Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak yang telah membantu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca .
karena keterbatasan dan pengetahuan kami masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah kami tentang Landasan dan asas-asas pendidikan dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Yogyakarta, 5 September 2018

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karna pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Landasan-landasan
pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia
Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam
penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil-hasil
pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia.

Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis,


dan kultural, yang sangat memgang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa
depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawsan yang tepat
tentang pendidikan. Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan
asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat, wawasan itu akan
memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konsptual
maupun operasional.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pancasila sebagai landasan filosofis sistem pendidikan nasional?

2. Bagaimana landasan sosiologi untuk pendidikan?

3. Apa saja asas-asas yang digunakan dalam pendidikan?

C. TUJUAN

Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengantar Pendidikan” dan menjelaskan apa
saja landasan dan asas-asas pendidikan. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis, serta mengajak para pembaca supaya lebih banyak
mengetahui dan mengenal apa saja landasan dan asas-asas pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dari generasi
ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu
diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap
masyarakat terbentuk. Oleh karna itu, meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi
perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural
tersebut. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta
berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia.kajian ketiga landasan
itu (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan
wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.

Selanjutnya, terdapat dua landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya
pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan psikologis dan landasan iptek. Landasan
psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta
didik dan cara-cara belajarnya. Sedangkan landasan iptek akan membekali tenaga
kependidikan, khususnya guru, tentang sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan
psikologis dan landasan iptek tersebut akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan
dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati
diri peserta didik dan penguasaan iptek tersebut.

1. LANDASAN FILOSOFIS
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan , apa yang seharusnya menjadi
tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofil adalah landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat ( falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa
yunani, phileim berarti mencintai,dan Sophos atau shopis berarti hikmah, arif, atau
bijaksana. Fisafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual yang
menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Kosepsi-konsepsi
filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua
factor, yaitu:
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan menalaran.
Filsafat berada diantara keduanya : kawasannya seluas dengan religi, namun lebih
dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena
mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992 : 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berfikir bebas serta
merentang pikiran sampai sejauh jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah
filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:

1) Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh
setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu
pengetahuannya itu.
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal yang mencakup logika,
epistemology ( tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk),
estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”,
termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik ( fisafat pemerintahan).

Selanjutnya perlu dikemumukakan secara ringkas mazhab filsafat pendidikan yang


besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggarakan pendidikan. keempat
mazhab filsafat pendidikan itu ( Redja Mudyahardjo, et.al.,1992:144-150; Wayan
Ardhana ,1986: 14-18) adalah:

1) Esensialisme
Merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan elektitisme tersebut maka essensialisme
tersebut menitikberatkan penerapan prinsip-prinsip idealisme atau realisme
dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikn dasar
tinjauan filosofis bagi mata pelajaran sejarah, sedangkan ilmu pengetahuan alam
diajarkan berdasarkan pada tinjauan yang realistik. Matematika yang sangat
diutamakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realisme, karena
matematika adalah alat menghitung penjumlah dari apa-apa yang riil,
materiil,nyata.
Mazhab esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak adanya semacam
pertentangan diantara para pendidik sehingga mulai timbul pemisahan antara
pelajaran-pelajaran teoritik yang memerdekaan akal dengan pelajaran-pelajaran
praktek. Menurut Mazhab esensialisme, yang termasuk (liberal arts), yaitu:
 Penguasaan bahasa termasuk retorika
 Gramatika
 Kesusasteraan
 Filsafat
 Ilmu kealaman
 Matematika
 Sejarah
 Seni keindahan

2) Perenialisme
Ada persamaan antara penerialisme dan essensialisme, yakni keduanya
membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-
pokok (subject centered) perbedaannya ialah perenialisme menekankan pada
keabadian teori kehikmatan, yaitu:
1. pengetahuan yang benar (truth)
2. keindahan (beauty)
3. kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Mazhab perenialisme memiliki penganut pada perguruan swasta di
Indonesia, karena mengintegrasikan kebenaran agama dengan kebenaran ilmu.
Karena kebenaran itu satu, maka harus ada satu system pendidikan yang berlaku
umum dan terbuka kepada umum. Juga sebaiknya kurikulum bersifat wajib dan
berlaku umum, yang harus mencakup:
 Bahasa
 Matematika
 Logika
 Ilmu pengetahuan alam
 Sejarah

3) Pragmatisme dan progresivisme


Pragmatisme merupakan mahzab pendidikan yang memandang segala sesuatu
dari nilai kegunaan praktis, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan
pemikiran.
Progresivisme atau gerakan pendidikan yang prograsif mengembangkan teori
pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip antara lain sebagai
berikut:
 Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
 Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar
 Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar

4) Rekonstruksionisme
Mahzab rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara
berpikir progresif dalam pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga
pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat. Oleh karena itu sekolah perlu
mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan yang demokratis.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang
hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan
bahwa pembangunan nasional termasuk dibidang pendidikan, adalah pengamalan
pancasila, dan untuk itu pendidika nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan
manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu
mandiri” (Undang-Undang, 1992: 24) sedangkan ketetapan MPR-RI No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila menegaskan
pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indoneia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta
muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan, dengan kata lain:
pancasila sebagai sumber system nilai dalam pendidikan.

2. LANDASAN SOSIOLOGIS
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup
lainnya, yakni hewan. Meskipun demikian, pengelompokkan manusia jauh lebih rumit
dari pengelompokkan hewan pada hewan, hidup berkelompok memiliki ciri-ciri (Wayan
ardana, 1968:modul 1/62) sebagai berikut:
 Ada pembagian kerja yang tetap pada anggotnya
 Ada ketergantungan antara anggota
 Ada kerja sama antar anggota
 Ada komunikasi antara anggota, dan
 Ada diskriminasi antar individu yang hidup dalam suatu kelompok dengan individu
yang hidup dalam kelompok lain.

3. LANDASAN KULTURAL
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan tiap manusia selalu menjadi
anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karna itu, dalam UU-RI
No.2 tahun 1989 pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan system
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan yang berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan
dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupun secara formal sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan
pelaksaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat dimana proses
pendidikan itu berlangsung. Dimaksud kan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan
karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi
yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan
selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut
dapat berwujud:
 Ideal seperti ide, gagasan,nilai, dan sebagainya
 Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
 Fisik yakni benda hasil karya manusia. (Koentjaraningrat, 1975: 15-22).

4. LANDASAN PSIKOLOGIS
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya
landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia.
Khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa
pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan
pendidikan, yakni strategi disposisional, teruama pandangan konstitusional dan
kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada faktor hereditas dalam
perkembangan manusia pada strategi behavioural dan strategi phenomenologis
ditekankan peranan faktor belajar dalam perkembangan tersebut, akan tetapi keduanya
mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi. Itu
terjadi karena adanya “Two models of man” (istilah dari William D. Hitt 1969) yang
menyebabkan terjadinya “Lockean and Leibnitzian tradition” (isitlah dari G.W. Allport).
Bagi tradisi ala J. Locke (Lockean Tradition) pengetahuan berasal dari stimulasi
eksternal sehingga manusia adalah penerima dan pelanjut informasi (a receiver and
transmitter of information) sedangkan tradisi ala G. Leibnitz (Leibnizinan Tradition)
berpendapat bahwa pengetahuan strategi behavioural yang bertolak dari “Lockean
Tradition” memandang manusia terutama sebagai makhluk pasif yang tergantung pada
pengaruh lingkungannya. Pandangan ini antara lain tampak pada B.F Skinner dengan “A
Scientific Psychology”. Strategi phenomenologis bertolak dari “Leibnitzian Tradition”
yang memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan
pilihan-pilihan sendiri, pandangan ini tampaknya pada “A Humanistik Psychology” dari
Carl R. Rogers. Dalam kenyataannya manusia bukan hanya “receiver and transmitter of
information” tetapi juga “generator of information” (Sulo Lipu La Sulo 1981). Perbdaan
pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikoedukatif antara lain tampak
dalam perbedaan pandangan tentang teori-teori belajar, faktor-faktor penentu
perkembangan manusia, dan sebagainya. Perbedaan pandangan tersebut dapat
berdampak dalam pandangan tentang pendidikan.

5. LANDASAM ILMIAH DAN TEKNOLOGIS


Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang
sangat erat seperti diketahui, iptek menjadi bagian dalam pengajaran dengan kata lain,
pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi
lain, setiap perkembangannya iptek harus segera diakomodasi oleh pihak pendidikan
sebagai bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-
cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi). Seiring
dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu pendidikan juga mengalami kemajuan yang
pesat demikian pula dengan cabang-cabang khusus dari ilmu-ilmu perilaku yang
mengkaji pendidikan seperti psikologi pendidikan dan sosiologi pendidikan. Kemajuan
cabang-cabang yang cepat dan tepat, dan pada gilirannya, diterjemahkan menjadi
program, alat, dan atau prosedur kerja yang akan bermuara pada kemajuan teknologi
pendidikan.
Dengan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks
maka pendidikan dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasikan
perkembangan itu. Baik perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Disisi
lain pendidikan formal telah mengembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
lingkup kegiatan yang luas dan kompleks. Konsekuensi pendidikan itu menyebabkan
penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja,
pemantapan pengelolaan, dan lain-lain harus haruslah dilakukan dengan memanfaatkan
iptek itu. Selanjutnya karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak
teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi kedalam penyelengaraan pendidikan
dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan itu.

B. ASAS ASAS POKOK PENDIDIKAN


Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksaan pendidikan. Didalam Bab I secara
tersirat telah dikemukakan berbagai asas tersebut dengan pengkajian berbagai dimensi
hakikat manusia (keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan
tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam
pendidikan. salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan
dapat mendidik diri sendiri. Seperti diketahui, manusia dilahirkan hamper tanpa daya dan
sangat tergantung pada orang lain (orang tuanya, terutama ibunya) namun memiliki potensi
yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu melalui pendidikan dapat
dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat merancang dan membuat pesawat angkasa
luar yang dapat menjelajah ruang angkasa, dan mampu merekayasa genetika yang memicu
revolusi hijau dengan berbagai bibit unggul, ataupun sebaliknya mampu membuat bom yang
dapat menghancurkan manusia dan kebudayaannya.

Khusus untuk pendidikan di indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Diantara
berbagai asa tersebut, tiga buah asas akan dikaji lebih lanjut dalam paparan ini, ketiga asas
itu adalah asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam
belajar. Ketiga asas itu, dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini
maupun masa depan. Oleh karna itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan
tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam
penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.

1. ASAS TUT WURI HANDAYANI


Asas Tut Wuri Handayani,yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya
merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional
Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani
merupakan inti dari system Among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan Tut Wuri
Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu mendapat tanggapan
positif dari Drs.R.M.P.Sostro Kartono ( Filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan 2
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun
Karso. (Raka Joni,et.al.,1985:38;wawasan kependidikan guru, 1982:93.)
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:
 Ing Ngarsa Sung Tulada ( Jika didepan, memberi contoh).
 Ing Madya Mangun Karsa (Jika ditengah tengah, membangkitkan kehendak,hasrat
atau motivasi) dan
 Tut Wuri Handayani ( Jika dibelakang, mengikuti dengan awas).

Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari asas tut wuri handayani perlu
dikemukakakn ketujuh asas perguruan nasional taman siswa yang lahir pada tanggal 3
juli 1922 berdiri diatas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi
pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan sikap yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut
“asas 1922” adalah sebagai berikut:

a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perkehidupan umum.
b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir
dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan diri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat mengjangkau kepada seluruh
rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun
batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apa pun
dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjani sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-
anak.

2. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long educating). Pendidikan seumur hidup
merupakan a concept (P. Lengrad 1970) yang new significance (Cropley, 1976). Oleh
karena itu, UNESCO Institute for Education ( UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi
kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah yang harus:

 Meliputi seluruh hidup setiap individu


 Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, keterampilan, dan sikap yang dapat
meningkatkan kondisi hidupnya.
 Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap
individu.
 Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
 Mengakui kontribusi dari semau pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk
yang formal, non formal dan informal.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar disekolah seharusnya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu membelajarkan peserta didik dengan
efisien dan efektif dan serentak dengan itu meningkatkan kemauan dan kemampuan
belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Ditinjau dari pendidikan
sekolah masalahnya adalah bagaimana merancang dan mengimplementasikan suatu
program belajar mengajar sehingga mendorong terwujudnya belajar sepanjang hayat,
dengan kata lain, terbentuk manusia dan masyarakat yang mau dan mampu terus menerus
belajar.

3. ASAS KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR


Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsip
nya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam
belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk
ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat
diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu
mandiri dalam belajar karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang
hayatnya apabila selalu tergantung pada guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator,
organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan
mengatur berbagai sumber belajar. Sedemikian sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
Pengembangan kemandirian dalam belajar ini sebaiknya dimulai dalam kegiatan
intrakurikuler dan ekstra kurikuler atau untuk latar perguruan tinggi dimulai dalam
kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi
membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar,
yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar didalam bentuk-
bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko dan ekstrakurikuler itu.
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang
dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar. Cara belajar siswa
aktif merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut
mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar mengajar
disekolah, umpamanya dalam lembaga kerja. Disamping itu beberapa jenis kegiatan
belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandiriran dalam
belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram dan
sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat dilakukan dengan semestinya apabila
setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar
(PSB) yang memadai. Sebagai diketahui bahwa PSB itu memberi peluang tersedianya
berbagai sumber belajar, disamping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman
elektronik, ruang belajar tutorial sebagai mitra kelas dan sebagainya. Dengan dukungan
PSB itu asas kemandirian dalam belajar itu akan dimantapkan dan dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai