Anda di halaman 1dari 19

BAB I KONSEP TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi


Pleura merupakan membaran serosa yang tertutup dan berisi sedikit cairan.
Pleura terdiri 2 lapisan yaitu lapisan yang melekat pada paru- paru disebut
dengan pleura viseral, sedangkan lapisan yang melekat di dalam dinding dada
dan permukaaan diafragma disebuut dengan pleura parietal. 2 lapisan tersebut
terpisah oleh rongga pleura yang mengandung sejumlah cairan pleura tertentu
(Ross dan Wilson, 2014).

Gambar 1.1 Pleura

Dalam kondisi sehat 2 lapisan ini dipisahkan oleh selaput cairan serosa
yang dapat menyebabkan gerakan bebas dan mencegah gesekan antara lapisan
saat respirasi. Terpisahnya cairan tersebut diakibatkan karena perbedaan
tegangan permukaan antara membran dan cairan. Sehingga penting dalam
menjaga pengembangan paru terhadap dinding dada. Apabila salah satu pleura
mengalami kebocoran maka udara akan tersedot ke dalam rongga dan
sebagian bahkan seluruh bagian paru akan mengalami kolaps (Ross dan
Wilson, 2014).
Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mL, terdiri dari makrofag
(75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas. Cairan pleura
normal mengandung protein 1 – 2 g/100 mL.9 Elektroforesis protein cairan

1
pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar
protein serum, namun kadar protein berat molekul rendah seperti albumin,
lebih tinggi dalam cairan pleura. Kadar molekul bikarbonat cairan pleura 20 –
25%. Normalnya cairan pleura adalah 0,13 mL/kgBB. Sehingga
Keseimbangan jumlah cairan pleura diatur oleh komponen-komponen gaya
Starling dan sistem penyaliran limfatik pleura (Pratomo dan Faisal, 2013).

1.2 Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura (Black and
Jane, 2014).
Efusi pleura, yaitu akumulasi cairan yang berlebihan di ruang pleura, yang
diakibatkan dari ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
cairan pleura. Akumulasi cairan pleural bukan penyakit spesifik, melainkan
refleksi dari patologi yang mendasarinya. Efusi pleura menyertai berbagai
gangguan paru-paru, pleura, dan gangguan sistemik (Karkhanis, 2012).
Jadi efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal yang terjadi di
dalam rongga pleura diantara visceral dan parietal.

1.3 Epidemiologi
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat
diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara- negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,
diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika
Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya. WHO memperkirakan 20% penduduk kota
dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor,
sehingga banyak penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran
pernafasan seperti efusi pleura.

2
1.4 Etiologi
Penyebab efusi pleura merupakan penyebab kelainan patologi pada rongga
pleura yang bermacam- macam, adalah:
1. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
a. Gangguan Kardiovaskuler
b. Emboli Pulmonal
2. Efusi pleura karena virus dan mikroplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila
terjadi tidak banyak. Jenis- jenis virusnya adalah : ECHO Virus,
Coxsackie, Chlamydia, Ricketsia dan Mikroplasma.
3. Efusi pleura karena bakteri piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari
jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang
melalui penetrasi diafraghma, dinding dada atau esofagus. Bakteri yang
sering ditemukan adalah bakteri aerob: streptococcus pneumonia,
streptococcus mileri, stafilococcus aureus, hemophillus spp, E. Colli,
Klebsiella, pseudomonas spp. Anaerob: bakteroides spp,
peptostreptococcus, fusobakterium.
4. Efusi pleura karena tuberkulosa
Penyakit kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru
melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
5. Efusi pleura karena kelainan intra abnominal
a. Sirosis hati
b. Sindroma Meigh
6. Efusi pleura karena neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang
pleura dan pada umumnya menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura karena
neoplasma biasanya unilateral tetapi bisa juga bialteral karena obstruksi
saluran getah bening, adanya metastasis menyebabkan pengaliran cairan
dari rongga peritonial ke rongga pleura melalui diafragma.

3
1.5 Klasifikasi
Menurut (Morton, 2012) klasifikasi efusi pleura ada 2, yaitu:
1. Efusi pleura transudate
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
Biasanya terjadi pada kondisi yang kehilangan protein seperti
hipoalbuminemia, sirosis, dan nefrosis.
2. Efusi pleura eksudat

Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh


kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat. Biasanya terjadi
pada kondisi inflamasi, infeksi, dan keganasan.

1.6 Patofisiologi
Normalnya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan
di rongga pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatik pleura parietalis 9
cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat tejadi ketika tekanan osmotik koloid
menurun dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru
(Alsagaf, 1995 dalam Muttaqin, 2012 ).
Keseimbangan antara cairan pleura dapat terganggu akibat banyak
penyebab diantaranya adalah:
a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke rongga pleura
c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
d. Adanya proses infeksi atau peradangan permukaan pleura dari rongga
pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
secara cepat

4
Penyebab lainnya adalah penyakit primer seperti TB paru. Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran napas ke alveoli dan terjadi infeksi. Setelah
itu terjadi peradangan saluran getah bening yang mempengaruhi peningkatan
permeabilitas membran dan menyebabkan penumpukan cairan di rongga
pleura (Black and Jane, 2014).

1.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang
ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250
ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat
dideteksi dengan X-ray foto thoraks. Semakin banyak cairan maka permukaan
efusi akan luas dan restriksi ekspansi paru disertai dengan beberapa tanda dan
gejala, menurut (Black and Jane, 2014):
1. Dispneu
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit
pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
6. Perkusi tumpul
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan raba berkurang
10. Batuk kering

1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis efusi pleura, karena


dapat mengidentifikasi adanya cairan di rongga pleura, serta membedakan cairan
dengan udara ataupun cairan lain. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan
menurut (Karkhanis, 2012):

1. Pemeriksaan radiologi (Rontgen thorak)

5
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis
efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam menentukan
penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang dari 100 ml tidak akan
tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atas 300 ml.

Gambar 1.2 Efusi Pleura Sinistra

2. Computed Tomography Scan

CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan


jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai
daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemothorax yang
terkena.

6
Gambar 9. CT Scan pada efusi pleura

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi efusi pleura.


Nodularity dan / atau penyimpangan dari kontur pleura, penebalan pleura
melingkar, keterlibatan pleura mediastinal, dan infiltrasi dari dinding dada dan /
atau diafragma sugestif penyebab ganas kedua pada CT scan dan MRI.
4. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau
tuberculosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada
(dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan
memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura.

1.9 Penatalaksanaan
Menurut (Yang, Bo, and Ze, 2017) pemeriksaan medis dapat berupa
penatalaksanaan medis dan non-medis, diantaranya:
1. Penatalaksanaan Medis
e. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru.
Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
f. Pemberian anti biotik
Jika terdapat infeksi.
g. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
h. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
Water Seal Drainage, jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu
7
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Tirah baring
Untuk meminimalisir gerak.
b. Dukungan
Kegiatan dalam pemberian dukungan seperti melakukan
konseling dan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan motivasi
agar mencapai keberhasilan dari pengobatan.

8
BAB II PATHWAY

Adanya hambatan penurunan tekanan Proses infeksi


drainase limfatik osmotik koloid
dari rongga pleura plasma

Tekanan kapiler Transudasi cairan


paru meningkat intravaskuler

Peradangan
Edema permukaan pleura

Efusi Pleura

Penumpukan cairan di rongga pleura Kurang pengetahuan

Defisit Ansietas
Ekspansi paru menurun pengetahuan

Napsu makan
Sesak napas Rusaknya turun
Nyeri dada
alveolar
kapiler
Gangguan Kebutuhan nutrisi
pola Nyeri Tidak
kurang dari
napas akut nyaman gangguan
kebutuhan tubuh
saat pertukaran
tidur gas
Keletihan
Insomnia Produksi
sekret
Gangguan
ADL
Ketidakefektifan bersihan jalan napas

9
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan yang sistematis dalam


pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien

Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
1. Nama dan jenis kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
2. Umur dan tanggal lahir
Anak dan juga dewasa bisa terkena efusi pleura
3. Status perkawinan
Status perkawinan tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
4. Pendidikan
Status pendidikan tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari
singkatan-singkatan atau istilah medis terkait efusi pleura.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien didapatkan keluhan sesak napas, berat pada
dada, nyeri pleuritik akibat pleura yang tajam dan terlokalisisr.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang
dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien

10
memutuskan pergi ke rumah sakit. Biasanya diawali dengan batuk, sesak
napas, nyeri pleuritik, berat pada dada dan berat badan turun.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat menderita TBC paru, pneumonia, gagal jantung,
trauma, dan lainnya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah asma dan TBC paru dan
digambar melalui genogram minimal 3 generasi terdahulu dan diberi
tanda sesuai format yang ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan
klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien sakit apa klien lakukan
memilih berobat dengan meminum obat yang dibeli di warung atau ke
klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan makanan. Pada klien dengan efusi pleura biasanya mengalami
penurunan nafsu makan dikarenakan sesak napas dan penekanan struktur
abdomen
3. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, berat jenis.
Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu diperhatikan. Pada klien
dengan efusi pleura penurunan peristaltik otot – otot traktus digestivus.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dengan efusi pleura mengalami sesak napas yang membuat
kebutuhan O2 jaringan mengalami kekurangan, pasien mengalami
kelelahan dengan aktivitas minimal.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan efusi pleura mengalami sesak napas dan hipertermia dan
mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat.
11
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan efusi pleura biasanya masih
tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
masing-masing individu. Pada klien dengan penyakit efusi pleura tidak
memiliki gangguan persepsi diri.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan gangguan efusi pleura tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Penderita efusi pleura mengalami gangguan pola seksualitas karena
lemah
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan efusi pleura stresor yang mungkin
perlu ditanggulangi mengenai masalah gambaran diri dan harga diri.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada efusi pleura ini berkaitan dengan
klien percaya ia dapat sembuh atau tidak dan ia mampu melakukan
semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Klien akan merasa kesakitan karena adanya penekanan tekanan,
tampak pucat karena ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya karena adanya mual.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola
pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala

12
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan hilangnya
alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan lidah
klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pada efusi pleura hemithorax mengalami cembung dada yang sakit,
iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernapasan
menurun. Fokal fremius menurun terutama dengan jumlah cairan >
250 cc. Pada dada yang sakit ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal. Suara perkusi redup sampai pekak. Auskultasi suara
napas menurun sampai menghilang.

13
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang
ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang
gerak keseimbangan dan gaya berjalan.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru akibat penumpukan cairan dalam rongga pleura dan
sesak napas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental dan adanya upaya batuk
3. Nyeri akut berhubungan dengan berhungan adanya akumulasi
cairan berlebih didalam pleura
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru dan rusaknya alveolar kapiler
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan napsu makan
6. Keletihan berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okesigen
dengan kebutuhan oksigen
7. Gangguan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik dan letih
akibat sesak napas
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk menetap dan
14
sesak napas

9. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian yang


dibayangkan
10. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
terkait proses penyakit dan pengobatan

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Domain 4. NOC NIC
Aktivitas / istirahat Tujuan: Airway management
Kelas 4. Respon Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien
kardiovaskular/ keperawatan selama 1 x 24 memaksimalka
pulmonal jam ketidakefektifan pola n posisi
(00032) napas klien dapat mendekati ventilasi
Ketidakefektifan normal dengan kriteria hasil: 2. Intruksikan
pola napas 1. RR klien dalam klien batuk
berhubungan dengan rentang normal efektif
menurunnya 2. Ritme pernapasan 3. Beri oksigen
ekspansi paru akibat normal jika diperlukan
penumpukan cairan 3. Suara perkusi 4. Monitor status
dalam rongga pleura diseluruh lapang respirasi dan
ditandai dengan pola paru oksigenasi
napas abnormal, Respiratory
ansietas, dan monitoring
keletihan otot 1. Monitor
pernapasan respiratory rate,
ritme
2. Monitor suara
napas
3. Palpasi untuk
ekspansi paru

15
4. Monitor
dyspneu dan
aktivitas yang
meningkatkan
dyspneu
5. Monitor hasil
x-ray klien
2. Domain 11. NOC NIC
Keamanan/ Tujuan: Airway management
perlindungan Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan
Kelas 2. Cedera keperawatan selama 1 x 24 napas dengan
fisik jam ketidakefektifan mengangkat
(00031) bersihan jalan napas klien dagu atau
Ketidakefektifan dapat mendekati normal mendorng
bersihan jalan napas dengan kriteria hasil: rahang
berhubungan dengan 1. RR pada batasan 2. Posisikan klien
sekresi mukus yang normal untuk
kental ditandai 2. Irama pernapasan memaksimalka
dengan sekresi normal n aliran napas
sputum berlebih, 3. Hilangkan
perubahan pola sekret dengan
napas batuk efektif
4. Monitor status
respirasi dan
oksigenasi
5. Mencegah
hipoksia

16
3. Domain 12. NOC NIC
kenyamanan Kelas Tujuan: Pain management
1. Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat
fisik keperawatan selama 1 x 24 kualitas, lokasi
(000132) jam nyeri akut klien dapat dan durasi

17
Nyeri akut mendekati normal dengan nyeri
berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Gunakan
berhungan adanya 1. Pasien tidak komunikasi
akumulasi cairan meringis terapeutik
berlebih didalam 2. Pasien tidak cemas 3. Kaji faktor
pleura ditandai 3. Pasien dapat yang dapat
dengan agen cidera beristirahat cukup meningkatkan
fisik dan
menurunkan
tingkat nyeri
4. Kontrol
lingkungan
klien terkait hal
yang
meningkatkan
nyeri
5. Ajarkan teknik
norfarmakologi
seperti gided
imagery,
distraksi dan
relaksasi

18
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M and Jane H. H. (2014). Medical Surgical Nursing: Clinical


Management for Positive Outcomes. 8 th edition. Singapore: Elsevier.

Buluchek, Gloria, M. et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC).


6th edition. United States of Amerika : Elsevier.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Profil Penderita Efusi


Pleura.

Karkhanis, Vinaya S and Jyotsna M Joshi. (2012). Pleural effusion: diagnosis,


treatment, and management. Open Access Emergency Medicine. 4: 31–
52.

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius

Moorhead, Sue. et al. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC).


5thEdition. United States of America : Elsevier.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10. Editor T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Ross and Wilson. (2014). Anatomy and Physiology in Health and Illness. 12th
edition. Singapore: Elsevier.

Yang, W., , Bo Zhang., and Ze-Ming Zhang. (2017). Infectious Pleural Effusion
Status And Treatment Progress. Journal Thoracic Disease. Vol
9(11):4690-4699.

19

Anda mungkin juga menyukai