Anda di halaman 1dari 6

BUKU KERJA

PERILAKU ORGANISASI (EKMA4158)


TUGAS 2

NAMA : IDA BGS MADE AGASTIYA PRAMANA

NIM : 044407391

KELAS : EKMA4158

UPBJJ UT : DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
Motivasi merupakan proses tergeraknya seseorang atau sekelompok orang untuk
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan disebut proses
motivasi. Dalam bidang studi perilaku organisasi, disamping persepsi dan
kepemimpinan, motivasi merupakan topik yang paling banyak mendapat perhatian, baik
dari para akademisi maupun praktisi. Berkaitan dengan motivasi, menurut saudara….

1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?

Jawaban.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan


seorang individu dalam mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi
ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan teori Y


Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah
'alasan' yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang
individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi bila orang tersebut
memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya
dengan mengerjakan pekerjaan yang sedang dilakukannya saat ini. Berbeda
dengan arti motivasi yang berkembang di masyarakat yang sering disamakan
dengan 'semangat', seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya
memiliki motivasi yang tinggi". Pernyataan ini bisa diartikan bahwa orang tua
tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka,
perlu dipahami bahwa terdapat perbedaan dalam penggunaan istilah motivasi di
masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dorongan,
dan ada juga yang mengartikannya sama dengan semangat.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan


seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan
prestasi kerja yang memuaskan kecuali jika upaya tersebut dikaitkan dengan
arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya, elemen yang terakhir yaitu
ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.

Motivasi berasal dari bahasa Latin "movere", yang berarti menggerakkan.


Menurut Weiner (1990) motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan
seseorang untuk bertindak, mendorong seseorag untuk mencapai tujuan
tertentu, dan membuat individu tersebut untuk tetap tertarik dalam kegiatan
tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal
dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat
dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan, dan
penghormatan. Sedangkan Imron (1966) menjelaskan bahwa motivasi berasal
dari bahasa Inggris "motivation" yang berarti dorongan atau pengalasan untuk
melakukan suatu aktivitas hingga mencapai tujuan. Menurut Mr. Jones:
Motivation is concerned with how behavior is activated, maintained, directed and
stopped (motivasi adalah sesuatu cara yang berkaitan dcngan bagaimana
perilaku seseorang dapat digairahkan, dipelihara, diarahkan dan bila mungkin
dihentikan).(External Theory) Definisi lain mengatakan bahwa motivasi adalah
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong keinginan
mereka untuk melakukan kegiatan atau perilaku tertentu guna mencapai suatu
tujuan yang dicita-citakan.(Internal/Intrinsic Theory) Motivasi sangat diperlukan
bagi seseorang, karena seseorang mau bertindak kalau ada faktor
pendorongnya. Dari serangkain pengertian para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu alasan yang mendorong seseorang
untuk melakukan; menyelesaikan; menghentikan; dsb, suatu aktivitas guna
mencapai tujuan tertentu yang diinginkan dari motivasi tersebut. Perilaku
manusia bukan motivasi, tetapi hanya sekedar cerminan yang paling sederhana
dari ada atau tidaknya motivasi dalam dirinya. Demotivasi adalah rendahnya
atau tiadanya motivasi seseorang yang mengakibatkan menurunnya tingkat
produktivitas kerja. Motivasi Secara umum bersifat individual sehingga masing-
masing orang kondisinya saling berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan strategi
motivasi yang handal dari pihak pimpinan agar semangat kerja bawahannya
betul-betul meningkat dan menguntungkan organisasi.

2. Jelaskan peran penting motivasi dalam lingkup studi perilaku organisasi!

Jawaban.

Motivasi organisasi adalah suatu keahlian , dalam mengarahkan pegawai dan


organisasi agar mau bekerja. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, manusia
akan termotivasi oleh kebutuhan yang dimilikinya. Pendapat ini sejalan dengan
Robin yang mengemukakan bahwa motivasi organisasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang di
kondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan
individual. Motivasi ini dapat pula dikatakan sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dalam diri. Terkait dengan motivasi organisasi lima
fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing, leading, dan
controlling, Pada pelaksanaanya, setelah rencana dibuat, organisasi dibentuk,
dan disusun personalianya , langkah berikutnya adalah menugaskan atau
mengarahkan anggota menuju ke arah tujuan yang telah di tentukan . Fungsi
pengarahan ini secara sederhana membuat anggota melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Motivasi sudah jelas
sangat dibutuhkan dalam diri setiap orang, selain untuk menghilangkan
kejenuhan juga untuk bisa meraih segala sesuatu yang dicitacitakannya. Secara
individual upaya motivasi bisa dilakukan melalui upaya-upaya mengontrol,
menilai lalu memotivasi diri sendiri, namun adakalanya kesadaran untuk
memotivasi diri tidak muncul dalam diri seseorang karena itu diperlukan motivasi
eksternal yang bisa berasal dari keluarga, teman, guru dan lainnya.
3. Jelaskan 3 teori motivasi?

Jawaban.

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya


berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak
dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri
(esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)


kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual
dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman
tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow
semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan
atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “
yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai
tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa
menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan
kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat
pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan
diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula
seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan


manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara
simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu
yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan
teman serta ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan
manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam
hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

 Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang;
 Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa
bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam
pemuasannya.
 Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan
teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih
bersifat aplikatif.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau
Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda,
sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray
sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi
tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang
sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik,
manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-
kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri.
Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan
kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)


memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-
tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena
faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)


Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan
dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama,
secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow
dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan
manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya;
 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.


Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri
pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

Anda mungkin juga menyukai