Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Motivasi

2.1.1 Definisi Motivasi

Beberapa ahli memberi batasan tentang motivasi antara lain menurut

(Notoatmodjo, 2010), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan seseorang, agar mereka mau berbuat, bekerja efektif, dan

terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Menurut Koontz

(1986, dikutip dari Notoatmodjo, 2010).

Pada umumnya dibedakan antara motivasi intrinsik dan yang ekstrinsik.

Motivasi yang intrinsik berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan

karena seseorang senang melakukannya. Di sini motivasi datang dari dalam diri

orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan

itu sendiri, yang termasuk ke dalam motivasi intrinsik antara lain.

1. Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakan makhluk

hidup dalam aktifitas-aktifitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha.

2. Persepsi

Persepsi adalah Proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu

informasi terhadap stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek,

peristiwa, hubungan-hubungan antara gejala yang selanjutnya diproses oleh

otak.

8
9

3. Minat

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan

apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih, ketika seseorang menilai

sesuatu bermanfaat maka akan menjadi berminat kemudian hal tersebut akan

mendatangkan kepuasan.

Sebaliknya motivasi ekstrinsik berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan

atas dasar dorongan atau paksaan dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena

dia didorong atau dipaksa dari luar, yang termasuk motivasi ekstrinsik antara

lain :

1. Motif berprestasi

2. Motif berafiliasi

3. Hubungan sosial.

Dari definisi di atas, motivasi merupakan sesuatu yang bersifat dinamis

dan merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai

tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, hingga mendapatkan

tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang ada (Notoatmodjo,

2010).

2.1.2 Aspek-aspek Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2010), motivasi dibagi menjadi dua aspek yaitu

aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau aspek statis. 1) aspek aktif atau

dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan

dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai

tujuan yang diinginkan, 2) aspek pasif atau aspek statis yaitu motivasi akan

tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat
10

mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia kearah tujuan

yang diinginkan.

2.1.3 Teori-teori Motivasi

Stonner & Freeman (1995, dikutip dari Agoes, 2010) mengelompokkan

motivasi dalam empat teori yaitu : teori kebutuhan, teori keadilan, teori harapan,

teori penguatan.

Teori kebutuhan. Teori kebutuhan ini memfokuskan pada yang dibutuhkan

orang untuk hidup berkecukupan, dan berhubungan dengan bagian pekerjaan yang

dilakukan untuk pekerjaan seperti itu. Menurut teori ini, seseorang mempunyai

motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan

kehidupannya. Yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah :

1. Teori hirarki menurut Maslow. Dikembangkan oleh Abraham Maslow,

dimana dia memandang manusia sebagai Hirarki lima macam kebutuhan,

dimulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan

tertinggi yaitu aktualisasi diri.

2. Teori ERG. Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa

orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (existence

kebutuhan mendasar dari Maslow), keterkaitan (relatedness, kebutuhan

hubungan antar pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (growth, kebutuhan

dan kreatifitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan

bahwa kalau kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan,

kebutuhan yang lebih rendah akan kembali, walupun sudah terpuaskan.

3. Teori tiga macam kebutuhan. Ada tiga macam dorongan yang mendasari

dalam diri orang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi,


11

kebutuhan kekuatan, dan kebutuhan untuk berfiliasi atau berhubungan

dekat dengan orang lain.

4. Teori motivasi dua faktor. Dikembangkan oleh federick Herzberg dimana

meyakini bahwa orang dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan di

dalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi.

Teori keadilan teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama

dalam motivasi adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang

diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka mengalami kepuasan dan

mereka mengalami kepuasan dan mereka terima dari upaya dalam proporsi dan

dengan usaha yang mereka pergunakan.

Teori Harapan menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai

alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang

diperoleh dari tingkah laku. Teori harapan berfikir atas dasar hasil prestasi,

valensi, harapan prestasi usaha.

Teori penguatan teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai

pengalaman rangsang respon konsekuwensi. Menurut teori penguatan, seseorang

termotivasi kalau dia memberikan respon pada rangsangan dan pola tingkah laku

konsistensi sepanjang waktu.

2.1.4 Teori Motivasi Maslow

Maslow mengembangkan teorinya setelah mempelajari bahwa kebutuhan-

kebutuhan manusia bertingkat atau sesuai dengan hierarki, dan menyatakan

bahwa :
12

1. Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan ini

menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan

ini bersifat terus-menerus, dan selalu meningkat.

2. Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk

menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat.

3. Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang atau bertingkat-tingkat.

Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi

dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan

mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan

dasar terpenuhi. Dengan kata lain. Motif-motif yang bersifat psikologis

tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar

(biologis) terpenuhi.

4. Kebutuhan yang satu dengan yang lain saling terkait, tetapi tidak terlalu

dominan keterkaitan tersebut. Misalnya, kebutuhan untuk pemenuhan

kebutuhan dan prestasi tidak harus dicapai sebelum pemenuhan berafiliasi

dengan orang lain, meskipun kedua kebutuhan tersebut saling berkaitan.

Teori tingkatan kebutuhan menurut Maslow dalam Notoatmodjo (2010)

tersebut dapat diurutkan sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk bertahan hidup, oleh sebab

itu sangat pokok. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan yang

sangat vital bagi manusia, yakni : sandang, pangan dan papan (pakaian,

makanan dan perumahan). Apabila kebutuhan ini secara relatif terpenuhi

maka kebutuhan lain akan menyusul untuk dipenuhi.


13

2. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman mempunyai bentangan yang sangat luas, mulai dari

rasa aman dari ancaman alam, misalnya hujan, rasa aman dari orang jahat,

rasa aman dari masalah kesehatan atau bebas dari penyakit. Kebutuhan

akan keamanan ini bukan hanya keamanan fisik, tetapi juga keamanan

psikologis.

3. Kebutuhan sosialisasi dengan orang lain

Kebutuhan bersosialisasi dengan orang lain dapat diwujudkan melalui

keikut sertaan seseorang dalam suatu organisasi atau perkumpulan-

perkumpulan tertentu. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang

selalu ingin bersosialisasi dengan orang lain. Kebutuhan bersosialisasi

pada prinsipnya agar dirinya diterima dan disayangi oleh orang lain

sebagai anggota kelompoknya.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Setelah kebutuhan fisiologis, rasa aman dan bersosialisasi terpenuhi

barulah kebutuhan penghargaan akan muncul. Orang serendah apapun

jabatannya setelah ketiga kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kebutuhan

penghargaan atau prestise ini akan muncul dan ingin dipenuhi. Hal ini

disebabkan karena kebutuhan untuk dihargai itu adalah merupakan

kebutuhan semua orang terlepas dari kedudukan dan jabatannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Apabila seseorang telah melewati atau terpenuhi keempat kebutuhan yang

pertama, maka kebutuhan tingkat akhir akan muncul, yakni kebutuhan


14

aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow merupakan

kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian sikap

Menurut notoatmodjo (2012) sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sikap secara

nyata menunjuk kan kondisi adanya kesusuain reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial.

New comb salah seorang ahli psikologis, menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo,2012).

Secara sederhana, sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati

dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimistik dan memperkirakan

akan mengalami pertemuan yang berhasil, hal ini memancarkan sikap positif dan

orang-orang biasanya menanggapinya dengan baik. Bila merasa pesimistik dan

menduga hal-hal yang buruk, sikap dalam hal ini sering kali negatif, dan orang-

orang cenderung menjauhi kita, sikap merupakan cerminan jiwa. Sikap adalah

cara melihat sesuatu secara mental (Chapman, 2013).

2.2.2 Ciri-Ciri Sikap

Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat
15

dipelajari dan oleh karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada oang

lain. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah

senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas (Maramis, 2010).

2.2.3 Cara Belajar Membentuk Sikap

Menurut Purwanto (2012), belajar sikap tergolong belajar dinamik-afektif

yaitu belajar yang menimbulkan semangat, yang juga disertai berbagai macam

perasaan. Belajar sikap banyak berlangsung melalui pendidikan informal,

khususnya dalam lingkungan keluarga dan lingkungan umat beragama. Media

masa juga memegang peran besar dalam menanamkan sikap dan nilai. Orang yang

belajar sikap biasanya tanpa kesadaran yang penuh.

Sikap merupakan suatu kondisi yang intern dalam diri individu yang

berperan dalam tindakan-tindakan yang diambil, lebih-lebih apabila terdapat

berbagai kemungkinan untuk bertindak. Belajar sikap pada berbagai jenjang

pendidikan berlangsung melalui tiga jalan yaitu memperoleh penguatan, belajar

model, conditioning ala pavlov.Memperoleh penguatan adalah belajar yang

berlangsung menurut pola kondisi yang didalamnya memegang peranan pokok,

Penguatan dapat berupa hadiah setelah bertindak atau berkata benar, melakukan

tindakan yang menyenangkan dapat meningkatkan tindakan (Purwanto, 2012).

Belajar model menjadikan seorang yang dikagumi atau dihormati serta

dapat dipercaya akan mejadi model pada dirinya dan cenderung untuk meniru

tindakan yang dilakukan pada model yang diidolakanya dan cenderung untuk
16

berbuat yang sama, bila model itu mendapat penguatan terhadap tindakan

(Maramis, 2010).

Conditioning ala pavlov yaitu belajar dengan cara mengembangkan suatu

sikap, tertentu melalui afektif di dalam sikap. Suatu perangsangan alam yang

menimbulkan secara spontan suatu reaksi jika dihubungkan dengan perangsang

yang berlain yang tidak menimbulkan reaksi (Purwanto, 2012).

2.2.4 Manfaat Sikap Positif

Sikap positif mendorong kreatifitas, bersikap positif akan membantu

berpikir secara bebas. Gagasan dan pemecahan muncul kepermukaan sebaliknya

sikap negatif mempunyai efek menghambat kreatifitas. Sikap yang tangguh dapat

menciptakan hal-hal yang baik, banyak yang percaya bahwa seseorang merasa

riang walaupun peristiwa-peristiwa cenderung terjadi dalam hidupnya, betapapun

sikap mareka yang gembira menciptakan suasana yang menguntungkan bagi

mareka, ini dapat disebut sebagai sikap yang tangguh dan sikap positif dapat

memicu semangat (Chapman, 2013).

2.2.5 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa seperti halnya

pengetahuan sikap juga memiliki beberapa tingkatan yaitu menerima (receiving),

merespon (responding), menghargai, bertanggung jawab (responsible). Menerima

(receiving) diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek), merespon (responding) memberikan warna berupa

jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
17

benar atau salah, menghargai berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, bertanggung Jawab (responsible) berarti memberi

tanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko merupakan

sikap yang paling tinggi.

2.3 Pentingnya Motivasi bagi Perawat

Menurut Ishak ( 2010 : 13 ) mengemukakan bahwa pentingnya motivasi

bagi perawat, yaitu memberikan rasa hormat kepada pasien.

2.4 Konsep APD

2.4.1 Pengertian APD

Alat pelindung diri atau APD merupakan peralatan pelindung yang

digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari konsaminasi

lingkungan (Aryawan, 2010).

Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dengan menggunakan

Alat pelindung diri dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik

bagi pasien, perawat atau orang yang berkerja dalam pemenuhan kebutuhan

tersebut.

2.4.2 Pembagian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif

lengkap. Adapun pembagian APD yaitu : pelindung kepala, pelindung mata,

pelindung wajah, pelindung respirator atau masker, jas pelindung yang tahan

bahan kimia, apron yaitu perlengkapan pelindung seperti celemek, sarung tangan,

dan pelindung kaki misalnya sepatu pelindung (Merck, 2010).


18

1. Sarung Tangan

Sarung tangan yaitu pelindung tangan yang digunakan saat melakukan

tindakan keperawatan pada pasien,tindakan menggunakan sarung tangan sangat

diperlukan karena adalah salah satu cara untuk mengurangi resiko transmisi

patogen yang dapat ditularkan melalui sentuhan dan darah (A. Aziz Alimul

Hidayat dkk, 2010).

Dalam metode penggunaan sarung tangan terdapat dua cara yaitu : a).

Steril : sarung tangan steril dipakai bila melakukan prosedur dan tindakan yang

steril, misalnya mengganti perban, memasang kateter. b). Sarung tangan tidak

steril digunakan pada tindakan dan prosedur yang tidak steril (A. Aziz Alimul

Hidayat dkk, 2010).

2. Masker (Pelindung respiratori)

Suatu tindakan keperawatan yaitu menutup bagian mulut dan hidung

sepagai kewaspadaan untuk mengurangi tranmisi dari udara yang mengandung

mikro organisme saat merawat pasien yang terisolasi, saat membantu prosedur

steril, atau menyiapkan alat-alat steril di area steril sepertib di kamar operasi (Eni,

2010).

Penggunaan masker dapat dilakukan di Ruang operasi atau lingkungan

steril dan ruang perawatan isolasi pernafasan. Tindakan ini dilakukan oleh semua

tenaga atau pengunjung yang masuk keruangan tersebut (A. Aziz Alimul Hidayat

dkk, 2010).

Persyaratan masker yang baik dan benar adalah sebagai berikut :

a. Ukuran masker harus cukup melindungi hidung dan mulut

b. Satu masker harus dipakai oleh satu orang, tidak boleh bergantian
19

c. Jika menjadi lembab masker harus diganti karena pada bagian yang

lembab mikroba dapat berkembang.

Tujuan dari penggunaan masker adalah untuk mencegah atau mengurangi

transmisi mikroorganisme udara saat merawat klien, melindungi perawat dari

infeksi pernafasan, menghindari penyebaran dan penularan penyakit dari

pernafasan, dan mengurangi angka kejadian infeksi nasokomial.

3. Apron (celemek)

Apron yaitu perlengkapan pelindung seperti celemek, ini biasanya

digunakan pada saat melakukan tindakan atau membantu operasi dan curatage.

Tujuan menggunakan apron (celemek) yaitu untuk melindungi perawat

terkontaminasi lansung dengan darah, yang dapat menularkan berbagai penyakit.

2.5 Alat Pelindung Diri (APD)

2.5.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan

adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2010).

Menurut Suma’mur (2013), alat pelindung diri adalah suatu alat yang

dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan

kerja.

APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk

melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Upaya mencegah penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara teknik, administrasi, dan


20

penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri

merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja

(Budiono, 2012).

Suma’mur (2013) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

1. Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk

menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai

dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan

harus diuji lebih dahulu mutunya.

2. Pemeliharaan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan

kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-

benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga

kerja.

3. Ukuran harus tepat

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga

kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat

akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya.

4. Cara pemakaian yang benar

Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak

akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak

benar.
21

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

a) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya

yang ada.

b) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima

oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

c) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus

dijelaskan pada tenaga kerja.

d) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat

pelindung diri.

e) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak

menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.

f) Penyimpanan alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam keadaan

bersih ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh kontaminasi.

2.5.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut

(Tarwaka, 2010) :

1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman

dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.

4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya.

5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.


22

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup

lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia

dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan sebagainya.

2.5.3 Tujuan penggunaan APD

Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah ,

semua jenis cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput

lendir pasien.

2.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Tenaga Kesehatan

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir

petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit

yang tidah utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup

tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi dan perawatan gigi dimana

menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi (Kemenkes, 2010).

Peralatan pelindung diri meliputi sarung tangan, masker, celemek dan

barang lainya (Tiedjen, 2010).

1) Sarung tangan
23

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari

mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik

terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti

untuk mecegah infeksi silang.

Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:

a) Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan tindakan infasif atau

pembedahan.

b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan

sewaktu malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.

c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memprose peralatan,

menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan

permukaan yang terkontaminasi.

A. Prosedur pemakaian sarung tangan:

1. Tujuan : Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh,

sekret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda

yang terkontaminasi

2. Jenis sarung tangan

a. Sarung tangan bersih

b. Sarung tangan steril

c. Sarung tangan rumah tangga

3. Indikasi

Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak

dengan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,

selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi


24

4. Manfaat Pemakaian Sarung Tangan

a. Petugas : Mencegah kontak tangan dengan darah, cairan tubuh,

benda yang terkontaminasi

b. Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan

petugas memakai sarung tangan steril

5. Persiapan alat

a. Sarung tangan steril

b. Bengkok berisi larutan desinfektan

6. Tahap kerja

a. Mencuci tangan

b. mengambil sarung tangan

c. Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan

d. Lakukan juga dengan tangan yang lain

e. Melepas sarung tangan , kemudiaan masukkan kedalam bengkok

berisi larutan desinfekatan

f. Mencuci tangan

7. Sikap

a. Menjaga kesterilan sarung tangan

b. Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )

c. Hal yang harus diperhatikan pd penggunaan sarung tangan

d. Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung

tangan

e. Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien

f. Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan


25

2) Masker

Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah,

rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan

yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk,

atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh

yang terkontaminasi masik kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan.

Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga

tidak efektif dalam mencegah dengan baik.

1. Manfaat Masker

Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dengan

percikan darah dan cairan tubuh Pasien mencegah kontak

droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung

mikroorganisme saat bicara, batuk, bersin.

2. Persiapan

a. Masker

b. Tempat Masker

3. Tahap kerja

a. Memasang masker

b. Memasang masker menutupi hidung dan mulut mengikat tali

talinya bagian atas lewat atas telinga ke belakang kepala bagi

bawah di belakang leher

c. Menanggalkan masker

d. Menanggalkan masker dengan melepaskan tali talinya

e. Masker dilipat dengan kedua permukaan dalamnya bertemu


26

f. Masker dimasukkan ke tempat khusus

4. Sikap

a. Masker dipakai satu kali Jika sudah lembab harus diganti tidak

efektif lagi

b. Jangan menggantung masker di leher dan karna dipakai lagi

c. Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien

3) Celemek

Celemek adalah Gaun penutup dada, dipakai untuk menutupi baju rumah.

Gaun ini dipakai untuk melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.

Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi pasien dari

mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan

kesehatan sewaktu pembedahan.

1. Tujuan :

Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau

cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju petugas

2. Jenis

a. Tidak kedap air

b. Kedap air

c. Steril

d. Non steril

3. Persiapan

a. Celemek

b. Kantong cucian ( ember pakaian kotor )


27

4. Tahap Kerja

a. Mencuci tangan

b. Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar

c. Melepas skort dengan bagian dlm disebelah luar

d. Masukkan ke dalam kantong cucian / ember

e. Mencuci tangan

5. Sikap

a. Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap

b. Sesuai dengan ukuran

c. tidak memakai skort diluar kamar pasien

d. Mengganti skort yang basah

e. menghindari kontaminasi

f. Skort dipakai hanya satu kali


28

2.7 Kerangka Teori

Adapun kerangka teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

Teori Motivasi menurut Maslow dalam Notoatmodjo (2010). Menurut

Notoatmodjo (2012) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Motivasi :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan Afiliasi
3. Kebutuhan akan
Penghargaan
4. Kebutuhan Aktualisasi Diri Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(APD)

Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Teori


29

2.8 Kerangka Konsep

Independen Dependen

1. Motivasi Penggunaan
2. Sikap Alat Pelindung
Diri (APD)

Gambar 2.2 : Kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai