LAPORAN KASUS
VERTIGO
Oleh :
Amalia Rizkyani, S.Ked
G1A219028
Preseptor
dr. Hj. Raodah
Laporan Kasus
VERTIGO
Oleh :
Amalia Rizkyani, S.Ked
G1A219042
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan melihat penerapannya secara langsung di
lapangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj.
Raodahselaku preseptoryang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam penyusunan laporan kasus.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar......................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
b. Pekerjaan : IRT
d. Nomor RM : 01.201.19
B. Keluhan Utama :
4. PemeriksaanFisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
IMT :- BB :57,9 Kg
- TB : 162 cm
- IMT : 22,09 (Normoweight)
Tanda vital :- TD : 117/69 mmHg
- Nadi : 101 x/i
- RR : 18 x/i
- Suhu : 36,7º C
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, skleraikterik -/-, RC (+/+)
Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorak
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Punggung
Inspeksi : Bentuk dbn, deformitas (-),
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa (-)
Perkusi : Nyeri ketok (+) pada region lumbal, CVA (-/-)
Ektremitas : Akral hangat, CRT > 2s, edema (-/-), sianosis (-/-)
5. Status Neurologis
a. Fungsi luhur : tidak dilakukan
b. Tanda rangsangan meningeal : dbn
c. Nervus kranialis : dbn
d. Refleks fisiologi : dbn
e. Refleks patologis : dbn
f. Sensibilitas : telapak tangan dan jari jari
g. Koordinasi dan keseimbangan :
Tandem gait : pasien mampu berjalan mengikuti garis lurus,
langkah lebar (-), berjalan menyimpang (-)
Romberg Test : Pasien mampu mempertahankan diri dan jatuh
pada saat menutup mata
Romberg dipertajam : Pasien kesulitan mempertahankan diri
dan jatuh pada saat menutup mata
Disdiadokokinesis : Pasien mampu membolak-balikkan telapak
tangan dengan cepat dan baik
Finger to finger test : pasien mampu mempertemukan jari
telunjuk kiri dan kanan dengan baik
Finger to nose test : pasien mampu menempatkan jari telunjuk
ke hidung dan jari pemeriksa dengan baik
Tes Tumit : gerakan dilakukan dengan tangkas
Ataxia :-
D. Pemeriksaan Penunjang :
-
E. Diagnosis Kerja
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) – ICD X
H81.10
F. Diagnosis Banding
Meniere Disease – ICD X H81.09
Vestibular neuritis – ICD X H81.20
G. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya dan bagaimana mencegah dan mengurangi gejala
saat timbul serangan.
Menjelaskan pasien agar tetap tenang dan tidak panik saat
timbul serangan.
Mengajarkan Brand-daroff maneuver kepada pasien
Hindari stres yang dapat memicu sakit kepala.
b. Preventif :
Mencegah gerakan kepala yang berlebihan dan mendadak.
Mengurangi aktivitas dan cukup istirahat dirumah.
Bangun secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum
berdiri dari tempat tidur.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup, tidak tidur terlalu larut malam
Olahraga teratur, minimal 3 x seminggu ± 30 menit perhari
Farmakologi
Betahistin tablet 6 mg diberikan 3 x 1 tablet selama 3 hari
Vitamin B Complex tablet 50 mg diberikan 1 x 1 tablet selama
3 hari
Klorfeniramin Maleat tablet 4 mg diberikan 3 x 1 tablet selama
3 hari
d. Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan berkualitas / tidak tidur terlalu larut.
Menyarankan untuk melakukan Brand Daroff maneuver
sendiri di rumah sebanyak 3 set setiap hari selama 2 minggu.
Kontrol ulang di tempat pelayanan kesehatan terdekat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tahap Transduksi.
Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair cells), R.
visus (rod dan cone cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls
saraf. Dari ketiga R tersebut, R vestibuler menyumbang informasi
terbesar disbanding dua R lainnya, yaitu lebih dari 55%. Mekanisme
transduksi hari cells vestibulum berlangsung ketika rangsangan
gerakan membangkitkan gelombang pada endolyimf yang
mengandung ion K (kalium). Gelombang endolimf akan menekuk
rambut sel (stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion
K bila tekukan stereocilia mengarah ke kinocilia (rambut sel terbesar)
maka timbul influks ion K dari endolymf ke dalam hari cells
yang selanjutnya akan mengembangkan potensial aksi. Akibatnya
kanal ion Ca (kalsium) akan terbuka dan timbul ion masuk ke
dalam hair cells. Influks ion Ca bersama potensial aksi merangsangn
pelepasan neurotransmitter (NT) ke celah sinaps untuk menghantarkan
(transmisi) impuls ke neuron berikutnya, yaitu saraf aferen
vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT.
2. Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen
vestibularis menuju ke otak dengan NT-nya glutamate :
a. Normal synoptic transmition
b. Iduktion of longtem potentiation
3. Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga
pusat AKT, antara lain :
- Inti vestibularis
- Vestibulo-serebelum
- Inti okulo m otorius
- Hiptotalamus
- Formasio retikularis
- Korteks prefrontal dan imbik
4. Tahap Persepsi
Tahap ini belum diketahui lokasinya. 2
1.3 Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
1.4 Definisi
1.5 Epidemiologi
Frekuensi
Jenis kelamin
Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum,
rasio antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis
multiple dua kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. 3
Usia
Morbiditas/ Mortalitas
1.6 Etiologi
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks.Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan
vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi : 7
1.7 Klasifikasi
2. Patologik :
- sentral
- perifer 7
Vertigo Perifer
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
2. Ménière’s disease
3. Vestibular Neuritis
Vertigo Sentral
1. Migraine
2. Vertebrobasilar insufficiency
Habituasi Ya Tidak
Nistagmus spontan + -
1.8 Patofisiologi
4. Teori otonomik
5. Teori neurohumoral
6. Teori sinap
Karekteristk dizziness
Keparahan
neuronitis
perilymphatic fistula
perilymphatic fistula
Perifer Sentral
3. Test posisional
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah
dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab
vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran
berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang
mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar.
Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi
akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau
iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual
pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan
BPPV.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala
neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan
pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan
lain pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke
vertigo sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau
multiple sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain
yang berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang
tipikal (throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual, muntah,
fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine
5
mengeluhkan vertigo.
Pemeriksaan Neurologik
- Gait test
1. Romberg’s sign
1. Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre 1
- Test hiperventilasi
- Tes Kalori
- Elektronistagmogram
- Posturografi
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk
membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy
Audiometry, Tone Decay.
Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan
diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan
kepala pasien. Dimulai denganpemeriksa menolehkan kepala pasien
ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala
pasien sisi lainnya horizontal 20odengan cepat. Pada orang yang normal
tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek.
Jika ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi
pada vestibular perifer pada siis itu.2
Pemeriksaan Cardiovascular
1.13 Diagnosis
Medikasi
Antihistamin
- Betahistin
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan
dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah
mengantuk.
Antagonis Kalsium
- Cinnarizine (Stugerone)
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
- Khlorpromazine (Largactil)
Obat Simpatomimetik
- Efedrin
- Lorazepam
- Diazepam
- Skopolamin
Terapi fisik
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-
Darrof.
Keterangan Gambar:
Terapi Spesifik
1. BPPV
4. Iskemik Vascular
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau
cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan
meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera
mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-obatan harus di tapper off
dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.