Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Pembahasan

 Motivasi

Sejarah pengembangan studi tentang motivasi dapat ditelusuri melalui tulisan-tulisan para
filosof Yunani kuno. Lebih dari dua puluh abad yang lalu, mereka telah menyumbangkan
pemikiran hedonisme sebagai suatu usaha untuk menjelaskan tentang motivasi. Konsep
hedonisme ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk mencari
kesenangan serta menghindari kesusahan. Pemikiran ini kemudian menjadi asumsi dasar dalam
mengatasi masalah-masalah sosial dan ekonomi.

Menurut William James yang dikenal sebagai bapak psikologi Amerika, dalam
bukunya Principle of Psychology, ia mengemukakan tentang konsep motivasi, yaitu:

1. Sadar.

2. Insting (menangis, keingintahuan, perbuatan meniru, simpati)

3. Motivasi di bawah sadar, konsep ini sebenarnya berasal dari Sigmund Freud, ia
menyatakan bahwa banyak orang yang tidak bisa mengungkapkan motivasinya untuk
mencapai suatu tujuan.

 Lingkaran motivasi

Perilaku manusia hakikatnya adalah berorientasi pada tujuan. Semua perilaku itu adalah
serangkaian aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan.

Jika perilaku dikaji lebih lanjut, ada beberapa unsur pokok yang saling berinteraksi, yaitu
motivasi dan tujuan, atau menurut Fred Luthans, terdiri atas:

1. Kebutuhan (need).

2. Dorongan (drive).

3. Tujuan (goal).

Yang mana motivasi itu sendiri meliputi kebutuhan (need) dan dorongan (impuls).
Perbedaan kemauan kerja seseorang dengan yang lain tergantung pada motivasinya, sedangkan
motivasi tergantung pada kekuatan motivasi itu sendiri, sehingga menimbulkan dorongan dan
berusaha untuk mencapai tujuan, baik sadar maupun tidak. Dari sinilah timbul tingkah laku
yang mengendalikan dan menetapkan arah yang harus ditempuh. Sedangkan tujuan adalah
sesuatu yang berada di luar individu dan hendak dicapai. Bisa diartikan sebagai suatu harapan
untuk mendapatkan penghargaan sebagai suatu arah yang dikehendaki oleh motivasi itu
sendiri. Tujuan adalah akhir dari suatu lingkaran motivasi yang mengandung semua kegiatan
untuk mencapainya

 Perubahan-perubahan dalam Kekuatan

Kita mengetahui bahwa motivasi, kebutuhan, atau dorongan, membuat orang bertingkah laku.
Besar kebutuhan itu bervariasi di antara manusia, mulai dari yang sederhana, hingga yang lebih
kompleks, yang ditentukan antara lain oleh:

Tercapainya suatu kepuasan. Orang yang haus termotivasi untuk mencari minuman, maka dia
berusaha mendapatkan air, ketika telah hilang dahaganya setelah minum, hilang pula
motivasinya untuk mencari minuman.

Terhalangnya pencapaian kepuasan. Seseorang yang tengah dihadapkan pada usaha memilih
suatu keputusan dengan cara mencoba-coba demi tujuannya.

Perbedaan kognisi. Perbedaan kognisi mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu, perbedaan
tersebut antara lain: ketidakserasian, ketidakharmonisan, ketidakselarasan, serta adanya
kontradiksi antara dua hal yang muncul secara bersamaan.

Frustasi. Akibat timbulnya Frustasi, kekuatan kebutuhan berubah dan cenderung menurun.

Kekuatan motivasi bertambah. Perilaku akan bertambah jika kebutuhan-kebutuhan yang


menarik bertambah.

 Dua Kategori Aktivitas

Kebutuhan yang berkekuatan tinggi, menimbulkan aktivitas, yang dapat dikategorikan sebagai
berikut:

Aktivitas ke arah tujuan ( goal-directed activity ). Yaitu orang dimotivasi ke arah pencapaian
tujuan. Contoh: Orang yang ingin makan karena lapar, aktivitasnya adalah mencari tempat
makan, lalu membeli makanan.
Aktivitas tujuan ( goal activity ). Yaitu aktivitas yang terikat pada tujuan itu sendiri. Contoh:
Dalam hal lapar, maka makanan adalah aktivitas tujuan.

Perbedaan dari kedua hal di atas terletak pada pengaruh kekuatan kebutuhan, pada aktivitas ke
arah tujuan. Kebutuhan seseorang cenderung naik selama aktivitasnya terikat ke arah tujuan,
atau mungkin justru sebaliknya, menimbulkan frustrasi jika selalu mendapatkan halangan
sehingga kekuatan kebutuhan tersebut menurun sampai tidak lagi mempunyai cukup potensi
dalam mempengaruhi perilaku atau sampai seseorang menyerah.

Kekuatan kebutuhan cenderung menjadi naik selama seseorang terikat dalam aktivitas terarah
ke tujuan. Akan tetapi, jika sekali aktivitas tujuan memulai, maka kekuatan kebutuhan
cenderung untuk menurun selama seseorang terikat padanya. Contoh: ketika seseorang makan
berkali-kali, kekuatan kebutuhan pada makan berkurang pada saat itu. Dan ketika kebutuhan
lain lebih penting dari kebutuhan sekarang, maka perilaku akan berubah.

Demikian juga dengan berlama-lama pada aktivitas tujuan, bisa menyebabkan kejenuhan
karena tidak lagi terpicu untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan, sehingga
perhatiannya akan menyusut dan rasa apatis bisa berkembang dengan subur.

 Hirarki Kebutuhan

Hirarki kebutuhan merupakan suatu pola tipikal yang bisa dilaksanakan pada hampir setiap
waktu. Pemenuhan kebutuhan yang satu akan menimbulkan pemenuhan kebutuhan yang lain.
Contoh: ketika orang telah memiliki rumah maka muncul kebutuhan tentang keamanan, maka
muncullah anjing penjaga, pagar teralis besi dengan kawat berduri, lengkap dengan aliran
listrik. Biasanya kebutuhan ini dipengaruhi oleh pola-pola yang konstruktif. Teori ini banyak
dikembangkan oleh Abraham Maslow, ia menyatakan bahwa perilaku seseorang biasanya
ditentukan oleh kebutuhannya yang paling kuat, sehingga menurutnya, tampak adanya
semacam hierarki yang mengatur dengan sendirinya segala kebutuhan yang ada.

Kebutuhan yang paling mendasar bagi seseorang adalah kebutuhan fisiologis, seperti gaji,
upah, tunjangan, honorarium, uang transport, perumahan dan sebagainya. Setelah hal ini
terpenuhi, akan muncul kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan keamanan, seperti jaminan
masa pensiun, jaminan kecelakaan dan sakit, jaminan asuransi. Ketika semua telah terpenuhi,
muncullah kebutuhan lain, seperti kebutuhan sosial. Contohnya: ikut serta dalam sebuah
organisasi, menjadi ketua organisasi. Jika tercapai, timbullah kebutuhan berikutnya, yaitu
kebutuhan penghargaan, dengan keinginan untuk menampakkan status, mendapat promosi dan
sebagainya. Setelah semua tercapai, tinggallah kebutuhan yang paling tinggi, yaitu kebutuhan
untuk mengaktualisasi diri, tanpa dipengaruhi oleh pujian dan hal-hal lain, hanya sekedar ingin
meraih optimalisasi kemampuan sendiri.

 Teori-teori Motivasi

Teori Motivasi dari Herzberg

Teori ini berdasarkan dua aspek yang berpengaruh pada diri seseorang dalam menjalankan
tugasnya. Ada kepuasan dalam bekerja yang disebut Motivator dan ada ketidakpuasan yang
disebut Higiene. Faktor Higiene dalam sebuah lingkungan organisasi seperti upah, gaji, honor,
kondisi tempat kerja dan pengawasan, sebenarnya kurang bisa membangkitkan semangat kerja.
Justru faktor motivator yang banyak berpengaruh, seperti keberhasilan, penghargaan, faktor
pekerjaannya sendiri, rasa tanggung jawab, faktor peningkatan, atau sifat-sifat intrinsik yang
bila dikembangkan dapat menimbulkan motivasi.

Teori Motivasi Alderfer

Alderfer mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan, yaitu :

- Existence need (kebutuhan akan keberadaan).

- Relatedness need (kebutuhan akan perhubungan).

- Growth need (kebutuhan akan berkembang).

Kebutuhan berhubungan adalah kebutuhan untuk menjalin hubungan antar sesama, bekerja
sama dengan orang lain. Hal ini pun sama dengan kebutuhan sosial menurut teori Maslow dan
Higiene dari Herzberg. Adapun kebutuhan berkembang adalah kebutuhan yang berhubungan
faktor intrinsik seseorang untuk mengembangkan dirinya, hal ini sama dengan kebutuhan
penghargaan dan aktualisasi diri dalam teori Maslow maupun Herzberg. Teori ini dalam
perkembangannya kemudian dirasakan masih terlalu umum, kurang memberikan penjelasan
atas kompleksitas teori motivasi dan kurang bisa diterjemahkan dalam manajemen praktis.

Teori Motivasi Prestasi McClelland

Menurut McClelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia


mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi
karya orang lain.

Ada tiga macam kebutuhan yang penting dalam menentukan prestasi, yaitu:
a. Kebutuhan untuk berprestasi.

b. Kebutuhan untuk berafiliasi.

c. Kebutuhan untuk kekuasaan.

Karakteristik dari orang-orang yang berprestasi tinggi, antara lain:

1. Suka mengambil resiko yang moderat.


2. Memerlukan umpan balik yang segera.
3. Memperhitungkan Keberhasilan
4. Menyatu dengan tugas.

Teori X dan Y dari Douglas McGregor

Dengan asumsi filosofi piramid (antara atasan dan bawahan), menurut Douglas, teori X
menyatakan bahwa orang lebih suka diperintah, masa bodoh dengan tanggung jawab, ingin
adanya keamanan atas segalanya, artinya agar tumbuh motivasi perlu adanya support dalam
bentuk uang, gaji, honor dan ada sanksi hukuman. Manajer yang mau menerima asumsi teori
X ini berusaha mengontrol dan mengawasi secara langsung pegawai-pegawainya. Manajer
seperti ini merasakan bahwa kontrol eksternal adalah sangat cocok diterapkan pada orang-
orang yang tidak mau bertanggung jawab, tidak bisa di percaya, masih bersikap kekanak-
kanakan. Adapun teori Y menyatakan bahwa manusia memiliki sifat-sifat, yaitu:

Pekerjaan itu pada hakikatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang lain.

Manusia dapat mengawasi diri sendiri.

Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara


luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.

Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri,
tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.

Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.

Berbeda dengan Douglas, Cris Argyris menambahkan bahwa teori A dan B sebagai tambahan
bagi teori X dan Y. A adalah gambaran dari pola seseorang yang tidak mau terbuka, menolak
percobaan, masa bodoh dengan orang lain, sementara B adalah kebalikan dari A.

Dalam kenyataan sehari-hari, sering tampak adanya kombinasi dari dua macam teori ini, yaitu
munculnya teori XB dan YA. XB menyatakan bahwa walau pimpinan itu berpikiran negatif
terhadap bawahannya, tetapi ia selalu menolong, mendukung dan memudahkan dengan alasan
walau mereka malas dan tidak bisa dipercaya, tetapi dengan berperilaku membantu akan
mempermudah mereka menemukan motivasi tersendiri dalam rangka meningkatkan
produktivitas karena akan muncul perasaan lain pada mereka, yaitu suatu kondisi yang
membantu secara penuh dan kondusif di mana mereka akan merubah sikap sebagaimana yang
diharapkan.

Demikian juga dengan YA, mereka akan beranggapan bahwa walaupun orang itu mampu
memotivasi diri dan tanggung jawab tetapi mereka tetap harus diperhatikan, diawasi dan
diarahkan. Semua kombinasi ini adalah bersifat fleksibel menuju self kontrol yang lebih baik.

Teori Dewasa dan Tidak Dewasa Chris Argyris

Menurut Argyris, ada tujuh perubahan yang terjadi di dalam kepribadian seseorang jika ia
berkembang ke kedewasaan pada sepanjang tahunnya.

Seseorang itu akan bergerak dari suatu keadaan yang bertambah aktivitasnya sebagai orang
dewasa.

Seseorang akan berkembang dari suatu keadaan yang tergantung kepada orang lain ke suatu
keadaan yang relatif merdeka sebagai orang dewasa.

Seseorang bertindak hanya dalam cara yang sedikit sebagai kanak-kanak, tetapi sebagai orang
dewasa ia akan mampu bertindak dalam berbagai cara.

Seseorang itu mempunyai minat yang tidak menentu, kebetulan, dan tidak begitu mendalam
sebagai kanak-kanak, tatapi berkembang lebih mendalam dan kuat minatnya sebagai orang
dewasa.

Perspektif waktu bagi anak-anak adalah singkat, hanya melibatkan waktu kini, tetapi sebagai
orang yang sudah matang, perspektif waktunya bertambah menjangkau masa lalu dan masa
yang akan datang.

Seseorang sebagai kanak-kanak ia berada di bawah pengendalian setiap orang, tetapi ia akan
menunjukkan kedudukan yang sama atau di atasnya orang lain, sebagai orang yang dewasa.

Sebagai anak-anak seseorang kurang kesadarannya akan dirinya, tetapi sebagai orang yang
sudah matang ia tidak hanya sadar akan tetapi mampu untuk mengendalikan dirinya.
Menurut Argis, pengontrolan suatu manajemen dengan batas kontrol individu yang minimal
atas lingkungan dan dipicu untuk berbuat pasif, tergantung, serta menjadi bawahan, membuat
seseorang bertindak kurang matang, semua itu menutup kematangan mereka hingga akhirnya
benar-benar menjadi matang dan dewasa.

BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh keinginan untuk mencapai beberapa
tujuan, keinginan itu istilah lainnya adalah motivasi. Motivasi inilah yang dapat mendorong
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas sesuai tujuannya. Kekuatan motivasi dapat
berubah-ubah seiring dengan perubahan kepuasan kebutuhan.

Perubahan kebutuhan itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyebabkan besar kecilnya
motivasi yang timbul sesudahnya, pemenuhan kepuasan terhadap sebuah kebutuhan akan
memotivasi seseorang untuk beraktivitas lagi mencapai kebutuhan lain yang menjadi tujuan.
Perubahan ini akan terus berputar mulai dari hal yang mendasar sampai kepada kebutuhan yang
paling tinggi yaitu optimalisasi kemampuan diri.

Anda mungkin juga menyukai