Anda di halaman 1dari 6

Warung Sains Teknologi

Home
Artikel
Produk
Beasiswa
Akun

Agriculture 4.0: Revolusi Pertanian Tahap Keempat


Home → Kompetisi → Agriculture 4.0: Revolusi Pertanian Tahap Keempat

By Warstek Media on 22 Mei 2018 / Kompetisi, Teknologi / Leave a comment

Bagikan Artikel ini di:

Like

Oleh: Eko Suripto Pasinggi’


Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia harus selalu dapat dipenuhi setiap saat. Tingkat kebutuhan pangan selalu
berbanding lurus dengan jumlah populasi. Oleh sebab itu, peningkatan jumlah populasi manusia harus selalu bisa
diimbangi oleh peningkatan ketersediaan pangan.

Salah satu perubahan besar dalam sejarah kehidupan manusia adalah dimulainya budaya bertani atau revolusi agrikultur
pertama (sekitar 10.000 tahun yang lalu). Manusia yang sebelumnya bergantung pada apa yang tersedia di alam,
kemudian mampu untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhannya sendiri. Manusia mulai melakukan domestikasi hewan
dan tumbuhan. Seiring perjalanan waktu, terjadilah perubahan besar dalam rangka peningkatan hasil pertanian, yaitu
revolusi agrikultur kedua dan ketiga. Perubahan yang terjadi pada revolusi kedua diantaranya pergiliran tanam (crop
rotation), konversi lahan, dan selective breeding. Revolusi ketiga (disebut juga revolusi hijau) ditandai dengan
kemunculan produk-produk pupuk sintetis dan mekanisasi pertanian.

Pemenuhan pangan menghadapi beberapa tantangan diantaranya adalah peningkatan populasi yang berarti peningkatan
kebutuhan, urbanisasi yang mengakibatkan penurunan jumlah petani dan perubahan pola makan, keterbatasan
sumberdaya (lahan dan air), perubahan iklim, dan pemborosan makanan.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menerbitkan sebuah data proyeksi jumlah penduduk dunia yang dikalkulasi
berdasarkan data yang terkumpul hingga tahun 2012. Proyeksi tersebut menampilkan peningkatan jumlah penduduk
dunia sampai tahun 2100. Saat ini jumlah penduduk dunia sekitar 7,2 miliar orang. Jumlah penduduk pada tahun 2050
diperkirakan meningkat menjadi 9,6 miliar orang dan pada tahun 2100 menjadi 10,9 miliar orang [1].

Di sisi lain, data dari sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan perubahan signifikan jumlah keluarga petani di
Indonesia. Pada tahun 2003 jumlah keluarga petani sebanyak 31 juta keluarga. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah
tersebut menurun menjadi 26 juta keluarga. Terjadi penurunan sebanyak 5 juta keluarga petani dalam jangka 10 tahun
atau dapat dikatakan terdapat satu keluarga petani Indonesia yang beralih pekerjaan setiap menit [2]. Seiring dengan itu,
luas lahan pertanian juga mengalami penurunan karena pengalihan fungsi lahan. Data dari Departemen Pertanian (Dirjen
PLA, 2005) menyatakan bahwa telah terjadi pengalihan fungsi lahan sawah sekitar 187.720 hektar setiap tahun [3]. Hal
ini tentu saja tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi merupakan fenomena global.

“Kita akan makan apa?”

Pertanyaan ini muncul sebagai penanda akan adanya sebuah ancaman ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan
seluruh populasi manusia di masa depan. Isu ketersediaan pangan tersebut telah menjadi perhatian dunia, misalnya oleh
Food and Agriculture Organization (FAO), yang memberikan rekomendasi agar semua sektor pertanian perlu dikelola
dengan menggunakan teknologi inovatif.

Adanya tantangan-tantangan tersebut menyebabkan pendekatan tradisional harus diubah dengan pendekatan baru.
Revolusi dalam bidang pertanian yang keempat (Agriculture 4.0) saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Beberapa
hal yang menjadi fokus dalam perkembangan terbaru ini adalah penggunaan teknologi pertanian yang baru (hidroponik,
vertical farming, pertanian di gurun dan laut, dan modifikasi genetik) dan pengaplikasian Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam bidang pertanian.

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, atau yang
biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang
pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil
(kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya [4].

Keberadaan perangkat sensor memungkinkan kita untuk memperoleh data dari lahan pertanian secara akurat dan real
time. Saat ini telah tersedia perangkat sensor untuk berbagai parameter yang ingin diukur, misalnya, suhu, kelembaban
(tanah dan udara), CO2, O2, cahaya, water level, dsb. Data yang diperoleh dari lahan pertanian dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan baik untuk sekedar melakukan monitoring atau untuk disimpan. Penelitian [5] menawarkan sebuah
sistem monitoring lahan pertanian berbasis teknologi Internet of Things (IoT) yang memungkinkan petani untuk
memantau lahan pertaniannya melalui perangkat smartphone atau computer.

Data yang terus-menerus diperoleh dari lahan pertanian akan terakumulasi dalam volume dan jenis data yang sangat
besar. Perkembangan teknologi penanganan “Big Data” terkini memungkinkan kita untuk melakukan penyimpanan data
tersebut. Data yang banyak tersebut dapat dianalisis untuk kepentingan pengambilkan keputusan atau melakukan
prediksi. Pengambilan misalnya dapat berupa penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada kondisi tertentu [6].
Data yang diperoleh dari lahan pertanian juga dapat dimanfaatkan langsung sebagai input untuk melakukan sebuah aksi.
Misalnya, penelitian [7] menawarkan sebuah teknologi Smart Irrigation yang menggunakan sensor humidity,
temperature, Light, Moisture untuk menentukan kapan dan seberapa lama penyiraman dilakukan. Penerapan system ini
mampu menjamin tersedianya air yang cukup bagi tanaman dan membuat penggunaan air menjadi lebih efisien.

Gambar 1 Smart Irrigation System

Masih banyak teknologi yang berpeluang untuk diterapkan pada lahan pertanian untuk meningkatkan hasil dan
melakukan efiensi sumber daya. Untuk itu dibutuhkan penelitian-penelitian lanjutan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Akhir kata, selamat memasuki era Agriculture 4.0!

Referensi

[1] UN-DESA, “World Population To Exceed 9 Billion By 2050,” [Press release. United Nations Popul. Div. / Dep. Econ. Soc. Aff., p. 7, 2009.

[2] BPS – Statistics Indonesia, “Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013,” Badan Pus. Stat., vol. 1, pp. 1–30, 2013.

[3] M. Iqbal and Sumaryanto, “STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN BERTUMPU PADA PARTISIPASI
MASYARAKAT,” Anal. Kebijak. Pertan., vol. 5, no. 2, pp. 167–182, 2007.

[4] A. Walter, R. Finger, R. Huber, and N. Buchmann, “Opinion: Smart farming is key to developing sustainable agriculture,” Proc. Natl. Acad.
Sci., vol. 114, no. 24, pp. 6148–6150, 2017.

[5] A. Aher, J. Kasar, P. Ahuja, and V. Jadhav, “Smart Agriculture using Clustering and IOT,” pp. 4065–4068, 2018.

[6] S. Wolfert, L. Ge, C. Verdouw, and M. J. Bogaardt, “Big Data in Smart Farming – A review,” Agric. Syst., vol. 153, pp. 69–80, 2017.

[7] S. Ghosh and H. A. Hingoliwala, “Smart Irrigation : A Smart Drip Irrigation System Using Cloud , Android And Data Mining,” pp.
236–239, 2016.
About Latest Posts

Warstek Media
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia
baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.

Nilai Artikel Ini

Beri Nilai (41 Pemilihan)

Bagikan Artikel ini di:

Like

Previous Post
Google Duplex: Juru Bicara Layaknya Manusia

Next Post
Proyek: Jam Analog Penghitung Denyut Jantung

Tinggalkan Balasan

name (required)

email (will not be published) (required)

website
Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Cari Artikel

Paling Banyak Dibaca

Goal Line Technology versi Kearifan Lokal


Mengenal IDOPU (Inovasi Dompet Pendeteksi Uang) yang Diperuntukan Bagi Tunanetra Indonesia
Implementasi SIPOTAN (Inovasi Pohon Buatan) Berbasis Bio-Activated Carbon Terintegrasi Sistem Traffic Light
Sebagai Upaya Mengurangi Polutan Karbon Monoksida Pada Kawasan Minim Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
Indonesia
Mendesain Obat Dengan Komputer: Trend Kekinian Riset Masa Kini
Solo Mengajar: Persembahan Generasi Emas untuk Indonesia
SABS: Inovasi Pendidikan Ala Kartini
Upaya Mengurangi Konsumsi Minyak Kelapa Sawit: Susu Kental Manis Nabati (Minyak Jagung dan Minyak
Kacang Tanah)
Karbon Nanotube sebagai Media Penyimpanan Energi Hidrogen di Masa Depan
Sembilan Cara Berikut Efektif Dalam Melatih Otak Untuk Menjadi Lebih Pintar
Apakah Terumbu Karang Mati, Tidak Ada Penghuninya ? Dan Apakah Hal itu Penting?

Artikel Terbaru

Mengapa Menulis itu Sulit? Pisahkan antara Menulis dan Mengedit


Menulis adalah menuangkan gagasan, pikiran dan ide ke dalam sebuah tulisan. Banyak orang...

Sudut Pandang Yang Benar terhadap Nama Ilmiah, Tidak Perlu Dihafal
Jumlah spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi sangatlah banyak. Mulai dari...

Pengembangan Prototipe Komposter: Alternatif dalam Pengolahan Sampah Rumah Tangga menjadi Pupuk
Kompos
Ditulis Oleh Irvan Pranatha Sijabat Di Indonesia merupakan salah satu penghasil sampah terbesar...
Tentang Warstek

Apa itu Warstek?


Prestasi
Tim Redaksi
Pedoman Media Siber
Disclaimer
Privacy Policy

Kontak

Address: Jl. Sukolilo Baru gg. VI no 10 | Surabaya | Indonesia


Phone: (+62)87750118140
Email: warstek.jurnal@gmail.com
Office Hour: 08.00 WIB – 15.00 WIB (Monday – Friday)

© 2019 Warstek | Dibuat dengan cinta


Back to Top

Anda mungkin juga menyukai