Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN

PELAYANAN PROGRAM KESEHATAN


INDERA

UPT PUSKESMAS PAMEUNGPEUK


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak
sekedar terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini
berlaku bagi perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling
berinteraksi, yaitu lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan
kesehatan.

Mata dan telinga adalah Indera yang penting bagi manusia, melalui
mata dan telinga manusia menyerap informasi untuk digunakan
melaksanakan berbagai kegiatan.namun gangguan terhadap penglihatan
dan pendengaran banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga
gangguan berat. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan
penglihatan dan pendengaran perlu mendapat perhatian.

Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan upaya kesehatan


Indera di puskesmas Pameungpeuk, maka dibuatlah pedoman ini
dengan harapan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pelayanan upaya kesehatan Indera di wilayah puskesmas
Pameungpeuk. Pedoman sangat dibutuhkan untuk memperluas
jangkauan dan pemerataan pelayanan, serta standarisasi dan mutu
pelayanan.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga terwujud kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan
kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM), di mana kesehatan indera pendengaran merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas SDM.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%)
penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, dimana sepertiganya
terdapat di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hasil Survei Nasional
Kesehatan Indera Tahun 1994-1996 di 7 provinsi di dapatkan prevalensi
ketulian 0,4% gangguan pendengaran 16,8% (masuk P/L, umur)
penyebab terbanyak dari morbidittas telinga adalah serumen prop (3,6%)
dan OMSK (3,1%) di samping gangguan pendengaran lainnya yaitu
presbikusis (2,6%) ototoksisitas (0,3%), tuli mendadak (0,2%) dan tuna
rungu ( 0,1%).
Dalam rangka menurunkan prevalensi ketulian, departemen
kesehatan telah menyusun kebijakan kebijakan di bidang kesehatan
indera pendengaran yaitu : rencana strategi internasional
penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian (restranas PGP
ketulian) dan pedoman manajemen kesehatan indera tingkat provindi dan
kabupaten/kota. Kegiatan penanggulangan gangguan pendengaran dan
ketulian di provinsi kabupaten/kota sesuai dengan rekomendasi WHO
akan di prioritaskan pada 4 (empat) penyakit penyebab gangguan
pendengaran dan ketulian yaitu OMSK, presbikusis, gangguan
pendengaran akibat bising/noise induce hearing loss (NIHL) dan tuli
kongenital. Namun demikian adanya prioritas tersebut tidak mengabaikan
penyakit lain penyebab ketulian yang spesifik di wilayah tersebut.
Kegiatan pelayanan kesehatan indera pendengaran dilaksanakan oleh
puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan
balai kesehatan indera masyarakan (BKIM) dan RSU sebagai sarana
rujukan.

Puskesmas adalah salah satu unit pelaksana teknis dinas


kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai fungsi
sebagai 1) penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. 2) pusat
pemberdayaan masyarakat dan 3) pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM)
Dalam mencapai visi “kecamatan sehat”, puskesmas menyelenggarakan
upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, upaya perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta
upaya pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat
dapat dilaksanakan upaya kesehatan indera pendengaran termasuk
dalam upaya kesehatan pengembangan puskesmas
yang dapat di integrasikan dengan upaya kesehatan wajib.
Agar program kesehatan indra pendengaran ini dapat dikelola,baik
dari aspek manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan
kepada masyarakat yang mencakup promotif,preventif dan
kuratif,rehabilitasi,maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan
Indera Pendengaran di Puskesmas.Pedoman ini akan menjadi acuan bagi
petugas puskesmas dalam pelaksanaan dan pengembangan program
kesehatan Indera Pendengaran di wilayah kerja Puskesmas.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas


kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan,
pelaporan dan dituangkan dalam suatu sistem. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelenggarakan fungsi :
(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama
di wilayah kerjanya ; dan
(2) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama
di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM, puskesmas berwenang
untuk :
(1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan ;
(2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan ;
(3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
(4) menggerakkan masyarakat untk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
(5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
(6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia
Puskesmas;
(7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan,
melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan dan memberikan
rekomendasi terkait masalh kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dan respon penanggulangan penyakit
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Thaun
2014)
Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat tersebut di UPT
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Garut, maka diperlukan Upaya
kesehatan indera yang dikelola secara profesional. Keberadaan program
Kesehatan Indera di UPT Puskesmas Pameungpeuk berperan sebagai
“agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan
timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada
masyarakat.
Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme pelayanan unit kerja
Kesehatan Indera dalam pelayanan kesehatan di UPT Puskesma
Pameungpeuk, telah ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas
Nomor...................tentang Pedoman Pelayanan Unit Kerja Kesehatan
Indera UPT Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Garut.

B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini dimaksudkan Sebagai panduan bagi pelaksana
Program Upaya Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di UPT
puskesmas Pameungpeuk.

1. Tujuan umum:
Meningkatnya derajat kesehatan Indera Pendengaran
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

2. Tujuan Khusus:
 . Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas
kesehatan dan kade . Meningkatnya kesadaran,sikap dan
perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam
menanggulangi gangguan pendengaran dan ketulian.
 .Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan Indera
Pendengaran kepada masyarakat
 .Meningkatnya temuan kasus gangguan pendengaran
secara dini
 .Meningkatnya cakupan pelayana kesehatan Indera
Pendengaran masyaraka

C. SASARAN PEDOMAN
Petugas kesehatan puskesmas sebagai pelaksana Program Upaya
Kesehatan Indera penglihatan dan pendengaran di UPT puskesmas
Pameungpeuk.
1.Sasaran Primer:

 Bayi
 Balita
 Anak usia sekolah/remaja
 Usia produktif
 Ibu hamil
 Pekerja industri
 Usia lanjut

2. sasaran sekunder

 Tenaga kesehatan
 Kader
 Tokoh masyarakat.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pelayanan kesehatan Indera meliputi :
Ruang lingkup Upaya Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran
ini meliputi pelayanan kesehatan mata dasar, yang bisa dilaksanakan di
Puskesmas dengan merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani ke Rumah
Sakit:

(1) Kegiatan kesehatan Indera di dalam gedung UPT puskesmas


Pameungpeuk

(2) Kegiatan kesehatan Indera di luar gedung UPT puskesmas


Pameungpeuk

Dengan jejaring pelayanan puskesmas adalah :


(1) Puskesmas Pembantu
(2) Bidan Desa
Dengan jejaring pelayanan kesehatan Indera Lintas sector adalah :
(1) Kecamatan
(2) Lintas sektor lain (dinas pendidikan, koramil)
(3) Kelurahan/Desa
(4) Kader Posyandu
E. BATASAN OPERASIONAL
Upaya pelayanan Kesehatan Indera UPT Puskesmas Pameungpeuk
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan indera dengan
sasaran individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas
pameungpeuk.
Batasan operasional untuk pelayanan kesehatan Kesehatan Indera UPT
Puskesmas Pameungpeuk meliputi :
(1) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan
dan meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu,
keluarga atau masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan , menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota masyarakat)
yang dilakukan oleh petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan
atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan
membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang
mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi masalah
bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan untuk
dipecahkan secara bersama. Dari hasil tersebut tentunya masyarakat
melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut tidak menjadi masalah
lagi. Tentunya upaya-upaya kesehatan tersebut bersumber dari
masyarakat sendiri dengan dukungan dari Puskesmas.
Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam
penanggulangan masalah kesehatan Indera di lingkungan mereka
dengan dukungan dari Puskesmas.
Beberapa yang harus dilakukan oleh Puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat yang berwujud UKBM :
- Pembentukan kader katarak
- Pembinaan kader katarak
Disamping itu Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yaitu :
- Menggerakkan lintas sektor di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
- Memantau dan melaporkan secara aktif penemuan kasus yang
berhubungan dengan program kesehatan indera di wilayah kerjanya.
- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Ketiga hal tersebut bertujuan untuk mendorong kader dan masyarakat
untuk membantu pelayanan kesehatan Indera melalui bantuan dana,
sarana, metode yang dimilikinya dan diutamakan pada sasaran yang
tepat.
(2) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di
lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat,
Puskesmas membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga
advokasi perlu dilakukan. Misalnya dalam rangka mengupayakan
Lingkungan Puskesmas yang bebas katarak.
Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa
sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh
tahapan-tahapan :
(1) memahami/menyadari pentingnya dibentuk kader katarak untuk
mendeteksi awal pasien dengan kelainan indera penglihatan terutama
katarak,
(2) tertarik untuk ikut berperan serta dalam membantu orang dengan
penyakit katarak
(3) menyepakati kegiatan pembentukan kader katarak
(4) menyampaikan langkah tindak lanjut. Jika keempat tahapan tersebut
dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat
dikatakan advokasi tersebut berhasil

Langkah tindak lanjut di akhir perbincangan menunjukkan adanya


komitmen untuk memberikan dukungan. Selama perbincangan, seorang
advokator (misalnya Kepala puskesmas) terus memantau respon
sasaran advokasi.
Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh hanya
seorang individu, melainkan melalui jejaring. Artinya sebelum melakukan
advokasi, sang advokator terlebih dahulu mengembangkan kemitraan
dengan sejumlah pihak yang potensial. Advokasi harus dilakukan secara
terus menerus sampai pihak-pihak yang terkait (stake holders) yang
diadvokasi memberikan dukungan.
Sebagai contoh, dalam advokasi tentang pembentukan kader
katarak untuk di posyandu. Kepala Puskesmas sebaiknya menggalang
kemitraan dulu dengan camat dan kepala desa.

(3) Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus di tegakkan. Kemitraan di kembangkan antara petugas
kesehatan puskesmas dengan sasarannya dalam pelaksanaan
pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Disamping itu, kemitraan
juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektifitas kesehatan Indera, petugas kesehatan UPT Puskesmas
Pameungpeuk harus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas
kesehatan Puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain)
dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi.
Disamping itu kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa
untuk meningkatkan efektifitas kesehatan Indera, petugas kesehatan
Puskesmas harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti
kader posyandu.Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan
dan dipraktikan adalah
a. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptaknnya hubungan yang bersifat
hierarkis (atas bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan
menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang
sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya
kejujuran dari masing-masing pihak, Setiap usul/saran/komentar harus
disertai dengan itikad yang jujur,sesuai fakta, tidakmenutup-tutupi
sesuatu.
c. Saling menguntungkan.
Solusi yang di ajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan di
semua pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara
tenaga kesehatan Puskesmas dengan pasien/kliennya, maka setiap
solusi yang ditawarkan hendaknya juga berisi penjelasan tentang
keuntungannya bagi si pasien/klien. Demikian juga dalam hubungan
antara Puskesmas dengan pihak donatur.
Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan : tujuh saling)
yang harus diperhatikan dan dipraktikkan dalam mengembangkan
kemitraan, yaitu :
a. Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing
b. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
c. Saling berupaya untuk membangun hubungan
d. Saling berupaya untuk mendekati
e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan di
bantu
f. Saling mendukung upaya masing-masing, dan
g. Saling menghargai upaya masing-masing.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber daya manusia
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan kesehatan
Indera Puskesmas Pameungpeuk adalah Sumber Daya Manusia (SDM).
Yang di maksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan job
spesifikasi, yaitu minimal golongan/jabatan, masa kerja minimal,
pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai performance (kinerjanya),
dan standar kompetensi.
Pengelolaan pelayanan kesehatan Indera hendaknya dilakukan oleh
koordinator yang mempunyai kapasitas di bidang kesehatan Indera.
Penanggung jawab pelayanan kesehatan Indera UPT Puskesmas
pameungpeuk di pilih dari tenaga Perawat.
Adapun pola ketenagaan yang ada di unit pelayanan kesehatan
Indera UPT Puskesmas Pameungpeuk saat ini adalah sebagai berikut :

Kualifikasi
No Nama Pendidika Jumlah
Status n Pelatihan
Lilis Yudhia Non
1 S1 Ners - 1
Roswana,S.Kep.Ners PNS

Untuk UPT Puskesmas Pameungpeuk , Kualitas Sumber Daya Manusia


belum sesuai,masih ada kekurangan dalam kualifikasi pelatihan karena
petugas pemegang program indera belum ada pelatihan secara
khusus,akan tetapi terus diupayakan agar tercapai pola ketenagaan yang
sesuai.
B. Distribusi ketenagaan Unit Pelayanan Kesehatan Indera
Distribusi ketenagaan Unit Pelayanan Kesehatan Indera UPT
Puskesmas Pameungpeuk

Puskesmas
No Jenis Tenaga
Wajib Ada Kekurangan

1 Sarjana Keperawatan,Ners 1 1 -
C. Jadwal Kegiatan Unit Pelayanan Kesehatan Indera UPT Puskesmas
Pameungpeuk

No Jenis Pelayanan Waktu

sesuai jadwal yang telah di


1
Kegiatan luar gedung buat
Sesuai jadwal yang telah di
2 Kegiatan dalam gedung
buat

BAB III
STANDAR FASILITATIF
A. Denah gedung dan Ruang pelayanan Kesehatan Indera

PINTU
U MASUK
Ruang tunggu
Ruang
pendaftaran

R.MEDREC
Ruju
R.

kan

R.GIGI
MTBS
R.

R.Layanan
R.LANS

(indera

Umum
IA

(indera)

R.KIA R.KASIR

R.VAKSIN

R.TUNGGU OBAT
WC PASIEN

APOTEK
PINTU KELUAR

Standar Fasilitas pelayanan


Ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang optimal, efektif dan efesien di Puskesmas. Berikut ini
daftar peralatan puskesmas di ruang kesehatan iNDERA Berdasarkan
Permenkes No 75 tahun 2014 :

Peralatan Pelayanan Kesehatan Mata Primer

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan mata primer harus memiliki peralatan kesehatan mata antara
lain:

a) Trial frame untuk pemeriksaan refraksi


b) Buku Ishihara Tes
c) Trial lens set untuk Pemeriksaan refraksi
d) Lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 Dioptri
e) Opthalmoscope direk
f) Snellen Chart 2 Jenis (E Chart + Alphabet Chart)
g) Tonometer Schiotz
h) Kartu Tumbling E

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN INDERA DI PUSKESMAS
A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan Kesehatan Indera Dalam Gedung Puskesmas

Yang di maksud dengan kegiatan kesehatan Indera di


dalam gedung UPT Puskesmas Pameungpeuk adalah kegiatan
kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung UPT
Puskesmas Pameungpeuk seperti di tempat pendaftaran, poliklinik,
ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran
dan halaman puskesmas.
Kegiatan kesehatan Indera di dalam gedung UPT Puskesmas
Pameungpeuk dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang
diselenggarakan puskesmas. Berikut ini rincian keterangan bentuk
kegiatan kesehatan indera yang dilakukan di dalam gedung UPT
Puskesmas Pameungpeuk
A) Tempat Pendaftaran
Kegiatan kesehatan indera di tempat pendaftaran dilakukan
dengan penyebaran informasi leaflet dan selebaran yang
dipasang/diletakkan di depan loket pendaftaran. Adapun jenis
informasi yang disediakan, yaitu :
- Alur pelayanan Puskesmas
- Jenis pelayanan kesehatan
- Informasi tentang kegiatan operasi katarak

B) Poliklinik Umum

- Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien


meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau
tentang jadwal operasi katarak

- Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan


adalah orang yang mengantarkannya ke Puskesmas.
Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai
media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu
polikilinik umum khususnya di ruang tunggu di pasang media
seperti poster, selebaran (leaflets) yang berisi informasi
tentang berbagai penyakit dan pencegahannya. Dengan
mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang
diderita pasien, diharapkan dapat membantu Puskesmas
memberikan informasi kepada pasien.

- Pemasangan poster dan leaflet mendorong pasien untuk


berperilaku sesuai yang di kehendaki agar penyakit atau
masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

C) Ruang Perawatan Inap


Pemberdayaan terhadap pasien rawat inap dilakukan terhadap
pasien lansia dengan katarak
(D) Ruang Tunggu

- Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat


inap adalah penjenguk. Biasanya para penjenguk ini sudah
berdatangan beberapa saat sebelum waktu kunjungan
dimulai. Agar para penjenguk tertib saat menunggu waktu
berkunjung di sediakan ruang tunggu bagi mereka. Jadi
ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan informasi kegiatan kesehatan indera.

D) Laboratorium

- Di laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit),


juga individu pengunjung (orang sehat), dan para
pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri
mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu :
. Bagi pasien adalah ketepatan untuk diagnosis yang
dilakukan oleh dokter

. Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk


memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan
untuk tetap sehat.

- Pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal


terlalu lama di laboratorium. Oleh karena itu di laboratorium
dilakukan promosi kesehatan dengan media poster yang
dapat d baca dan leaflets yang dapat di ambil gratis.

E) Ruang obat

- Di pelayanan obat juga dapat di jumpai baik pasien/individu,


keluarga atau pengantarnya informasi bisa disampaikan.

- Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet/selebaran


tentang informasi kesehatan.

F) Tempat pembayaran

Sebelum di periksa bagi pasien rawat jalan dan sebelum pulang


bagi pasien rawat inap yang sudah sembuh harus singgah di
tempat pembayaran. Di sini khususnya untuk pasien rawat inap
disampakan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Juga disampaikan bahwa kapan pun
kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu
untuk datang lagi ke Puskesmas.

G) Klinik Khusus

Kegiatan kesehatan indera yang diselenggarakan di klinik


konseling adalah berupa layanan konsultasi. Biasanya
pelayanan disini berupa membantu upaya pemecahan masalah
yang dirujuk dari poliklinik umum.

2. Kegiatan Kesehatan indera di Luar Gedung Puskesmas


Kesehatan indera di luar gedung adalah kegiatan kesehatan indera
yang dilakukan di luar gedung Puskesmas . Artinya program
kesehatan indera di lakukan untuk masyarakat yang ada di wilayah
kerja Puskesmas . Pengorganisasian masyarakat merupakan
suatu proses penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pencatatan dan penilaian
dalam membangun masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri secara swadaya sesuai kemampuannya,
khususnya yang berkaitan dengan kesehata indera. Diharapkan
masyarakat dapat bersama petugas kesehatan melaksanakan hal-
hal sebagai berikut:
a. Menggali dan mendorong partisipasi masyarakat
b. Bersama-sama melaksanakan program secara efektif dan
efesien
c. Melaporkan penemuan pasien katarak.

BAB V
LOGISTIK

Manajemen logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses


mengenai perencanaan, penentuan, kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik
adalah tersedianya bahan setiap saat di butuhkan, baik mengenai jenis, jumlah
maupun kualitas yang dibutuhkan secara efesien. Manajemen logistik unit
pelayanan kesehatan Indera UPT Puskesmas Pameungpeuk adalah sebagai
berikut :
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan kesehatanindera menghitung dan
merencanakan kebutuhan media kesehatan indera berupa leaflet, poster,
spanduk kesehatan indera yang sudah direncanakan. Analisa kebutuhan
penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu tertentu
berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan target kinerja
pelayanan. Menyesuaikan perencanaan kebutuhan dengan
memperhatikan persediaan awal materi kesehatan yang sudah ada.
b. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan logistic
kegiatan operasi katarak dan penjaringan pasien katarak ke masyarakat
untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di atas dengan harga
satuan berdasar indeks harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Garut, sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran tersebut.
Penganggaran kebutuhan unit pelayanan kesehatan indera UPT
puskesmas Pameungpeuk memanfaatkan dana BOK.
c. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang
dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik
melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat.
Untuk pengadaan materi pelayanan kesehatan indera di Puskesmas
Pameungpeuk dilakukan denan pembelian materi yang sudah siap
pakai , pengadaan sendiri leaflet kesehatan sesuai kebutuhan
perencanaan unit pelayanan dan menerima dropping dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut.
d. Penyimpanan
Material media kesehatan indera yang diperoleh di catat dan disimpan di
pemegang program indera UPT Puskesmas Pameungpeuk untuk
didistribusikan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.
e. Pendistribusian
Pendistribusian materi kesehatan indera di UPT Puskesmas
Pameungpeuk dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan indera. Efisiensi pelaksanaan pendistribusian akan
mempengaruhi kecepatan penyediaan material baru. Penanggung jawab
pendistribusian adalah penanggung jawab unit pelayanan kesehatan
indera UPT puskesmas Pameungpeuk.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab pengurus
barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang diperlukan
karena:

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali


2. Bahan/barang tidak dapat di daur ulang atau tidak ekonomis untuk di
daur ulang
3. Bahan/barang sudah melewatimasa kadaluarsa (expire date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan material kesehatan indera di UPT Puskesmas
Pameungpeuk dilakukan dengan pemusnahan, yaitu dibakar atau
dipendam/ditanam.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan


yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin
melalui praktek yang terbaik untuk mencapai luaran yang optimum. (The
Canadian Patient Safety Dictionary, Oktober 2003). Keselamatan sasaran
menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam pelayanan
kesehatan indera yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.
Tujuan keselamatan sasaran adalah tercapainya budaya
keselamatan sasaran pelayanan kesehatan indera UPT puskesmas
Pameungpeuk, meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) petugas
kesehatan indera terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak
diharapkan ), serta terlaksananya program –program pencegahan,
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan kesehatan indera
sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
1). Ketepatan identifikasi sasaran
Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan kesehatan
indera sesuai rencana kegiatan pelayanan kesehatan indera yang telah
disusun.
2). Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran
promosi kesehatan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir pelayanan kesehatan
indera dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami
informasi yang diberikan.
3). Peningkatan keamanan sarana kesehatan indera
Memantau lokasi, bangunan dan material untuk kegiatan kesehatan indera
yang dapat membahayakan keselamatan sasaran kesehatan indera.
4). Kepastian tepat-lokasi, tepat-metode,tepat-sasaran
Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP)
pelayanan kesehatan indera untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda
dan sasaran pelayanan kesehatan.
5). Pengurangan resiko psikososial terkait pelayanan kesehatan
Resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat
terjadi selama pelayanan kesehatan berlangsung. Untuk meminimalisir
bahkan menghindari hal tersebut diperlukan komitmen bersama sasaran,
memililh metode yang tepat dan memberikan reward.
6). Pengurangan resiko sasaran jatuh/terluka
Memilih dan memantau lokasi pelayanan kesehatan untuk menghindari
sasaran mengalami cedera baik dalam perjalanan maupun selama dalam
ruangan menerima pelayanan kesehatan indera.
Sistem keselamatan sasaran pelayanan promosi kesehatan
dilakukan dengan melakukan asessment resiko, identifikasi resiko,
dampakdan menyusun implementasi solusi untuk mengendalikan atau
meminimalkan timbulnya resiko.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah
bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung Puskesmas. Risk Assesment melakukan identifikasi
potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak atau akibatnya. Dari berbagai
potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu


merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang
dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang
diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu pada pelayanan indera
UPT Puskesmas Pameungpeuk diperlukan agar terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model
manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan
menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement)
atau kaizen mutu pelayanan kesehatan indera.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan,
dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi
perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk
melaksanakan peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya
mengacu pada upaya peningkatan mutu.
Pada unit pelayanan kesehatan indera UPT Puskesmas Pameungpeuk
kegiatan pelayanan kesehatan dimulai dari pendataan/survey sasaran dan
kebutuhan sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen pelaporan kegiatan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan
rencana tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan
disusun standar operasional prosedur (SOP) untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan yang sesuai standar pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak
lanjut dilaksanakan untuk mengatasi adanya kesenjangan antara
perencanaan dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan didokumentasikan secara
periodik.
BAB IX
PENUTUP

Sebagaimana telah dikemukakan dalam kata pengantar dibagian


awal Pedoman ini, dokumen ini akan mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan masalah di masyarakat dan kemajuan ilmu-ilmu
terkait kesehatan Indera.

Pedoman ini dapat saja mengalami penyesuaian setiap saat baik


berupa penambahan maupun penggantian susunan maupun isi nya.
Untuk itu Pelaksana Program Upaya Kesehatan Indera Puskesmas
pameungpeuk selalu dengan tangan terbuka mengundang dan
menampung berbagai masukan dan atau perbaikan dalam rangka
penyempurnaan pedoman ini.

Sekali lagi tim penyusun berharap Pedoman ini dapat bermanfaat


dalam membantu dan memudahkan semua pihak untuk menjalankan
tugasnya, serta meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.

Oleh karena itu sebelumnya dan dengan setulusnya tim penyusun


mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Pameungpeuk, Januari 2019


Pemegang Kesehatan Indera

Lilis Yudhia Roswana,S.Kep.Ners

Anda mungkin juga menyukai