A. PENGERTIAN MOTIF
Seperti telah dipaparkan di muka, baik hewan maupun manusia merupakan makhluk
yang hidup, makhluk yang berkembang, makhluk yang aktif. Hewan dan manusia dalam
berbuat atau bertindak selain terikat oleh faktor-faktor yang datang dari luar, juga
ditentkan oleh faktor-faktor yan terdapat dalam diri organisme yang bersangkutan. Oleh
karena itu, baik hewan maupun manusia dalam bertindak selain ditentukan oleh faktor luar
juga ditentukan oleh faktor luar, yaitu berupa kekuatan yang datang dari organisme yang
bersangkutan yang menjadi pendorong dalam tindakannya. Dorongan yang datang dari
dalam untuk berbuat itu disebut motif. Motif berasal dari bahasa latin Movere yang berarti
bergerak atau to move(branca, 1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving
force.
Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan
dengan faktor-faktor lain. Hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah
tujuan. Motivasi memiliki tiga aspek, antara lain:
1. Keadaan terdorong dalam diri organisme(a driving state), yaitu kesiapan bergerak
karen kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karea keadaan lingkungan, atau karena
mental seperti berpikir dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan.
3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
C. LINGKARAN MOTIVASI
Motivasi mempunyai sifat siklas(melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku
tertuju kepada tujuan(goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai motivasi itu berhenti.
Tetapi itu akan kembali ke keadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi. Siklus
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Misalkan, seorang ingat akan kepuasan pada waktu ia mengikuti pertunjukan orkes
keroncong ( stimulis atau input dari ingatan), keadaan ini akan memebrikan kesadaran
bagi orang tersebut apabila mungkin akan melihat lagi pergelaran orkse keroncong
( kesadaraan akan potensi kepuasan yang akan diperoleh oleh atau merupakan motive
state). Orang tersebut kemudian mencari informasi di mana ada acara orkes keroncong
diadakan dan dia merencanakan untuk melihatnya (goal selection). Setelah mendaptkan
informasi maka orang akan pergi menonton untuk mendapatkan kepuasan. Dengan
demikian dapat dikemukana bahwa yang tadinya hanya merupakan keadaan yang
pontensial, dengan pergi melihat orkes keroncong maka orang mendapatkan kepuasan
secara nyata.
D. TEORI-TEORI MOTIF
Motif timbul karena stimulasi internal, stimulasi eksternal, maupun interkasi antara
keduannya. Teori motif dibagi menjadi beberapa antara lain :
1. Teori Insting (instict theory )
2. Teori Dorongan ( drive theory )
3. Teori Insentif ( insentive theory)
4. Teori Atribusi
5. Teori Kognitif
E. JENIS-JENIS MOTIF
1. Motif Fisiologis
Motof Fisiologis atau dorongan ini pada umunya berakar pada keadaan jasmani,
misal dorongn untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk
mendapatkan udara segar. Doron tersebut berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan
untuk melangsungkan eksistensinya sebagai mahluk hidup. Orang jika lapar pasti
ada dorongan untuk makan dan apabila haus ada dorongan untuk minum dan
sebagainnya. Karean itu motif ini juga sering di sebut motif dasar ( base motives )
atau motif primer ( primary motivies ), karean motif fisioligis berkaitan erat
dengan eksistensi kehidupan. Dorongan (drive) ini merupakan dorong atau motif
alami
(nattural motives),merupakan motof yang dibawa. Di samping adanya motif yang
alami, juga ada motif yang dipelajari ( Morgan,ddk.,1984; Woodworth dan
Marquis,1957 )
Motif bilogis ini muncul karena tidak adanya balans atau keseimbangan dalam
tubuh. Padalah tubuh membutuhkan adanya balans atau yang disebut homeistatis.
Apabila keseimbangan ini terganggu maka, adanya usaha untuk mencari atau
mengadakan keseimbangan ini. Misal udara dingin, maka keadaan medorong
manusia untuk mencari kehangatan, mencari selimut atau benda-benda lain yang
dapat digunakan untuk menyeimbangkan temperatur dalam badanya. Ini berarti
bahwa apabila ada sesuatu yang kurang atau tidak balans, maka orang akan
mencari balansnya, orang akan didorong untuk berbuat atau berperilaku untuk
memperoleh balansnya.
Dapat dikemukan bahwa motof itu timbuk karean adanya kebutuhan yang
diperlukan, motif manusia yang menyangkut motif sosial yaitu manusia
mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dnegan orang lain, atau mempunyai
kebutuhan akan kekuasaan. Kebutuhuna memicu timbulnya motif. Motif sosial
merupakan motif yang dipelajari, motif yang timbul dan berkembang dalam
interksi manusia dengan manusia yang lain. Walaupun motif fisiologis merupakan
motif alami,motif dasar, tetapi dalam manifestasinya akan dipengaruhi pula oleh
proses belajar.
2. Motif Sosial
Motif sosial adlah motif yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak
perilaku atau perbuatan manusia. Kemapuan untuk berhubungan dengan orang
lain satu dengan yang lainnya dapat berbeda-beda, maka memahami motif sosial
merupakan hal yang penting untuk mendapatlan gambaran tentang perilaku
individu atau kelompok.
McClelland (lih. Morgan dkk,. 1984) berpendapat bahwa motif sosial dapat dibagi
menjadi beberap hal antara lain :
1) Motif berprestasi (achievement motivation)
2) Motif berafiliasi atau kebutuhan afiliasi (need for affiliation)
3) Motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power atau n-power)
Dapat digambarkan ekspresi kebutuhan akan power yang ada pada diri
seseorang. Pendukung power dapat berbagai macam, misal orang yang
mempunyai uang banyak dapat menguasai orang lain untuk berbuat
sesuatu yang sesuai dengan orang yang mempunyai uang tersebut. Hal ini
disebut sebagai reward power, karena orang tersebut dapat memberikan
reward kepada pihak lainnya.
Motif organis adalah motif yang berkaitan dengan kebutuhan yang bersifat organis,
yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme. Misalnya
kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk minum, kebutuhan seksual, kebutuhan
akan udara segar. Kebutuhan untuk aktif dan istirahat termasuk dalam kebutuhan atau
motif ini juga.
Motif darurat merupakan motif yang bergantung pada keadaan disekitar atau diluar
organisme. Organisme sering dihadapkan pada situasi yang harus mengambil langkah
untuk menghindari bahaya. Misalnya orang menghadapi situasi yang membahayakan,
maka orang tersebut didorong untuk melepaskan diri dari bahaya tersebut.
a. Escape motif, yaitu motif yang ada pada organisme untuk melepaskan diri
dari keadaan bahaya
b. Motif melawan (combat motive) yaitu motif yang timbul apabila organisme
mendapatkan serangan, maka organisme akan melawannya
c. Motif untuk mengatasi hambatan, yaitu apabila individu mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan, akan ada motif untuk mengatasi hambatan
tersebut
d. Motif mengejar atau mencari (the pursuit motive), yaitu motif misalnya anak
diberi permainan baru, yang kemudian permainan itu disingkirkan, maka
pada anak akan timbul motif untuk mecarinya atau untuk mngejarnya.
Motif objektif dan minat merupakan motif yang bergantung pada lingkungan
organisme. Termasuk dalam motif ini ialah motif ekplorasi, motif manipulasi dan
motif minat (interest).
frustasi
Titik menggambarkan individu atau organisme. Tanda + menggambarkan tujuan yang ingin
dicapai, dalam hal ini adalah tujuan yang positif, tujuan yang menyenangkan. Blok ditengah
adalah kendala.
Sumber frustasi atau yang merupakan kendala itu dapat bermacam-macam, yaitu :
1. Dari lingkungan, misal norma sosial yang ada, merupakan kendala yang dapat
menimbulkan frustasi.
2. Kemampuan yang ada dalam diri individu yang tidak sesuai sehingga tidak dapat
mencapai tujuan.
3. Konflik antara motif-motif yang ada, dua motif atau lebih yang muncul bebarengan dan
membutuhkan pemenuhan, hal ini dapat menimbulkan frustasi.
G. JENIS KONFLIK
Di muka telah dipaparkan bahwa salah satu sumber frustasi dapat timbul karena adanya
konflik antara beberapa motif yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Memang
dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang atau sering individu menghadapi keadaan adanya
bermacam-macam motif yang timbul secara berbarengan, dan motif-motif itu tidak dapat
dikompromikan satu dengan yang lain, melainkan individu harus mengambil pemilihan dari
bermacam-macam motif tersebut. Keadaan ini dapat menimbulkan konflik dalam diri individu
yang bersangkutan. Menurut Kurt Lewin (lih. Underwood, 1949) ada tiga macam konflik
motif, yaitu:
1. Konflik angguk-angguk (approach-approach conflict)
Konflik ini timbul apabila individu menghadapi dua motif atau lebih yang kesemuanya
mempunyai nilai positif bagi individu yang bersangkutan, dan individu harus
mengadakan pemilihan diantara motif-motif yang ada. Keadaan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
+ organisme +
(approach-approach conflict)
- organisme -
(avoidance-avoidance conflict)
Di samping ketiga jenis motif tersebut di atas Hovland dan Sears (lih. Underwood,
1949) mengajukan satu jenis konflik lagi yaitu yang disebur double approach-avoidance
conflict atau juga disebut miltiple approach avoidance conflicts (Morgan, dkk., 1984).
Konflik ini timbul apabila organisme atau individu menghadapi dua objek atau lebih
yang mengandung baik nilai yang positif maupun nilai yang negatif, dan individu harus
mengadakan pemilihan. Keadaan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
+ +
organisme
- -
(double approach-avoidance conflict)
Suatu eksperimen mengenau konflik motif dapat dilaksanakan dengan menggunakan
conflict board yang diciptakan oleh Hovland dan Sears, yaitu berujud sebuah papan
dengan menggunakan empat buah lampu, 2 lampu merah dan 2 lampu hijau. Dengan alat
ini dapat ditimbulkan situasi (1) approach-approach (2) avoidance-avoidance (3)
approach-avoidance (4) double approach-avoidance, seperti telah dipaparkan di depan.
Apabila individu menghadapi bermacam-macam motif, ada beberapa kemungkinan
respons yang dapat diambil oleh individu yang bersangkutan, yaitu.
1. Pemilihan atau penolakan
Dalam menghadapi bermacam-macam motif atau objek individu dapat mengandalkan
pemilihan yang tegas, yaitu apabila beda anara motif satu dengan yang lain atau objek
satu dengan yang lain atau objek satu dengan yang lain itu begitu nyata, tetapi kalau
perbedaan antara keduanya begitu tipis sehingga seakan-akan keduanya sama, hal ini
akan menimbulkan konflik dalam diri individu yang bersangkutan.
2. Kompromi
Apabila individu menghadapi dua motif atau objek, ada kemungkinan individu dapat
mengalami respon yang berdifar kompromis, dalam arti menggabungkan keduanya.
Apabila hal tersebut dapat dilaksanakan, maka tidak akan menimbulkan konflik.
Tetapi kalau langkah kompromi tidak dilaksanakan, hal tersebut dapat menimbulkan
konflik. Misal seseorang ingin melanjutkan belajarm tetapi juga ingin bekerja. Kedua
keinginan tersebut dapat dikompromikan, yaitu belajar sambil bekerja. Tetapi kalau
seorang gadis mempunyai dua pacar, kedua pacar tersebut tidak dapat dikawini semua
pada suatu waktu, gadis tersebut harus mengadakan pemilihan diantara keduanya.
3. Ragu-ragu (bimbang)
Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan antara dua objek atau
dua motif, maka kadang kadang timbul kebimbangan atau keragu-raguan pada
individu dalam mengadakan pemilihan tersebut, ini terjadi dalan keadaan konflik.
Seakan-akan individu berayun dari satu pol ke pol yang lain. Individu hampir
memutuskan mengambil yang satu, tetapi yang lainpun juga akan diambil, sehingga
pemilihan beralih dari yang satu ke yang lainnya. Kebimbangan dan keraguan terjadi
karena masing-masing objek atau motif itu mempunyai nilai yang sama atau hampir
sama yang satu dengan yang lain, yang perbedaannya sangat tipis seperti telah
dijelaskan di depan.
Kebimbangan atau keragu-raguan pada umumnya tidak menenangkan bagi individu
yang bersangkutan, karena dapat mengganggu dalam kehidupan psikisnya. Keadaan
ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari hal tersebut,
segala untung dan ruginya, sehingga mungkin diperlukan pembuatan daftar alasan-
asalan secara cermat. Dengan demikian keputusan yang diambilnya merupakan
keputusan yang sebaik-baiknya. Tetapi terkadang kebimbanan itu berlangsung lama
sehingga sangat mengganggu individu yang bersangkutan. Karena itu kadang-kadang
individu mengambil keputusan secara serampangan saja, sebab individu beranggapan
bahwa adanya keputusan akan lebih baik daripada tidak ada keputusan sama sekali.
Disamping itu juga ada kemungkinan lain, yaitu individu menagguhkan persoalannya
intik sementara waktu, hingga indivifu akan menghadapi objek itu secara tenang,
individu akan dituntun oleh kata hatinya dalam mengambil keputusan. Keputusan
yang diambil atas kata hati memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu (1) sifatnya irasional,
kadang-kadang tidak dapat diterangkan dengan rasio mengapa keputusan semacam itu
diambilnya; (2) bersifat subjektif, yaitu keputusan itu berlaku bagi individu yang
bersangkutan. Adanya kemungkinan-kemingkinan itu tidak berlaku bagi orang lain,
(3) dalam keputusan ini bukan pikiran yang memutuskan, tetapi keputusan keluar dari
lubuk hati, dari kata hati individu yang bersangkutan.