PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Kependudukan di Indonesia sampai saat ini belum dapat diatasi.
Permasalahan ini antara lain di warnai jumlah yang besar dengan pertumbuhan dan
angka kelahiran yang masih tinggi sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan laju pertumbuhan terbesar setelah China, India dan Amerika Serikat.1
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia tidak luput dari masalah
kependudukan.2 Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 258.704.986 jiwa, terdiri atas 129.988.680 jiwa
laki-laki dan 128.716.296 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia pertahun sebesar 1,49%.3 Pertumbuhan penduduk ini tentu saja
berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
negara dimana masih banyak penduduk yang menderita kekurangan makan dan
gizi, sehingga tingkat kesehatan buruk, pendidikan rendah, dan kekurangan
lapangan pekerjaan. 2,4
Melihat masih tingginya jumlah penduduk indonesia maka upaya pemerintah
dalam menggendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui pelaksanaan
program Keluarga Berencana bagi pasangan usia subur (PUS).5,6
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World
Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi. 6
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode
kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara
ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat
efektifitas yang berbeda dan hampir sama. 5,6
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan
wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai
1
dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang
memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus) dan
vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi .6
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu
perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari
cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.6
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Putri Ayu pada bulan Januari
hingga maret 2017 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 11.567 pasangan
dengan jumlah peserta KB-Aktif hanya sebanyak 1.443 Akseptor.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa peserta KB-Aktif di
Puskesmas Putri Ayu masih jauh dari target KKP (Kontrak Kerja Provinsi) tahun
2017 dari seluruh jumlah peserta KB-Aktif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis bagaimana pelaksanaan program KB dan permasalahannya di
Puskesmas Putri Ayu.
2
4. Menentukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan program
KB tahun 2017 di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
5. Menentukan prioritas pemecahan masalah dalam pelaksanaan program
KB tahun 2017 di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu syarat pelaksanaan kepaniteraan klinik senior dan
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu managemen
puskesmas serta bekal untuk menjadi tenaga kesehatan selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas Putri Ayu
Puskesmas Putri Ayu dapat melakukan identifikasi dan analisis
masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah
kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Bagi Penulis Lainnya
Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau data untuk melakukan
penulisan makalah terkait.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
—- Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35 tahun).7
4
3. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin. Dukun
diharapkan dapat bekerjasama dengan Puskesmas dan bersedia menjadi
motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.
—-Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai masalah kesehatan lain,
atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan. Kehamilan dan persalinan menuntut
banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau belum pulih dari satu
persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan
muncul berbagai masalah bahkan kematian.8,11
1. Dapat dipercaya
2. tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
5
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.
—-Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah
pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya alat ini disebut spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD. Spiral bisa bertahan dalam rahim
dan terus menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. setelah itu harus
dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastik,
atau plastik bercampur tembaga.
—-Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan
seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu spiral akan memperparah penyakit,
menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, umpamanya radang mulut rahim yang
bisa membuat pasien kehilangan kesuburan (mandul). Cara kerjanya adalah sebagai
berikut:
6
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan tidak perlu diganti)
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
Komplikasi lain:
B. Kontrasepsi Mantap
—-Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara
mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada
lelaki). Kontap adalah salah satu cara kontrasepsi untuk mengakhiri kelahiran.
Kontrasepsi mantap (Kontap) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan
Kontap Wanita.11,12
—-MOW adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri,
yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel
telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
Keuntungan MOW: 11
– Tidak ada efek samping dan perubahan dalam fungsi dan hasrat seksual
– Lebih Ekonomis
9
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita/MOW harus
melakukan hal sebagai berikut: 11
1. Istirahat secukupnya
2. Minumlah obat sesuai dengan anjuran
3. 7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap
boleh bekerja seperti biasa
4. Perawatan luka, bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
5. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas,
pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan terdekat
6. Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu (setelah luka kering)
7. Tidak ada pantangan makanan
8. Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan
setahun, atau bila ada keluhan.
MOP adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran mani sebelah kanan dan
sebelah kiri sehingga pada waktu senggama tidak dapat menyebabkan kehamilan.
Keuntungan dari kontap pria adalah:
—-Merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan
panjang masing-masing 3cm. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah
progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen
yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan
demikian menyebabkan terjadinya menstruasi.13
—-Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini
lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh
karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi
kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas
medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini. 13
11
1. AKBK atau susuk disusupkan dibawah kulit lengan kiri bagian atas. Hal ini
tergantung pada kebiasaan kita yang umumnya lebih banyak menggunakan
tangan kanan dibanding tangan kiri. Oleh karena itu, bagi mereka yang kidal
dianjurkan untuk memasang susuk di bawah kulit lengan kanan bagian atas.
2. Cara menyusupkan susuk ini adalah dengan sedikit menyayat kulit, maka
sebelumnya pemakai akan dibius lokal terlebih dahulu untuk mengurangi
rasa sakit.
3. Susuk dipasang pada waktu menstruasi atau haid. Atau dapat juga setelah
40 hari melahirkan.
4. Setelah susuk dipasang, luka bekas sayatan harus dijaga tetap bersih dan
kering, tidak boleh kena air selama 5 hari.
5. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih; 1 minggu
setelah susuk dipasang, dan setelah itu 1 tahun sekali selama pemakaian.
6. Sesudah 5 tahun, susuk harus diambil dan diganti dengan yang baru.
A. Pil Kombinasi
—-Pil kombinasi sangat efektif bila digunakan setiap hari, jika penggunaan
dihentikan maka kehamilan dapat terjadi. Pada bulan-bulan pertama pemakaian
mungkin dapat menimbulkan efek samping, antara lain :8,9,11
1. Mual
2. Perdarahan
12
3. Keputihan diantara masa haid
4. Kenaikan berat badan
5. Sakit kepala.
—-Semua gejala ini tidak berbahaya dan cukup man untuk hampir semua wanita
karena efek samping jarang terjadi. Keuntungan lain dari metoda ini adalah dapat
digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum
mempunyai anak.
B. Suntik KB
—-Sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila dilakukan secara rutin dan teratur
setiap 1 bulan atau 3 bulan (sesuai dengan jenis suntikan KB yang diberikan). Bila
berhenti memakai cara KB ini, kehamilan dapat segera terjadi. Aman digunakan
pada masa menyusui, setelah 6 minggu setelah melahirkan. Membantu mencegah
kanker rahim, mencegah kehamilan di luar rahim. Efek samping yang mungkin
terjadi pada pemakaian suntik KB antara lain :
C. Pil Progestin
—-Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan pil, mulai
diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan. Jika digunakan pada masa
menyusui, biasanya terjadi perubahan pola haid terutama Keputihan diantara masa
haid.
D. Kondom
—-Spermisid/tissu KB, diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat dipakai
sendiri oleh wanita. Penggunaannya adalah dengan memasukkan ke dalam vagina
setiap akan melakukan hubungan seks. Efektif bila digunakan secara benar. Cara
ini juga dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.
F. Sistem Kalender
—-Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya. Yang
dimaksudkan dengan sistem kalender adalah mengatur jadwal berhubungan seksual
dimana hubungan seksual tidak dilakukan pada masa subur (masa subur
diperkirakan dengan indicator jadwal menstruasi). Namun pada kenyataannya cara
ini sering kurang efektif dan diperlukan kerjasama yang baik dengan pasangan,
karena sulit untuk menghindari hubungan seksual untuk waktu yang lama. Tidak
ada efek samping fisik dan cara ini dianjurkan apabila cara KB lain sulit
dipergunakan pada waktu menderita demam, infeksi vagina, setelah melahirkan
atau pada waktu menyusui.
—-Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa
makanan tambahan). Seorang wanita menyusui dikatakan menggunakan metoda
LAM, bila:
14
2.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode
kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk kafetaria atau supermarket, dimana
calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam memilih metode kontrasepsi yaitu :14,15,16
1. Faktor pasangan
Umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang di
inginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan,
sikap kepriaan
2. Kesehatan dan kontra indikasi absolut atau relatif
Status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik
pemeriksaan panggul
3. Metode kontrasepsi–penerimaan dan pemakaian berkesinambungan.
Efektifitas, efek samping minor, kerugian, komplikasi-komplikasi
yang potensial.
4. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
15
4. Analisis (Analysis)
Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
5. Dukungan terdekat
Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga, dan teman sering kali
memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi
oleh suatu pasangan. Pada sebuah studi di India dan Turki, lebih dari
separuh wanita yang diwawancarai mengatakan bahwa pemilihan
kontrasepsi mereka dibuat oleh atau dengan suami
Kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh isteri tanpa kerja sama suami
dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami isteri harus
bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerja sama dalam
pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan
memperhatikan tanda bahaya kehamilan.
16
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
17
3.3.2 Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, data diolah secara manual dan
dianalisa. Mulai dari identifikasi masalah dengan curah pendapat, setelah terkumpul
beberapa permasalahan yang ada selanjutnya permasalahan tersebut
dikonfirmasikan dengan data primer ataupun sekunder. Permasalahan yang
didukung oleh data primer dan data sekunder akan dibuat dalam pernyataan
masalah. Selanjutnya dari pernyataan masalah tersebut akan ditentukan prioritas
masalah dengan menggunakan tabel MCUA. Prioritas masalah yang terpilih, akan
diidentifikasi penyebab masalahnya dalam diagram fish bone. Dari beberapa akar
penyebab dalam diagram fish bone tersebut, dicari penyebab yang paling dominan
melalui diskusi. Selanjutnya penyebab yang paling dominan akan dicari alternatif
pemecahan masalah dengan tabel MCUA. Setelah itu dibuat rencana penerapan
berupa Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dan kegiatannya akan dimonitoring
dengan hasil akhir yang dievaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
18
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
Letak dan luas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu ± 616 ha yang terletak di
kecamatan Danau Sipin terdiri dari daerah dataran tinggi sebelah selatan dan
dataran rendah disebelah utara, secara geografis batas-batas wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar jumlah penduduk di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi periode
Januari – Desember 2017
4.1.2 Kelembagaan
Puskesmas Putri Ayu diklasifikasikan puskesmas rawat jalan dan rawat jalan
dengan membawahi tiga buah puskesmas pembantu, yaitu Pustu Legok, Sungai
Putri Dan Pustu Danau Sipin.
20
Tabel 4.2 Daftar jumlah ketenagaan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
21
4.3 Data Sekunder Hasil Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
4.3.1 Cakupan Pelayanan KB di Puskesmas Putri Ayu
22
Tabel 4.5 Laporan Triwulan Jumlah Pengguna KB Aktif dan KB Pasca
Bersalin di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Juli-September 2017
No. Kelurahan Jumlah Jumlah KB % KB Pasca %
PUS Bulin Aktif Salin
1. Sungai Putri 2337 259 262 11,21 15 5,79
23
4.3.2 Distribusi Kunjungan Akseptor KB di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi tahun 2017
Berikut tabel yang menyajikan data jumlah kunjungan Akseptor KB dari tahun 2017
Tabel 4.7 Daftar Pencapaian Peserta KB Klinik KB Puskesmas Putri Ayu
Tahun 2017
Keterangan :
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
MOW : Metode Operasi Wanita
MOP : Metode Operasi Pria
B : Akseptor Baru
L : Akseptor Lama
24
c. Pelayanan KB tidak dipengaruhi oleh wilayah kerja, namun dapat
dilakukan di puskesmas lain, klinik, praktek bidan, atau praktek dokter.
d. Ada penyuluhan tentang KB sebelumnya, penyuluhan diberikan di dalam
saat pasien menunggu antrian atau di luar Gedung misalnya di posyandu.
Namun, sudah tidak pernah lagi di lakukan.
e. Kerjasama antara puskesmas dan pihak Masyarakat belum maksimal.
Hasil wawancara dengan Akseptor KB di puskesmas Putri Ayu
a. Sebagian Akseptor KB mengaku belum pernah mendapat penyuluhan
mengenai KB.
b. Pengetahuan PUS tentang KB di wilayah puskesmas Putri Ayu masih
rendah terutama tentang penggunaan KB-MKJP.
c. Akseptor KB takut dilakukan pemasangan IUD karena mengaku tidak
nyaman saat berhubungan.
d. Akseptor KB tidak mau memilih KB MKJP karena takut akan efek
samping yang ditimbulkan dan tidak mendapat izin dari suami.
25
- Mengapa ibu tidak tertarik menggunakan Kontrasepsi jangka
Panjang (misalnya IUD)? “saya tidak nyaman dan takut efek
sampingnya”.
2. Ny. Diana
- Umur: 30 tahun
- Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan mengenai KB
sebelumnya? “Belum Pernah”
- Apakah ibu pernah membaca atau mendengar mengenai penggunaan
KB? “Saya pernah mendengarnya”
- Apakah ibu mengetahui beberapa jenis KB? “Suntik, kondom, pil”
- Saat ini jenis KB apa yang ibu gunakan?”Suntik”
- Mengapa ibu lebih memilih menggunakan Suntik? “pemakaiannya
tidak ribet, cukup suntik saja”
- Darimana ibu mengetahui penggunaan alat kontrasepsi yang ibu
gunakan? “ dari ibu saya dulu juga pakai suntik dan tetangga saya
banyak menggunakan suntik.
- Mengapa ibu tidak tertarik menggunakan Kontrasepsi Jangka Panjang
(misalnya: IUD)? “saya masih ragu karena suami saya masih tidak
setuju memakai IUD”
3. Ny. Yanti
- Umur: 42 tahun
- Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan mengenai KB
sebelumnya? “Pernah dulu, tapi sudah lumayan lama.
- Apakah ibu pernah membaca atau mendengar mengenai penggunaan
KB? “Pernah membacanya dan diberikan konseling juga di poli”
- Apakah ibu mengetahui beberapa jenis KB? “Suntik, kondom, Pil, IUD,
sekarang saya pakai IUD. Itu juga karena di sarankan oleh bidan
ketika konseling.
- Mengapa ibu setuju menggunakan IUD? “Dulu saya minum pil KB tapi
repot sekali harus ke puskesmas sedangkan kerjaan di rumah banyak,
lalu setelah tau IUD itu aman dan manfaatnya lebih banyak, saya
setuju menggunakan IUD”
26
BAB V
MASALAH KESEHATAN
5.1 Identifikasi Masalah
5.1.1 Curah Pendapat (Brainstorming)
Dari hasil brainstorming dengan beberapa teman dan pegawai puskesmas
didapatkan beberapa masalah dalam pelaksanaan KB, diantaranya:
a. Masalah dalam input:
1. Kurangnya pengetahuan peserta mengenai penggunaan dan manfaat KB
[INPUT].
2. Akseptor KB tidak mendapat izin suami untuk menggunakan Kontrasepsi
MKJP [INPUT].
b. Masalah dalam Proses:
3. Penyuluhan tentang KB khususnya untuk PUS di wilayah kerja puskesmas Putri
Ayu sudah tidak pernah dilakukan [PROSES]
4. Kerjasama dan partisipasi lintas sektor masih kurang maksimal [PROSES]
c. Masalah dalam output:
5. Belum tercapainya target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di setiap
kelurahan Puskesmas Putri Ayu [OUTPUT]
6. Menurunnya jumlah KB aktif pada triwulan ketiga sebesar 16,37% menjadi
14,41% pada triwulan keempat [OUTPUT]
7. Menurunnya jumlah akseptor baru yang menggunakan KB di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu dan belum memenuhi target pencapaian [OUTPUT]
Dari hasil curah pendapat didapatkan 7 masalah, setelah dilakukan pembahasan
maka masalah yang diprioritaskan adalah:
1. Belum tercapainya target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di setiap
kelurahan Puskesmas Putri Ayu [OUTPUT]
2. Menurunnya jumlah KB aktif yang cukup banyak pada triwulan keempat
dibanding periode sebelumnya yaitu 16,37% menjadi 14,41% [OUTPUT]
3. Menurunnya jumlah Akseptor baru yang menggunakan KB di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu tahun 2017 [OUTPUT]
28 27
5.1.2 Konfirmasi Masalah dengan Data
Hasil identifikasi masalah kemudian dibuktikan dengan data otentik berupa
data primer ataupun data sekunder. Data sekunder berupa data yang sudah ada di
Puskesmas, untuk melengkapi dapat ditambah dengan data primer yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara dengan ketua dan pengelola imunisasi secara
langsung. Adapun konfirmasi data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Belum tercapainya target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di setiap
kelurahan Puskesmas Putri Ayu
Target yang yang ingin dicapai oleh Puskesmas Putri Ayu untuk pengguna
KB aktif pada tahun 2017 adalah sebesar 76%, namun hingga bulan
Desember 2017 jumlah target yang menjadi akseptor atau pengguna KB
aktif hanya sebesar 57,97%
2. Menurunnya jumlah KB aktif yang cukup banyak pada triwulan ke-4
dibanding periode sebelumnya yaitu 16,37% menjadi 14,41%
Jumlah kunjungan KB aktif mengalami penurunan pada triwulan ke-4
hingga 1,96%. Dimana jumlah kunjungan pada triwulan pertama sebesar
12,47%, triwulan kedua 14,71%, triwulan ketiga 16,37% dan menurun
menjadi 14,41% pada triwulan keempat.
3. Menurunnya jumlah Akseptor baru yang menggunakan KB di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu tahun 2017.
Salah satu target yang ingin dicapai oleh Puskesmas Putri Ayu melalui
program KB adalah meningkatnya penggunaan KB pada PUS (Pasangan
Usia Subur), karena beberapa hal terjadi penurunan yang signifikan pada
kunjungan akseptor KB, baik pada akseptor baru maupun yang lama.
28
2. Menurunnya jumlah KB aktif yang cukup banyak pada triwulan ke-4
dibanding periode sebelumnya yaitu 16,37% menjadi 14,41%
Jumlah kunjungan KB aktif mengalami penurunan pada triwulan ke-4
hingga 1,96%. Dimana jumlah kunjungan pada triwulan pertama sebesar
12,47%, triwulan kedua 14,71%, triwulan ketiga 16,37% dan menurun
menjadi 14,41% pada triwulan keempat.
3. Menurunnya jumlah Akseptor baru yang menggunakan KB di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu.
Salah satu target yang ingin dicapai oleh Puskesmas Putri Ayu melalui
program KB adalah meningkatnya penggunaan KB pada PUS (Pasangan
Usia Subur), karena beberapa hal terjadi penurunan yang signifikan pada
kunjungan akseptor KB, baik pada akseptor baru maupun yang lama.
29
Tabel 5.1 MCUA untuk menentukan prioritas masalah
N
o Pengaruh Pengaruh
Kriteria
Besarnya Keseriusan terhadap terhadap
Masalah Masalah kesehatan kesehatan
Masalah masyarakat pasien JUMLAH
Bobot
5 4 3 2
Belum tercapainya target N 9 8 8 7
untuk PUS yang
menggunakan KB aktif BN 45 32 24 14 115
1
di setiap kelurahan
Puskesmas Putri Ayu
Menurunnya jumlah KB N 8 7 7 5
aktif yang cukup banyak
2 pada triwulan ke-4 BN 40 28 21 10 99
dibanding periode
sebelumnya
3 N 6 6 5 4
Menurunnya jumlah BN 30 24 15 8 77
Akseptor baru yang
menggunakan KB di
wilayah kerja Puskesmas
Putri Ayu.
Keterangan:
B : Bobot *Bobot ditentukan 2-5
N : Nilai **Nilai ditentukan 1-10
BN : Bobot x Nilai
Dari hasil MCUA diatas diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah ini
adalah Belum tercapainya target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di setiap
kelurahan Puskesmas Putri Ayu.
. Sedangkan prioritas masalah dengan menggunakan tekhnik PAHO (Pan
Americam Health Organization) adalah sebagai berikut:
30
Sedangkan prioritas masalah dengan menggunakan tekhnik PAHO (Pan
Americam Health Organization) adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Penentuan prioritas masalah dengan metode PAHO (Pan Americam
Health Organization)
No Masalah M S V C Total
1 Belum tercapainya target untuk
PUS yang menggunakan KB aktif di
9 8 6 5 2160
setiap kelurahan Puskesmas Putri
Ayu
2 Menurunnya jumlah KB pasca
bersalin setiap triwulan pada tahun 8 7 5 4 960
2016 di Puskesmas Putri Ayu
3
Menurunnya jumlah Akseptor baru
yang menggunakan KB di wilayah 6 5 4 3 360
kerja Puskesmas Putri Ayu
Keterangan:
M = Magnitude
S = Severity
V = Vulnerability
C = Community concern
Skor ditentukan 1-10 dan skor kolom M x S x V x C =Total
Dari hasil tabel MCUA dan PAHO diatas, maka diperoleh masalah yang prioritas
pada adalah: “Belum tercapainya target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di
setiap kelurahan Puskesmas Putri Ayu”.
31
5.3 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart)
Menunjuk
Kepala Dinas Pelaksan Pelatihan
penanggung jawab
a KB kader
KB
Penyuluhan
warga desa
PUS
Menuju
datang ke
ruangan KB
lantai II Puskesm
as
Konseling
KONSELING
dengan ABPK
ULANG
SETUJU
Tidak
Pemeriksaan
Penunjang Jika Ya
Diperlukan
Pemantauan Medis
dan Pemberian Nasihat
Pasca Tindakan
32
5.3.2 Identifikasi Penyebab Masalah Dengan Diagram Tulang Ikan (Fish
Bone)
Identifikasi penyebab masalah dengan metode diagram tulang ikan (fish
bone) atau diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram ishikawa
berdasarkan kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini:
Manusia
Material/Bahan
Penurunan jumlah
kunjungan Penurunan Jumlah
akseptor KB
Akseptor tidak mendapat
izin suami takut efek
samping Aksepror
melakukan
pemasangan di
Kurangnya klinik atau Bidan
pengetahuan
mengenai KB
Belum tercapainya
target pengguna KB
Kurangnya konseling dan
Aktif di Puskesmas
Tidak ada penyuluhan Putri Ayu
penyuuhan secara langsung
rutin di Posyandu kepada PUS dari puskesmas.
Terbatasnya Waktu
Lingkungan Proses
33
mengaku menggunakan alat kontrasepsi melalui diskusi sesama
pengguna/akseptor.
2. Akseptor KB melakuan pemasangan atau pelayanan KB di Klinik atau Bidan
sehingga pendataan di Puskesmas mengenai angka Kunjungan KB menurun.
3. Kurangnya kesadaran petugas kesehatan dan petugas KB yang bertugas
rangkap.
4. Kurangnya peran tokoh masyarakat dan media
34
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS
DAN USULAN KEGIATAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH
35
6. Penetapan masalah terpilih
Setelah pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditentukan beberapa alternatif maka digunakan
36 atau memilih pemecahan terbaik.
Hanlon kualitatif untuk menentukan
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action) atau rencana kegiatan.
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Identifikasi
masalah
Penentuan
Monitoring prioritas
dan evaluasi masalah
Penyusunan Penentujuan
rencana penyebab
penerapan masalah
Memilih
Penetapan penyebab yang
masalah paling
terpilih mungkin
Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah
36
6.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan curah pendapat (brainstorming) dari tim pemecah
masalah didapatkan alternatif-alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
37
6.2 Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih
Tabel 6.2 Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).
Dapat memecahkan
masalah dengan
Waktu singkat
Kriteria
dilaksanakan
Murah biaya
sempurna
No.
Mudah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Jumlah
Bobot 5 4 3 2
1. Memberikan / N 10 7 8 5
meningkatkan
penyuluhan kepada
BN 50 28 24 10 112
PUS mengenai tujuan
dan manfaat KB
2. Membuat leaflet / N 9 8 7 6
media informasi lain
mengenai tujuan dan BN 45 32 21 12 107
manfaat KB
Keterangan :
B : Bobot Bobot ditentukan 2-5
N : Nilai Nilai ditentukan 1-10
BN : Bobot x Nilai
38
6.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemecahan Masalah
1. Faktor pendukung
Adanya dukungan dari Puskesmas berupa tenaga kesehatan
dibidang program KB
Petugas dan kader yang siap memberi himbauan pada PUS
2. Faktor Penghambat
Kesulitan dalam mengumpulkan PUS dalam jumlah yang banyak
Kesulitan dalam mencari waktu yang tepat
3. Upaya Mengantisipasi Faktor Penghambat
Mengikut sertakan peran tokoh masyarakat untuk dapat
mengumpulkan PUS yang akan diberi penyuluhan mengenai
tujuan dan manfaat KB
Memakai waktu saat dilakukannya posyandu pada masing-masing
unit posyandu, atau dapat dikumpulkannya PUS sesuai waktu yang
mereka sepakati.
Melakukan konseling ketika ada PUS yang datang ke poli KB
39
6.4 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah yang Terpilih
Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel 6.3
40
6.5 Monitoring dan Evaluasi
6.5.1 Monitoring
Tabel 6.4 Contoh Format Monitoring Kegiatan
No Kegiatan Indikator Standar Hasil Selisih Ket
1 Membuat jadwal Jadwal sudah Terlaksana Jadwal - Terlaksana
penyuluhan dibuat dan penyuluhan 100%
disusun sudah dibuat
2 Melaporkan Jadwal Terlaksana Jadwal - Terlaksana
jadwal kegiatan kegiatan kegiatan 100%
kepada kepala disetuji oleh disetuji oleh
puskesmas kepala Kepala
puskesmas puskesmas
3 Mempersiapkan Presentan Terlaksana Presentan - Terlaksana
materi dan telah telah 100%
presentan yang ditentukan ditentukan
akan memberikan dan bahan dan bahan
penyuluhan presentasi presentasi
telah telah
disiapkan disiapkan
4 Melakukan Kegiatan Terlaksana Kegiatan Terlaksana
kegiatan penyuluhan telah 100%
penyuluhan berjalan dilaksanakan
kepada PUS lancar sesuai
mengenai KB- jadwal
MKJP
6.5.2 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
cara:
a. Membandingkan frekuensi/tingkat masalah atau sebab masalah sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan Bar Chart
atau
b. Menggunakan Format Evaluasi yang telah disediakan:
41
Tabel 6.5 Contoh Format Evaluasi Kegiatan
42
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis menyimpulkan bahwa:
1. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KB Aktif pada PUS adalah PUS
yang tidak mengerti tentang keuntungan penggunaan KB, PUS takut efek
samping, tidak adanya penyuluhan tentang KB pada PUS tahun 2017 di
Puskesmas Putri Ayu.
2. Masalah yang diprioritaskan dalam pelaksanaan KB pada PUS di Puskesmas
Putri Ayu berdasarkan tabel MCUA dan PAHO adalah Belum tercapainya
target untuk PUS yang menggunakan KB aktif di setiap kelurahan Puskesmas
Putri Ayu.
3. Penyebab masalah yang dominan pelaksanaan KB pada PUS di puskesmas
Putri Ayu adalah PUS tidak mengerti dengan KB, PUS takut efek samping,
tidak adanya penyuluhan/sosialisasi.
4. Alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan KB pada PUS di
puskesmas Putri Ayu adalah melakukan konseling/penyuluhan dan membuat
leaflet/media informasi lain mengenai manfaat KB pada PUS.
5. Prioritas pemecahan masalah dalam pelaksanaan KB pada PUS adalah
memberikan konseling/penyuluhan kepada catin mengenai tujuan dan
manfaat penggunaan KB pada PUS.
7.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah:
1. Petugas KB dapat lebih gencar memberikan edukasi kepada target
KB yaitu PUS (Pasangan Usia Subur), berupa penyuluhan atau
pembuatan leaflet yang dapat mengubah paradigma PUS mengenai
penggunaan KB yang menimbulkan banyak efek samping, dan
meningkatkan pengetahuan PUS tentang pentingnya KB.
2. Puskesmas Putri Ayu dapat melakukan evaluasi rutin setiap
bulannya untuk mengetahui sejauh mana program yang telah
dijalankan.
44 43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN 1
Kartu Peserta KB
45
Lampiran 2
Foto Dokumentasi
46