Nomor: 06/MUBES/XII/PPTSB/X/2010
TENTANG
MEMUTUSKAN
1
Pasal 1
Amandemen ke-II Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPTSB se Indonesia secara
lengkap seperti terdapat pada lampiran keputusan ini yang merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dengan keputusan ini.
Pasal 2
PIMPINAN SIDANG
2
Amandemen AD/ART PPTSB
ANGGARAN DASAR
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya persatuan dan kesatuan antar suku dan etnis yang ada pada
masyarakat Indonesia adalah salah satu syarat keutuhan bangsa, berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945
Suku dan etnis Batak yang bercirikan marga, sebagai bagian integral yang tidak
terpisahkan dari bangsa Indonesia, sangat mendambakan persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Marga Sinaga yang merupakan bagian dari suku dan etnis Batak, sudah sejak lama
memupuk persatuan dan kesatuan baik di kalangannya sendiri maupun antara marga lain
termasuk juga dengan suku-suku lain yang ada di masyarakat Indonesia. Marga Sinaga
menyadari sepenuhnya persatuan dan kesatuan bukanlah tujuan akhir, tapi adalah merupakan
sasaran antara untuk meningkatkan kualitas hidupnya sehari-hari.
Dengan persatuan dan kesatuan, rasa senasib sepenanggungan dapat dipupuk dan
dikembangkan kearah solidaritas yang tinggi dengan suatu kesadaran, orang yang lebih tua
menjadi panutan, yang lebih muda disiapkan menjadi generasi penerus, yang pintar menjadi nara
sumber, yang tertinggal menjadi pintar, yang kaya membantu yang miskin, yang miskin menjadi
kaya dan demikian seterusnya sampai ketemunya kesejajaran sesama anak bangsa dan sesama
ciptaan Tuhan.
Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan sebagai sasaran, upaya yang ditempuh tidak
lagi cukup hanya berdasarkan ingatan belaka menurut adat kebiasaan hidup sehari-hari, tapi
dituntut adanya produk tertulis sebagai sumber hukum di kalangan sendiri dan perlu diteladani
ajaran nenek moyang Raja Sinaga tentang “PARHATIAN NASORA MONGGAL
PARNINGGALA SIBOLA TALI”, yang di dalamnya tercermin sikap tindak yang adil, arif, dan
bijaksana dalam setiap aspek kehidupan.
Memahami akan pentingnya produk tertulis sebagai pedoman dan sekaligus sebagai
pegangan, disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, maka atas Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, kami turunan Marga Sinaga dan boru bertekad bulat untuk berhimpun dalam
suatu organisasi yang dinamakan Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boru (PPTSB) yang
merupakan kelanjutan dari Parsadaan Pomparan Toga Sinaga (PPTSB) yang dilahirkan pada
tanggal 15 Desember 1940, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU
Pasal 2
Nama
Persatuan ini bernama “Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boru” yang selanjutnya
disingkat dengan PPTSB.
Pasal 3
Kedudukan
PPTSB berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berkantor pusat di
Medan Propinsi Sumatera Utara.
Pasal 4
Waktu
PPTSB didirikan sejak tanggal 15 Desember 1940 hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
4
BAB III
AZAS DAN SIFAT
Pasal 5
Azas
PPTSB didirikan berazaskan Pancasila dan UUD tahun 1945 serta adat budaya Batak
Pasal 6
Sifat
PPTSB bersifat sosial kekeluargaan dan sisada lulu anak, sisada lulu boru
BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 7
Visi
Pasal 8
Misi
Meningkatkan kesejahteraan anggota melalui berbagai bentuk kegiatan yang sifatnya tidak
bertentangan dengan norma adat istiadat yang berlaku secara internal bagi bangso Batak dan
norma hukum yang berlaku secara universal bagi bangsa Indonesia.
BAB V
LAMBANG
Pasal 9
1. Untuk menggambarkan jati diri PPTSB dibuat sebuah lambang yang diwujudkan dengan
gambar dan/atau lukisan.
2. Gambar dan/atau lukisan yang dimaksud dalam ayat (1), dibuat sedemikian rupa sehingga
secara fisik menggambarkan motto PPTSB yang berbunyi “PARHATIAN NASORA
MONGGAL, PARNINGGALA SIBOLA TALI”, yang bentuk dasarnya dilambangkan dalam
bentuk Tugu PPTSB yang ada di Desa Urat Samosir.
3. Bagian-bagian dari gambar dan lukisan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2),
selanjutnya akan diatur dengan keputusan rapat pengurus pusat PPTSB.
BAB VI
SYARAT, HAK, DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 10
Syarat Menjadi Anggota
5
b. Syarat material merupakan syarat punya marga yaitu Sinaga, karena keturunan atau
karena diangkat berdasarkan adat batak.
c. Syarat formal merupakan syarat formal administratif yaitu terdaftar dalam buku register
PPTSB.
d. Syarat formal sebagaimana dimaksud dalam huruf (c) dikecualikan bagi yang tinggal di
suatu daerah yang karena sesuatu hal belum memungkinkan untuk mendaftarkan diri.
2. Bagi yang memenuhi syarat material tapi bukan Warga Negara Indonesia, ditetapkan sebagai
anggota kehormatan.
Pasal 11
Hak-Hak Anggota
Pasal 12
Kewajiban Anggota
BAB VII
SUSUNAN ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Susunan Organisasi
6
3. Pada tingkat Kabupaten dan/atau tingkat kota disebut PPTSB cabang, yang meliputi daerah
kerja di seluruh wilayah kabupaten dan/atau di seluruh wilayah kota yang dipimpin seorang
Ketua Cabang.
4. Pada tingkat Kecamatan dan/atau gabungan beberapa kecamatan dan/atau yang kurang dari
satu Kecamatan atas dasar pertimbangan jumlah warga disebut PPTSB sektor yang dipimpin
seorang Ketua Sektor, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.
Pasal 14
Kepengurusan
Kepengurusan PPTSB terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Pemangku Adat, dan Pengurus di
setiap tingkatan organisasi.
Pasal 15
Dewan Penasehat, Dewan Pemangku Adat, dan Pengurus Harian
1. a. Dewan penasehat terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang sekretaris
merangkap anggota dan beberapa orang anggota yang dibentuk dan diangkat di semua
tingkat organisasi.
b. Dewan Pemangku Adat terdiri dari Ketua Pemangku Adat yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
e. Sekretaris Umum
f. Sekretaris I, Sekretaris II dan Sekretaris III
g. Bendahara Umum
h. Bendahara I, Bendahara II dan Bendahara III
i. Departemen terdiri dari:
1) Organisasi dan Keanggotaan
2) Pemberdayaan Ekonomi/Koperasi
3) Adat dan Tarombo
4) Politik
5) Aset dan Parartaon
6) Pendidikan dan Tenaga Kerja
7) Generasi Muda
7
8) Hukum dan HAM
9) Infokom
Pasal 16
Syarat Menjadi Pengurus
Pasal 17
Masa Bakti Pengurus
1. Masa bakti Dewan Penasehat dan Pemangku Adat dan masa bakti Pengurus Harian diatur
dalam periode yang bersamaan.
2. Pengurus pusat mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
3. Pengurus wilayah mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
4. Pengurus cabang mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
5. Pengurus sektor mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
6. Pengurus yang dimaksud pada pasal ini, dapat dipilih dan diangkat hanya untuk satu periode
berikutnya.
7. Pergantian antar waktu dilakukan apabila:
a. Mengundurkan diri
b. Berhalangan tetap
Pergantian antar waktu dilakukan melalui Rapat Pengurus Lengkap sesuai tingkatannya.
Pasal 18
Hak-Hak Pengurus
BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA
Pasal 19
Musyawarah
9
4. Musyawarah untuk tingkat kabupaten/kota disebut musyawarah cabang dengan jumlah
peserta disesuaikan dengan kondisi daerah.
5. Musyawarah untuk tingkat kecamatan atau yang sejenis disebut musyawarah sektor yang
status dan jumlah peserta disesuaikan dengan kondisi daerah.
6. Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) difasilitasi oleh Pengurus Pusat dan
untuk memfasilitasimusyawarah tingkat wilayah, tingkat cabang, dan tingkat sektor akan
diatur oleh masing-masing daerah.
Pasal 20
Rapat Kerja
1. Rapat kerja tingkat nasional diselenggarakan minimal satu kali dalam dua tahun, yang
dihadiri seluruh pengurus pusat ditambah dengan ketua wilayah dan ketua cabang atau yang
mewakili.
2. Rapat kerja selain disebut pada ayat (1), diselenggarakan menurut kebutuhan organisasi pada
semua tingkatan. Rapat kerja sebagaimana disebut pada ayat (1), difasilitasi oleh pengurus
pusat.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 21
Sumber Keuangan dan Pengelolaan
1. Guna mewujudkan visi dan misi PPTSB dibutuhkan sejumlah dana yang cukup besar.
2. Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. Uang pangkal dari satu keluarga atau per rumah tangga, yang penyetorannya dilakukan
pada saat pendaftaran masuk anggota.
b. Uang iurantiap bulan dari tiap keluarga/rumah tangga, disetor langsung oleh anggota dan
atau dipungut langsung oleh pengurus pada tingkat organisasi sektor.
c. Sumbangan yang berbentuk uang dari berbagai pihak yang sifatnya tidak mengikat secara
hukum.
d. Sisa hasil usaha dan/atau bagi hasil dari kegiatan bisnis koperasi, perseroan terbatas
dan/atau kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pengelolaan uang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) selanjutnya akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga dan dengan Keputusan Ketua Umum.
BAB X
BADAN USAHA DAN YAYASAN
Pasal 22
Badan Usaha
1. Untuk meningkatkan pendapatan anggota PPTSB, dapat didirikan badan-badan usaha yang
berbentuk koperasi dan/atau perseroan terbatas.
2. Koperasi dan/atau perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikan
berdasarkan kemampuan organisasi pada semua tingkatan dan tetap berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan yang mengatur.
3. Kepengurusan koperasi dan/atau perseroan terbatas selanjutnya akan diatur dalam tata tertib
sendiri.
10
Pasal 23
Yayasan
BAB XI
BANTUAN, HUBUNGAN, DAN KERJASAMA
Pasal 24
Bantuan
1. Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi sosial, PPTSB dapat member dan/atau
menerima bantuan dari/kepada semua pihak di luar organisasi, baik swasta maupun
pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri.
2. Penerimaan dan/atau pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
atas keputusan pengurus PPTSB di semua tingkatan.
3. Tata cara penerimaan dan/atau pemberian bantuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2), selanjutnya diatur dengan keputusan Rapat Pengurus PPTSB di semua tingkatan.
Pasal 25
Hubungan Kerja
1. Hubungan dan kerjasama PPTSB dengan badan, lembaga, serta instansi di dalam dan luar
negeri dapat dilakukan atas dasar saling menguntungkan dan saling menghormati.
2. Hubungandan kerjasama dilakukan terutama dengan badan-badan usaha dan lembaga sosial,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), selanjutnya akan
diatur dengan keputusan rapat pengurus.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Perubahan
1. Perubahan Anggaran Dasar ini, hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Besar melalui
Tim Perumus yang diberi mandat untuk itu.
2. Segala ketentuan yang ada sebelum anggaran dasar ini dibuat dan disahkan, masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan anggaran dasar ini.
3. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini yang sifatnya lebih teknis,
selanjutnya akan diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.
11
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Peralihan
Pada saat Anggaran Dasar ini dietapkan, maka Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 28
PIMPINAN SIDANG,
12
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Jenis Keanggotaan
Pasal 2
Hak dan Kewajiban Anggota
1. Anggota biasa mempunyai hal dan kewajiban sebagaimana yang telah diatur di dalam
Anggaran Dasar.
2. Anggota kehormatan mempunyai hak dan kewajiban yang akan diatur kemudian dengan
keputusan Ketua Umum.
Pasal 3
Prosedur Administrasi untuk menjadi Anggota
1. Setiap Pomparan marga Sinaga dohot Boruna yang menjadi anggota PPTSB sebagai
organisasi, mengisi formulir pendaftaran yang disiapkan oleh pengurus sektor.
2. Formulir yang telah diisi diserahkan kepada pengurus dengan disertai kartu keluarga.
3. Calon anggota yang sudah mengisi formulir dan sudah mengembalikannya kepada pengurus,
kepadanya dapat diberikan Kartu Anggota bila yang bersangkutan telah membayar uang
pangkal yang besarnya ditentukan masing-masing pengurus sektor.
Pasal 4
Sanksi
1. Setiap anggota yang nyata-nyata terbukti melanggar adat Batak yang sangat prinsip, seperti
halnya melakukan perkawinan sesame marga Sinaga, dijatuhkan sanksi berupa pemecatan
dari keluarga besar PPTSB.
2. Bagi anggota yang sudah dipecat dari keluarga besar PPTSB tidak lagi memperoleh hak
pelayanan adat dan hak pelayanan lainnya.
13
Pasal 5
Berakhirnya Keanggotaan
BAB II
PENGURUS
Pasal 6
Tata Cara Pemilihan Pengurus
1. Forum resmi yang berwenang memilih pengurus adalah forum musyawarah besar pada
tingkat nasional, forum musyawarah wilayah pada tingkat propinsi, forum musyawarah
cabang pada tingkat kabupaten/kota dan forum musyawarah sektor pada tingkat kecamatan
atau yang setara dengan itu.
2. Pemilihan pengurus disemua tingkatan dilakukan dengan sistem musyawarah/mufakat,
langsung dan atau formatur.
3. Apabila Pemilihan Calon Ketua Umum/Ketua Wilayah/Ketua Cabang/Ketua Sektor
dilakukan dengan secara langsung, maka yang memperoleh suara 50% (lima puluh persen)
plus satu adalah merupakan pemenang pemilihan.
4. Dalam hal tidak ada calon yang berhasil memperoleh suara 50% (lima puluh persen) plus
satu, maka pemilihan akan diulang kembali pada seketika itu juga, dengan peserta pemilihan
suara terbanyak pertama dan kedua
5. Untuk melengkapi struktur kepengurusan lainnya akan dilakukan dengan sistem Formatur
6. Ketua Umum terpilih bersama-sama Formatur diberi wewenang untuk memilih dan
mengangkat pengurus lainnya dengan tetap memperhatikan aspirasi peserta musyawarah.
Pasal 7
Pengukuhan Pengurus
Pasal 8
Pelantikan Pengurus
1. Pelantikan pengurus pada tingkat pusat dilakukan oleh Dewan Penasehat Pusat dalam
sebuah upacara resmi.
2. Pelantikan pengurus pada tingkat wilayah dilakukan oleh pegurus pusat PPTSB dalam
sebuah upacara resmi.
3. Pelantikan pengurus pada tingkat cabang di daerah yang memiliki pengurus wilayah
dilakukan oleh Pengurus Wilayah dalam sebuah upacara resmi.
14
4. Pelantikan pengurus pada tingkat cabang di daerah yang tidak memiliki Pengurus Wilayah
dilakukan oleh Pengurus Pusat PPTSB atau yang mewakilinya.
5. Pelantikan pengurus pada tingkat sektor dilakukan oleh Pengurus Cabang.
6. Tata cara pelantikan diatur sesuai dengan kondisi setempat dengan tata cara tersendiri.
Pasal 9
Pemberhentian Pengurus
Pasal 10
Pergantian Pengurus
(1) Setiap pengurus sebagaimana yang disebut dalam pasal 9, kedudukannya dapat digantikan
oleh pengurus baru berdasarkan keputusan rapat lengkap kepengurusan.
(2) Apabila anggota pengurus berhalangan tetap dan atau meninggal dunia maka pengurus
tersebut digantikan oleh yang lainnya dengan keputusan Pengurus PPTSB sesuai
tingkatannya
BAB III
MUSYAWARAH RAPAT KERJA
Pasal 11
Pelaksanaan Musyawarah
Pasal 12
Pelaksanaan Rapat Kerja
(1) Rapat kerja wajib dilaksanakan di semua tingkat organisasi sebagaimana telah diamanatkan
Anggaran Dasar.
15
(2) Pimpinan dan penanggung jawab pelaksanaan rapat kerja, adalah ketua umum pada tingkat
nasional, ketua wilayah pada tingkat wilayah, ketua cabang pada tingkat cabang, dan ketua
sektor pada tingkat sektor.
(3) Dalam hal, ketua-ketua yang dimaksud dalam ayat (2) berhalangan, pimpinan rapat kerja
didelegasikan kepada pengurus lain dengan memperhatikan hirarki jabatan.
(4) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan rapat kerja dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan PPTSB pada semua tingkatan dan dalam hal tidak terpenuhi, pengurus
melakukan swadaya yang bertanggung jawab.
BAB IV
KEUANGAN
Pasal 13
Pemungutan dan Penyetoran
(1) Pemungutan dan penyetoran uang pangkal dan uang iuran dilakukan oleh pengurus
organisasi pada tingkat sektor.
(2) Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak efektif dan tidak efisien,
pengurus menunjuk dan mengangkat seorang atau beberapa orang anggota organisasi yang
bukan pengurus untuk melakukan pemungutan dan penyetoran.
(3) Pemungutan dan penyetoran yang dimaksud dalam ayat (2) diberikan uang insentif yang
layak dan bertanggung jawab.
Pasal 14
Penyimpanan
1. Penyimpanan uang bersumber dari segala sumber sebagaimana telah diatur dalam Anggaran
Dasar dilakukan di Bank Negeri dan/atau Bank Swasta untuk semua tingkat organisasi dalam
bentuk rekening giro.
2. Penyimpanan uang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Bendahara atas
nama dan untuk PPTSB di semua tingkatan organisasi.
Pasal 15
Penggunaan dan Penyaluran
Pasal 16
Pengawasan dan Pemeriksaan
BAB V
LAIN-LAIN
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, selanjutnya akan diatur dalam
peraturan organisasi di semua tingkatan dengan tetap berpedoman kepada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Pada saat Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku, maka Anggaran Rumah Tangga
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 19
PIMPINAN SIDANG,
17