenaikan titik didih, dan menentukan tekanan osmotik suatu larutan.
Prinsip Percobaan
Berdasarkan hukum Roult yang menyatakan bahwa penurunan titik beku
larutan, sebanding dengan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan metode
molaritas.
1. Penurunan Tekanan Uap
∆P = XPº
2. Penurunan Titik Beku
∆T = Kf.m
3. Kenaikan Titik Didih
∆Tb = Kd.m
4. Tekanan Osmotik
𝜋 = MRT
Rumus Perhitungan :
1. Penentuan Titik Beku Naftalen
∆Tf = Kf.m Tf = Tfpelarut - ∆Tf
2. Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
1000
∆Tf campuran = [ mol naftalen + mol belerang × ]
𝑝

Tfcampuran = Tf pelarut - ∆Tf campuran

Tflarutan belerang = Tf campuran - Tfnaftalen

3. Penentuan Titik Didih Gula


∆T = Takhir - ∆T = m.Kb ∆Tb = m.Kb
Tawal
Metode Percobaan

Termometer

Tabung Reaksi

5 mL larutan sampel

Es batu + Garam

Metode Penentuan Penurunan Titik Beku

Termometer

50 mL larutan sampel

Metode Penentuan Kenaikan Titik Didih

Sampel 2x2 cm Ukur dimensi


Ditimbang ! dan timbang

Larutan garam 10% Sampel direndam ± 4 jam

Metode Percobaan Tekanan Osmosis


Hasil Pengamatan
1. Tekanan Osmosis
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tekanan Osmosis
Keterangan Hasil

Sampel Lobak

Berat Awal 3,78 gram

Berat Akhir 3,22 gram


(Sumber : Dela Ratna K dan Yulia Setyorini, Meja 1, Kelombok B : 2014)
2. Kenaikan Titik Didih
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kenaikan Titik Didih Larutan NaCl
Waktu ( Menit ) Suhu ( ℃ )

1 menit 36℃

2 menit 51℃

3 menit 66℃

4 menit 80℃

5 menit 90℃

5 menit 25 detik 92℃


(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kenaikan Titik Didih Lar. C12H22O11
Waktu ( Menit ) Suhu ( ℃ )

1 menit 41℃

2 menit 55℃

3 menit 70℃

4 menit 83℃

5 menit 07 detik 91℃


(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)
Tabel 4. Perbandingan Hasil Pengamatan Kenaikan Titik Didih
Sampel Tbpelarut Tblarutan ∆Tbteori ∆Tbpraktikum
Aquadest 92℃ - - -
NaCl - 94℃ 𝟎, 𝟐𝟒℃ 2℃
C12H22O11 - 92℃ 𝟎, 𝟏𝟑℃ 0℃
(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)
3. Penurunan Titik Beku
Tabel 5. Hasil Pengamatan Penurunan Titik Beku
Waktu Suhu ( ℃ )
(detik)
C12H22O11 (1 m) C12H22O11 (0,5 m)

30 24℃ 24℃

60 20℃ 18℃

180 18℃ 17℃

210 16℃ 16℃

240 13℃ 15℃

270 10℃ 14℃

300 7℃ 14℃

330 4℃ 13℃

360 1℃ 13℃

390 0℃ 13℃

420 -1℃ 13℃

450 -1℃ 10℃

480 -1℃ 7℃

510 -1℃ 4℃

540 -2℃ 3℃

570 -2℃ 2℃
600 -6℃ 1℃

630 -10℃ 0℃

660 -10℃ -1

690 - -1℃

720 - -1℃

750 - -2℃

780 - -2℃

810 - -3℃
(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)
Tabel 6. Perbandingan Hasil Pengamatan Penurunan Titik Beku
Sampel Tbpelarut Tblarutan ∆Tbteori ∆Tbpraktikum
Aquadest -14℃ - - -
C12H22O11 (0,5 m) - −𝟏𝟎℃ 𝟏, 𝟖𝟔℃ 4℃
C12H22O11 (1 m) - -3℃ 0,93℃ 11℃
(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)
Grafik 1. Hasil Pengamatan Kenaikan Titik Didih
100 Sukrosa Garam
90
∆Tb

80

70

60

50

40

30

20

10

0 Waktu
0 1 2 3 4 5 6 7 (menit)

(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)


Grafik 2. Hasil Pengamatan Penurunan Titik Beku
30 Sukrosa (0,5 m) Sukrosa (1 m)
(℃)
∆Tf

25

20

15

10

0 Waktu (detik)
0 200 400 600 800
-5

-10

-15

(Sumber : Berta Wahyu H S dan Putik Nanda L, Meja 2, Kelombok B : 2014)


Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sifat koligatif larutan yang telah dilakukan
dapat diketahui titik didih larutan gula dan titik didih larutan garam. Dapat
diketahui juga titik beku larutan gula yang massa nya 0,8 gram dan 1,71 gram.
Serta dapat diketahui massa awal dan akhir lobak setelah dilakukan pengematan
tekanan osmosis.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi ketika melakukan percobaan sifat
koligatif larutan ini adalah kurang tepatnya membaca termometer sehingga
hasilnya tidak akurat, terlalu banyak menambahkan garam yang mengakibatkan
suhu pada larutan garam dan es sangat rendah sehingga tabung reaksi dan
thermometer pecah.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis
zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat
koligatif larutan terdiri dari 4 bagian yaitu : penurunan tekanan uap, penurunan
titik beku, kenaikan titik didoh, dan tekanan osmosis.
Penurunan tekanan uap adalah peristiwa dimana tekanan uap larutan lebih
rendah daripada tekanan pelarut murni. Penurunan titik beku larutan
mendeskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan
jika ditambahkan zat terlarut didalamnya. Kenaikan titik didih dapat
dideskripsikan bahwa titik didih suatu pelarut murni akan bertambah bila
ditambahkan zat terlarut didalamnya. Peristiwa osmosis menyebabkan naiknya
permukaan larutan pekat, sehingga tekanan membesar yang pada gilirannya akan
memperlambat laju osmosis. Akhirnya tercapailah suatu tekanan yang mampu
menghentikan osmosis atau perpindahan molekul pelarut atau yang disebut
tekanan osmosis (Sutrisno : 2012).
Pada percobaan di labolatorium mengenaai titik didih dan titik beku
larutan didapatkan hasil bahwa aquadest mendidih pada suhu 92oC dan membeku
pada suhu -14oC, larutan garam 0,25 molal mendidih pada suhu 94oC sedangkan
larutan gula 0,25 mendidih pada suhu 91o. Pada percobaan titik beku yang
menggunakan dua sampel larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda. Pertama
larutan gula dengan konsentrasi 0,5 molal membeku pada suhu -3oC, kedua
larutan gula dengan konsentrasi 1 molal membeku pada suhu -10oC. Berdasarkan
literatur yang ada dapat diketahui bahwa pada tekanan dan temperatur udara
standar air dapat mendidih pada suhu 100oC dan membeku pada suhu 0oC, larutan
garam 0,25 dapat mendidih pada suhu 1,237oC, larutan gula 0,25 molal dapat
mendidih pada suhu 100,12. Pada percobaan titik beku, berdasarkan literatur
didapatkan hasil bahwa larutan gula 0,5 molal dapat membeku pada suhu -0,89℃
dan larutan gula 1 molal dapat membeku pada suhu -1,86oC (Ir. Sumartini : 2014).
Dari hasil percobaan dan pengamatan antara titik beku larutan dan titik
beku pelarut diketahui bahwa titik beku larutan lebih rendah dari titik beku
pelarut. Berdasarkan teori sifat koligatif larutan dapat diambil satu analisa bahwa
semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka semakin rendah
titik beku larutan tersebut dan sebaliknya. Hal ini disebabkan larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih tinggi, mempunyai jumlah partikel yang lebih
banyak sehingga lebih sukar untuk membuat tekanan padatnya sama dengan
tekanan cairnya, sehingga titik beku larutan tersebut lebih rendah atau peristiwa
saat larutan tersebut mulai membeku lebih lama (Pramana,2011)
Salah satu faktor yang mempengaruhi titik beku larutan adalah
konsentrasi, semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka
semakin rendah titik beku larutan tersebut, dan semakin rendah konsentrasi zat
terlarut dalam suatu larutan maka titik beku larutan akan semakin tinggi. Kita tahu
bahwa pada larutan, terdapat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Pada
larutan elektrolit terjadi ionisasi yang dapat menyebabkan reaksi dapat melepas
dan menerima elektron, oleh karena itu terdapat derajat ionisasi (α) yang dalam
rumus kita mengalikannya dengan i (Faktor Van’t Hoff). Faktor Van’t Hoff ini
sebenarnya hanya berpengaruh pada larutan yang mengalami ionisasi (larutan
elektrolit) dan tidak berpengaruh pada larutan yang tidak mengalami ionisasi
(nonelektrolit) karena pada larutan nonelektrolit nilai Van’t Hoff (i) adalah 1
(satu).
Titik didih larutan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih pelarut.
Hal ini disebabkan karena adanya penambahan zat terlarut pada pelarut murni
sehinga mengakibatkan adanya usaha lebih untuk mendidihkan larutan dan dalam
waktu yang lebih lama pula.
Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kenaikan titik
didih adalah konsentrasi (molalitas). Menurut Roult, kenaikan titik didih larutan
akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlart semakin besar.
Sehingga pasti titik didih larutan lebih tinggi dibanding titik didih pelarut. Hal
yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga kb dari zat pelarut.
Faktor Van’t Hoff hanya berlaku untuk larutan yang bersifat elektroslit saja
namun tidak akan berpengaruh untuk larutan yang bersifat nonelektrolit.
Hipotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih kecil dari pada
zat terlarut. Hipertonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih besar dari
pada zat terlarut. Isotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih kecil
dari pada zat terlarut ( tekanan osmotik zat terlarut sama dengan tekanan osmotik
zat pelarut). Revesre osmosis (osmosis balik) adalah keadaan yang terjadi jika
tekanan yang diberikan lebih besar dari tekanan osmosis maka akan terjadi aliran
balik. Pelarut akan dipaksa mengalir dari larutan lebih pekat ke larutan lebih encer
(atau pelarut murni). Pemberian tekanan berlebih dikenal dengan istilah reverse
osmosis (osmosis balik). Contoh aplikasinya adalah proses desalinasi air laut
untuk mendapatkan air tawar (Anonim, 2012)
Beradasarkan pengertiannya tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan
untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke
dalam larutan (π = M.R.T). Osmosis sendiri adalah keadaan dimana larutan yang
berkonsentrasi rendah mengalir ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam
percobaan tekanan tekanan osmosis yang dilakukan dilaboratotium dengan
menggunakan lobak dan larutan garam sebagai sampel. Sehingga tekanan osmosis
memberikan pengaruh terhadap sifat lobak, dengan adanya tekanan osmosis lobak
menjadi mengkerut, berat lobak pun menjadi berkurang, dan rasanya menjadi
asin. Hal ini disebabkan karena kandungan air yang terdapat pada lobak keluar
dan larutan pekat garam yang terdapat disekitar lobak masuk kedalam lobak
sehingga lobaknya terasa asin dan pada saat inilah terjadi kesetimbangan antara
larutan garam pekat dengan kandungan air yang terdapat pada lobak.
Aplikasi Bidang Pangan
1. Penurunan tekanan uap : Proses pengeringan dalam produk pangan
2. Penurunan titik beku : Penambahan garam pada saat pembuatan es krim
3. Kenaikan titik didih : Proses pateurisasi dalam pembutan susu
4. Tekanan osmosis : Lobak yang direndam dalam larutan garam pekat
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa titik
didih garam lebih besar dari pada titik didih gula, karena garam merupakan
larutan ionik yang mengahsilkan ion Na⁺ dan Cl- sehingga untuk memanaskannya
memerlukan energi yang lebih besar dalam waktu yang lebih lama sedangkan
larutan gula tetap akan menjadi larutan gula . Begitu pula pada pengamatan
penurunan titik beku larutan garam lebih rendah daripada titik beku larutan gula
disebabkan karena alasan yang sama seperti telah disebutkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Reverse Osmosis (R.O). http://www.sinafilterair.com. Diakses:


12 Desember 2014.
Anonim. 2012. Titik Beku. http://gurumuda.net. Diakses: 12 Desember 2014.
Dina. 2012. Kenaikan Titik Didih. http://mizuc.blogspot.com. Diakses: 12
Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai