Anda di halaman 1dari 17

KEPUTUSAN

MUSYAWARAH BESAR XII


PARSADAAN POMPARAN TOGA SINAGA DOHOT BORUNA (PPTSB)

Nomor: 06/MUBES/XII/PPTSB/X/2010

TENTANG

AMANDEMEN KE -II ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


PPTSB SE INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MUSYAWARAH BESAR XII PPTSB SE INDONESIA

MENIMBANG : 1. Bahwa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPTSB


yang telah disepakati dan ditetapkan pada tanggal 22 September
1966 dan disahkan pada tanggal 7 April 1967 serta telah direvisi
oleh Tim Perumus AD/ART yang dihunjuk oleh Kepengurusan
hasil Mubes XI PPTSB tahun 2006, dirasakan perlu
mendapatkan penyesuaian dan Amandemen sesuai dengan
kebutuhan terkini seluruh anggota PPTSB.
2. Bahwa AD/ART PPTSB hasil pekerjaan Tim Perumus yang
telah dihunjuk, perlu dibahas kembali dalam Musyawarah Besar
XI PPTSB untuk selanjutnya ditetapkan dalam suatu keputusan.

MENGINGAT : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPTSB se


Indonesia.
2. Keputusan-keputusan pada Musyawarah Besar PPTSB se
Indonesia.

MEMPERHATIKAN : Saran-saran dan pendapat yang timbul serta keputusan yang


diambil dalam Sidang Pleno pada Musyawarah Besar XII
PPTSB se Indonesia yang membahas perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPTSB se Indonesia.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : Keputusan Musyawarah Besar PPTSB XII se Indonesia


tentang Amandemen ke-II Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PPTSB se- Indonesia.

1
Pasal 1

Amandemen ke-II Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPTSB se Indonesia secara
lengkap seperti terdapat pada lampiran keputusan ini yang merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dengan keputusan ini.

Pasal 2

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : Urat, Samosir
Pada tanggal : 30 Oktober 2010

MUSYAWARAH BESAR XII PPTSB SE INDONESIA

PIMPINAN SIDANG

Ketua : Parlindungan Sinaga, SH, MBA ( ………………………..)

Sekretaris : Ir. Lamhot Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Drs. Manaek Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes ( ………………………..)

Anggota : Dr. Timbul Sinaga, S.E., M.S.A ( ………………………..)

2
Amandemen AD/ART PPTSB

Lampiran : Keputusan Musyawarah Besar XII PPTSB se


Indonesia Nomor: 06/MUBES
XII/PPTSB/X/2010 tentang Amandemen ke- II
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
PPTSB se- Indonesia

ANGGARAN DASAR

PARSADAAN POMPARAN TOGA SINAGA DOHOT BORU


(PPTSB)

PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya persatuan dan kesatuan antar suku dan etnis yang ada pada
masyarakat Indonesia adalah salah satu syarat keutuhan bangsa, berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945
Suku dan etnis Batak yang bercirikan marga, sebagai bagian integral yang tidak
terpisahkan dari bangsa Indonesia, sangat mendambakan persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Marga Sinaga yang merupakan bagian dari suku dan etnis Batak, sudah sejak lama
memupuk persatuan dan kesatuan baik di kalangannya sendiri maupun antara marga lain
termasuk juga dengan suku-suku lain yang ada di masyarakat Indonesia. Marga Sinaga
menyadari sepenuhnya persatuan dan kesatuan bukanlah tujuan akhir, tapi adalah merupakan
sasaran antara untuk meningkatkan kualitas hidupnya sehari-hari.
Dengan persatuan dan kesatuan, rasa senasib sepenanggungan dapat dipupuk dan
dikembangkan kearah solidaritas yang tinggi dengan suatu kesadaran, orang yang lebih tua
menjadi panutan, yang lebih muda disiapkan menjadi generasi penerus, yang pintar menjadi nara
sumber, yang tertinggal menjadi pintar, yang kaya membantu yang miskin, yang miskin menjadi
kaya dan demikian seterusnya sampai ketemunya kesejajaran sesama anak bangsa dan sesama
ciptaan Tuhan.
Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan sebagai sasaran, upaya yang ditempuh tidak
lagi cukup hanya berdasarkan ingatan belaka menurut adat kebiasaan hidup sehari-hari, tapi
dituntut adanya produk tertulis sebagai sumber hukum di kalangan sendiri dan perlu diteladani
ajaran nenek moyang Raja Sinaga tentang “PARHATIAN NASORA MONGGAL
PARNINGGALA SIBOLA TALI”, yang di dalamnya tercermin sikap tindak yang adil, arif, dan
bijaksana dalam setiap aspek kehidupan.

Memahami akan pentingnya produk tertulis sebagai pedoman dan sekaligus sebagai
pegangan, disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, maka atas Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, kami turunan Marga Sinaga dan boru bertekad bulat untuk berhimpun dalam
suatu organisasi yang dinamakan Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boru (PPTSB) yang
merupakan kelanjutan dari Parsadaan Pomparan Toga Sinaga (PPTSB) yang dilahirkan pada
tanggal 15 Desember 1940, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:

3
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan:


1. Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna selanjutnya disingkat dengan PPTSB adalah
persatuan seluruh marga Sinaga baik laki-laki maupun perempuan yang didasarkan atas
hubungan darah.
2. Anggota PPTSB adalah Pomparan Toga Sinaga baik laki-laki maupun perempuan yang
syarat administratif formal akan diatur berdasarkan anggaran dasar.
3. Bona pasogit adalah Urat Pulo Samosir yang menurut historis merupakan daerah asal marga
Sinaga sedangkan Simalungun adalah salah satu daerah Hasusuran.
4. Pengurus adalah anggota tertentu yang dipilih dan diangkat berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam anggaran dasar.
5. Pengurus pusat adalah pengurus yang mempunyai wilayah kerja meliputi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan luar negeri.
6. Pengurus wilayah adalah pengurus yang mempunyai wilayah kerja meliputi tingkat propinsi,
atau gabungan beberapa propinsi yang sesuai dengan kondisi kebutuhan.
7. Pengurus cabang adalah pengurus yang mempunyai wilayah kerja meliputi daerah kabupaten
dan atau kota sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
8. Pengurus sektor adalah pengurus yang mempunyai wilayah kerja meliputi tingkat kecamatan
atau gabungan dari beberapa kecamatan atau suatu daerah yang kurang dari satu kecamatan
karena mempertimbangkan jumlah warga, dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.

BAB II
NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU

Pasal 2
Nama

Persatuan ini bernama “Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boru” yang selanjutnya
disingkat dengan PPTSB.

Pasal 3
Kedudukan

PPTSB berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berkantor pusat di
Medan Propinsi Sumatera Utara.

Pasal 4
Waktu

PPTSB didirikan sejak tanggal 15 Desember 1940 hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

4
BAB III
AZAS DAN SIFAT

Pasal 5
Azas

PPTSB didirikan berazaskan Pancasila dan UUD tahun 1945 serta adat budaya Batak

Pasal 6
Sifat

PPTSB bersifat sosial kekeluargaan dan sisada lulu anak, sisada lulu boru

BAB IV
VISI DAN MISI

Pasal 7
Visi

Visi adalah terwujudnya PPTSB yang sejahtera.

Pasal 8
Misi

Meningkatkan kesejahteraan anggota melalui berbagai bentuk kegiatan yang sifatnya tidak
bertentangan dengan norma adat istiadat yang berlaku secara internal bagi bangso Batak dan
norma hukum yang berlaku secara universal bagi bangsa Indonesia.

BAB V
LAMBANG

Pasal 9

1. Untuk menggambarkan jati diri PPTSB dibuat sebuah lambang yang diwujudkan dengan
gambar dan/atau lukisan.
2. Gambar dan/atau lukisan yang dimaksud dalam ayat (1), dibuat sedemikian rupa sehingga
secara fisik menggambarkan motto PPTSB yang berbunyi “PARHATIAN NASORA
MONGGAL, PARNINGGALA SIBOLA TALI”, yang bentuk dasarnya dilambangkan dalam
bentuk Tugu PPTSB yang ada di Desa Urat Samosir.
3. Bagian-bagian dari gambar dan lukisan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2),
selanjutnya akan diatur dengan keputusan rapat pengurus pusat PPTSB.

BAB VI
SYARAT, HAK, DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 10
Syarat Menjadi Anggota

1. Syarat-syarat untuk menjadi anggota adalah:


a. Memenuhi syarat material dan/atau syarat formal.

5
b. Syarat material merupakan syarat punya marga yaitu Sinaga, karena keturunan atau
karena diangkat berdasarkan adat batak.
c. Syarat formal merupakan syarat formal administratif yaitu terdaftar dalam buku register
PPTSB.
d. Syarat formal sebagaimana dimaksud dalam huruf (c) dikecualikan bagi yang tinggal di
suatu daerah yang karena sesuatu hal belum memungkinkan untuk mendaftarkan diri.
2. Bagi yang memenuhi syarat material tapi bukan Warga Negara Indonesia, ditetapkan sebagai
anggota kehormatan.

Pasal 11
Hak-Hak Anggota

1. Hak-hak anggota yang sudah terdaftar adalah:


a. Mendapat perlindungan dan bantuan dalam pelaksanaan adat istiadat orang Batak.
b. Membela dan dibela dalam sidang organisasi.
c. Mengajukan pendapat, saran, dan usul baik lisan maupun tertulis demi kemajuan
organisasi.
d. Memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan dalam hal organisasi membuat
program untuk itu.
e. Berhak dipilih dan memilih menjadi pengurus, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART).
2. Bagi anggota yang belum/tidak terdaftar, hanya berhak mendapat perlindungan dan
pembelaan dalam pelaksanaan adat istiadat orang Batak.

Pasal 12
Kewajiban Anggota

1. Kewajiban anggota yang sudah terdaftar adalah:


a. Mentaati anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), serta keputusan-
keputusan organisasi.
b. Membela dan menjunjung tinggi nama baik organisasi.
c. Membayar uang pangkal dan iuran.
d. Berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi.
2. Bagi anggota yang belum/tidak terdaftar, berkewajiban melaporkan hal-hal yang dibutuhkan
di bidang adat kepada pengurus organisasi setempat untuk mendapat perlindungan dan
bantuan untuk itu, anggota yang belum terdaftar ini sekaligus mendaftarkan diri sebagai
anggota terdaftar.

BAB VII
SUSUNAN ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 13
Susunan Organisasi

Susunan organisasi disusun sebagai berikut:


1. Pada tingkat Nasional disebut PPTSB Pusat yang meliputi daerah kerja di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di luar wilayah NKRI yang dipimpin seorang
Ketua Umum.
2. Pada tingkat Propinsi, disebut PPTSB wilayah yang meliputi daerah kerja di seluruh wilayah
propinsi yang dipimpin oleh Ketua Wilayah.

6
3. Pada tingkat Kabupaten dan/atau tingkat kota disebut PPTSB cabang, yang meliputi daerah
kerja di seluruh wilayah kabupaten dan/atau di seluruh wilayah kota yang dipimpin seorang
Ketua Cabang.
4. Pada tingkat Kecamatan dan/atau gabungan beberapa kecamatan dan/atau yang kurang dari
satu Kecamatan atas dasar pertimbangan jumlah warga disebut PPTSB sektor yang dipimpin
seorang Ketua Sektor, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.

Pasal 14
Kepengurusan

Kepengurusan PPTSB terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Pemangku Adat, dan Pengurus di
setiap tingkatan organisasi.

Pasal 15
Dewan Penasehat, Dewan Pemangku Adat, dan Pengurus Harian

1. a. Dewan penasehat terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang sekretaris
merangkap anggota dan beberapa orang anggota yang dibentuk dan diangkat di semua
tingkat organisasi.
b. Dewan Pemangku Adat terdiri dari Ketua Pemangku Adat yang disesuaikan dengan
kebutuhan.

2. Pengurus pada tingkat pusat terdiri dari:


a. Ketua Umum
b. Ketua Harian
c. Ketua I, Ketua II dan Ketua III
d. Ketua Bidang terdiri dari:
1) Organisasi dan Keanggotaan
2) Pemberdayaan Ekonomi/Koperasi
3) Adat dan Tarombo
4) Politik
5) Aset dan Parartaon
6) Pendidikan dan Tenaga Kerja
7) Generasi Muda
8) Hukum dan HAM
9) Infokom

e. Sekretaris Umum
f. Sekretaris I, Sekretaris II dan Sekretaris III
g. Bendahara Umum
h. Bendahara I, Bendahara II dan Bendahara III
i. Departemen terdiri dari:
1) Organisasi dan Keanggotaan
2) Pemberdayaan Ekonomi/Koperasi
3) Adat dan Tarombo
4) Politik
5) Aset dan Parartaon
6) Pendidikan dan Tenaga Kerja
7) Generasi Muda
7
8) Hukum dan HAM
9) Infokom

3. Pengurus pada tingkat wilayah terdiri dari:


a. Ketua Wilayah
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Beberapa Wakil Bendahara
g. Beberapa Ketua Bidang
4. Pengurus pada tingkat cabang terdiri dari:
a. Ketua Cabang
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Beberapa Wakil Bendahara
g. Beberapa Ketua Bidang
5. Pengurus pada tingkat sektor terdiri dari:
a. Ketua
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Beberapa Wakil Bendahara
g. Beberapa Ketua Bidang

Pasal 16
Syarat Menjadi Pengurus

1. Syarat-syarat menjadi Dewan Penasehat PPTSB, adalah:


a. Warga Negara Republik Indonesia
b. Sudah berumah tangga
c. Sudah pernah menjadi pengurus, baik di tingkat pusat, tingkat wilayah, tingkat cabang
maupun di tingkat sektor
d. Serendah-rendahnya sudah berumur 45 (empat puluh lima) tahun atau yang dianggap
layak sesuai dengan harkat dan martabat di masyarakat
e. Tidak pernah mendapat hukuman dari Negara yang mempunyai kekuatan hukum tetap
f. Tidak sedang menjalani hukuman dari Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
tetap
g. Tidak pernah mendapat sanksi adat atau tidak sedang menjalani sanksi adat dari Raja-raja
adat.
2. Syarat-syarat menjadi pengurus pusat PPTSB adalah:
a. Warga Negara Republik Indonesia
b. Sudah berumur serendah-rendahnya 21 (dua puluh satu) tahun dan berumah tangga
c. Tidak pernah mendapat hukuman dari Negara yang mempunyai kekuatan hukum tetap
d. Tidak sedang menjalani hukuman dari Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
tetap
e. Tidak pernah mendapat sanksi adat atau tidak sedang menjalani sanksi adat dari Raja-raja
adat
8
f. Susunan pengurus mengakomodir Pomparan Sinaga Sitolu Ompu
3. Tata cara pemilihan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) selanjutnya
akan diatur dalam tata tertib tersendiri.

Pasal 17
Masa Bakti Pengurus

1. Masa bakti Dewan Penasehat dan Pemangku Adat dan masa bakti Pengurus Harian diatur
dalam periode yang bersamaan.
2. Pengurus pusat mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
3. Pengurus wilayah mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
4. Pengurus cabang mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
5. Pengurus sektor mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
6. Pengurus yang dimaksud pada pasal ini, dapat dipilih dan diangkat hanya untuk satu periode
berikutnya.
7. Pergantian antar waktu dilakukan apabila:
a. Mengundurkan diri
b. Berhalangan tetap
Pergantian antar waktu dilakukan melalui Rapat Pengurus Lengkap sesuai tingkatannya.

Pasal 18
Hak-Hak Pengurus

1. Pengurus di semua tingkatan berhak memutuskan hal-hal yang bersifat memajukan


organisasi dengan tetap berpedoman kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
serta memperhatikan nasehat dari Dewan Penasehat.
2. Pengurus di semua tingkatan berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana
kewajiban anggota organisasi ditambah dengan kewajiban menyelenggarakan musyawarah
dan rapat-rapat kerja yang diatur menurut Anggaran Dasar.
3. Pengurus di masing-masing daerah sesuai tingkatannya memberi rekomendasi kepada warga
PPTSB dalam hal peningkatan karir dan profesi masing-masing dengan mengutamakan azas
kebersamaan

BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA

Pasal 19
Musyawarah

1. Musyawarah diselenggarakan pada semua tingkat organisasi guna:


a. Melakukan periodesasi pengurus
b. Melakukan evaluasi kinerja kepengurusan untuk selanjutnya menentukan program kerja
satu periode berikutnya
c. Mengusulkan amandemen terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bila
dianggap perlu melalui Mubes PPTSB.
2. Musyawarah untuk tingkat nasional disebut Musyawarah Besar yang dihadiri oleh semua
pengurus pusat ditambah dengan ketua wilayah berikut 5 (lima) orang pengurus wilayah dan
ketua-ketua cabang atau yang mewakili
3. Musyawarah untuk tingkat propinsi disebut Musyawarah Wilayah yang berstatus dan jumlah
pesertanya disesuaikan dengan kondisi daerah.

9
4. Musyawarah untuk tingkat kabupaten/kota disebut musyawarah cabang dengan jumlah
peserta disesuaikan dengan kondisi daerah.
5. Musyawarah untuk tingkat kecamatan atau yang sejenis disebut musyawarah sektor yang
status dan jumlah peserta disesuaikan dengan kondisi daerah.
6. Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) difasilitasi oleh Pengurus Pusat dan
untuk memfasilitasimusyawarah tingkat wilayah, tingkat cabang, dan tingkat sektor akan
diatur oleh masing-masing daerah.

Pasal 20
Rapat Kerja

1. Rapat kerja tingkat nasional diselenggarakan minimal satu kali dalam dua tahun, yang
dihadiri seluruh pengurus pusat ditambah dengan ketua wilayah dan ketua cabang atau yang
mewakili.
2. Rapat kerja selain disebut pada ayat (1), diselenggarakan menurut kebutuhan organisasi pada
semua tingkatan. Rapat kerja sebagaimana disebut pada ayat (1), difasilitasi oleh pengurus
pusat.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 21
Sumber Keuangan dan Pengelolaan

1. Guna mewujudkan visi dan misi PPTSB dibutuhkan sejumlah dana yang cukup besar.
2. Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. Uang pangkal dari satu keluarga atau per rumah tangga, yang penyetorannya dilakukan
pada saat pendaftaran masuk anggota.
b. Uang iurantiap bulan dari tiap keluarga/rumah tangga, disetor langsung oleh anggota dan
atau dipungut langsung oleh pengurus pada tingkat organisasi sektor.
c. Sumbangan yang berbentuk uang dari berbagai pihak yang sifatnya tidak mengikat secara
hukum.
d. Sisa hasil usaha dan/atau bagi hasil dari kegiatan bisnis koperasi, perseroan terbatas
dan/atau kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pengelolaan uang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) selanjutnya akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga dan dengan Keputusan Ketua Umum.

BAB X
BADAN USAHA DAN YAYASAN

Pasal 22
Badan Usaha

1. Untuk meningkatkan pendapatan anggota PPTSB, dapat didirikan badan-badan usaha yang
berbentuk koperasi dan/atau perseroan terbatas.
2. Koperasi dan/atau perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikan
berdasarkan kemampuan organisasi pada semua tingkatan dan tetap berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan yang mengatur.
3. Kepengurusan koperasi dan/atau perseroan terbatas selanjutnya akan diatur dalam tata tertib
sendiri.
10
Pasal 23
Yayasan

1. Untuk meningkatkan kegiatan sosial, PPTSB dapat mendirikan Yayasan.


2. Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikan berdasarkan kemampuan organisasi
pada semua tingkatan organisasi dan tetap berpedoman kepada peraturan perundang-
undangan yang mengaturnya.
3. Susunan kepengurusan Yayasan selanjutnya akan diatur dalam tata tertib tersendiri.

BAB XI
BANTUAN, HUBUNGAN, DAN KERJASAMA

Pasal 24
Bantuan

1. Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi sosial, PPTSB dapat member dan/atau
menerima bantuan dari/kepada semua pihak di luar organisasi, baik swasta maupun
pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri.
2. Penerimaan dan/atau pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
atas keputusan pengurus PPTSB di semua tingkatan.
3. Tata cara penerimaan dan/atau pemberian bantuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2), selanjutnya diatur dengan keputusan Rapat Pengurus PPTSB di semua tingkatan.

Pasal 25
Hubungan Kerja

1. Hubungan dan kerjasama PPTSB dengan badan, lembaga, serta instansi di dalam dan luar
negeri dapat dilakukan atas dasar saling menguntungkan dan saling menghormati.
2. Hubungandan kerjasama dilakukan terutama dengan badan-badan usaha dan lembaga sosial,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), selanjutnya akan
diatur dengan keputusan rapat pengurus.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26
Perubahan

1. Perubahan Anggaran Dasar ini, hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Besar melalui
Tim Perumus yang diberi mandat untuk itu.
2. Segala ketentuan yang ada sebelum anggaran dasar ini dibuat dan disahkan, masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan anggaran dasar ini.
3. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini yang sifatnya lebih teknis,
selanjutnya akan diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

11
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27
Peralihan

Pada saat Anggaran Dasar ini dietapkan, maka Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 28

Anggaran Dasar ini mulai berlaku pada tanggal disahkan.


Agar setiap anggota Organisasi PPTSB mengetahuinya, Pengurus Pusat membukukan dan
mensosialisasikannya.

Ditetapkan di : Urat, Samosir


Pada tanggal : 30 Oktober 2010

MUSYAWARAH BESAR XII PPTSB SE INDONESIA

PIMPINAN SIDANG,

Ketua : Parlindungan Sinaga, SH, MBA ( ………………………..)

Sekretaris : Ir. Lamhot Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Drs. Manaek Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes ( ………………………..)

Anggota : Dr. Timbul Sinaga, S.E., M.S.A ( ………………………..)

12
ANGGARAN RUMAH TANGGA

PARSADAAN POMPARAN TOGA SINAGA DOHOT BORU


(PPTSB)

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Jenis Keanggotaan

Anggota PPTSB terdiri dari:


a. Anggota biasa adalah Pomparan marga Sinaga dohot Boruna atau karena diangkat
menurut adat Batak dan berstatus Warga Negara Indonesia
b. Anggota kehormatan adalah warga negara Indonesia maupun warga Negara asing,
yang memberikan kontribusi atau perhatian besar dalam mengembangkan harkat
dan martabat PPTSB pada khususnya dan budaya batak pada umumnya.

Pasal 2
Hak dan Kewajiban Anggota

1. Anggota biasa mempunyai hal dan kewajiban sebagaimana yang telah diatur di dalam
Anggaran Dasar.
2. Anggota kehormatan mempunyai hak dan kewajiban yang akan diatur kemudian dengan
keputusan Ketua Umum.

Pasal 3
Prosedur Administrasi untuk menjadi Anggota

1. Setiap Pomparan marga Sinaga dohot Boruna yang menjadi anggota PPTSB sebagai
organisasi, mengisi formulir pendaftaran yang disiapkan oleh pengurus sektor.
2. Formulir yang telah diisi diserahkan kepada pengurus dengan disertai kartu keluarga.
3. Calon anggota yang sudah mengisi formulir dan sudah mengembalikannya kepada pengurus,
kepadanya dapat diberikan Kartu Anggota bila yang bersangkutan telah membayar uang
pangkal yang besarnya ditentukan masing-masing pengurus sektor.

Pasal 4
Sanksi

1. Setiap anggota yang nyata-nyata terbukti melanggar adat Batak yang sangat prinsip, seperti
halnya melakukan perkawinan sesame marga Sinaga, dijatuhkan sanksi berupa pemecatan
dari keluarga besar PPTSB.
2. Bagi anggota yang sudah dipecat dari keluarga besar PPTSB tidak lagi memperoleh hak
pelayanan adat dan hak pelayanan lainnya.

13
Pasal 5
Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan berakhir karena:


Meninggal dunia
a. Diberhentikan karena nyata-nyata terbukti telah melanggar adat Batak yang sangat prinsip.

BAB II
PENGURUS

Pasal 6
Tata Cara Pemilihan Pengurus

1. Forum resmi yang berwenang memilih pengurus adalah forum musyawarah besar pada
tingkat nasional, forum musyawarah wilayah pada tingkat propinsi, forum musyawarah
cabang pada tingkat kabupaten/kota dan forum musyawarah sektor pada tingkat kecamatan
atau yang setara dengan itu.
2. Pemilihan pengurus disemua tingkatan dilakukan dengan sistem musyawarah/mufakat,
langsung dan atau formatur.
3. Apabila Pemilihan Calon Ketua Umum/Ketua Wilayah/Ketua Cabang/Ketua Sektor
dilakukan dengan secara langsung, maka yang memperoleh suara 50% (lima puluh persen)
plus satu adalah merupakan pemenang pemilihan.
4. Dalam hal tidak ada calon yang berhasil memperoleh suara 50% (lima puluh persen) plus
satu, maka pemilihan akan diulang kembali pada seketika itu juga, dengan peserta pemilihan
suara terbanyak pertama dan kedua
5. Untuk melengkapi struktur kepengurusan lainnya akan dilakukan dengan sistem Formatur
6. Ketua Umum terpilih bersama-sama Formatur diberi wewenang untuk memilih dan
mengangkat pengurus lainnya dengan tetap memperhatikan aspirasi peserta musyawarah.

Pasal 7
Pengukuhan Pengurus

Pengukuhan pengurus dengan segala kelengkapannya pada semua tingkatan dilakukan


sebagai berikut:
(1) Pengurus tingkat pusat dikukuhkan oleh Pimpinan Sidang Musyawarah Besar PPTSB.
(2) Pengurus tingkat wilayah dikukuhkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat PPTSB
(3 Pengurus tingkat cabang dikukuhkan dengan surat keputusan Pengurus Wilayah.
(4) Pengurus cabang yang tidak memiliki pengurus wilayah, ketua cabang berikut pengurus
lainnya dikukuhkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat PPTSB.
(5) Pengurus tingkat sektor dikukuhkan melalui surat keputusan Pengurus Cabang.

Pasal 8
Pelantikan Pengurus

1. Pelantikan pengurus pada tingkat pusat dilakukan oleh Dewan Penasehat Pusat dalam
sebuah upacara resmi.
2. Pelantikan pengurus pada tingkat wilayah dilakukan oleh pegurus pusat PPTSB dalam
sebuah upacara resmi.
3. Pelantikan pengurus pada tingkat cabang di daerah yang memiliki pengurus wilayah
dilakukan oleh Pengurus Wilayah dalam sebuah upacara resmi.
14
4. Pelantikan pengurus pada tingkat cabang di daerah yang tidak memiliki Pengurus Wilayah
dilakukan oleh Pengurus Pusat PPTSB atau yang mewakilinya.
5. Pelantikan pengurus pada tingkat sektor dilakukan oleh Pengurus Cabang.
6. Tata cara pelantikan diatur sesuai dengan kondisi setempat dengan tata cara tersendiri.

Pasal 9
Pemberhentian Pengurus

Pengurus PPTSB diberhentikan karena:


(1) Meninggal dunia.
(2) Diberhentikan dari kepengurusan PPTSB karena nyata-nyata terbukti telah melanggar adat
Batak yang sangat prinsip.
(3) Tidak dapat atau tidak bersedia melaksanakan tugas kepengurusan yang diembannya.

Pasal 10
Pergantian Pengurus

(1) Setiap pengurus sebagaimana yang disebut dalam pasal 9, kedudukannya dapat digantikan
oleh pengurus baru berdasarkan keputusan rapat lengkap kepengurusan.
(2) Apabila anggota pengurus berhalangan tetap dan atau meninggal dunia maka pengurus
tersebut digantikan oleh yang lainnya dengan keputusan Pengurus PPTSB sesuai
tingkatannya

BAB III
MUSYAWARAH RAPAT KERJA

Pasal 11
Pelaksanaan Musyawarah

(1) Untuk melaksanakan agenda musyawarah, dibentuk panitia pelaksana.


(2) Panitia pelaksana dibentuk berdasarkan surat keputusan ketua umum tingkat nasional, ketua
wilayah untuk tingkat wilayah, ketua cabang untuk tingkat cabang, dan ketua sektor untuk
sektor.
(3) Susunan dan keanggotaan panitia pelaksana terdiri dari beberapa orang pengurus dan
beberapa orang yang bukan pengurus.
(4) Panitia pelaksana yang sudah terbentuk, sesegera mungkin menyusun sebuah proposal untuk
mendapat persetujuan ketua umum untuk tingkat nasional, dari pengurus ketua wilayah untuk
tingkat wilayah, dari ketua cabang untuk tingkat cabang dan dari ketua sektor untuk tingkat
sektor.
(5) Segala yang timbul sebagai akibat terbentuknya panitia pelaksana menjadi tanggung jawab
PPTSB pada semua angkatan dan dalam hal tidak terpenuhi, panitia pelaksana melakukan
swadaya yang bertanggung jawab.
(6) Dalam melaksanakan tugasnya, panitia pelaksana bertanggung jawab kepada peserta
musyawarah secara kolektif pada sidang paripurna dan secara administratif melaporkan
kepada ketua terpilih.

Pasal 12
Pelaksanaan Rapat Kerja

(1) Rapat kerja wajib dilaksanakan di semua tingkat organisasi sebagaimana telah diamanatkan
Anggaran Dasar.
15
(2) Pimpinan dan penanggung jawab pelaksanaan rapat kerja, adalah ketua umum pada tingkat
nasional, ketua wilayah pada tingkat wilayah, ketua cabang pada tingkat cabang, dan ketua
sektor pada tingkat sektor.
(3) Dalam hal, ketua-ketua yang dimaksud dalam ayat (2) berhalangan, pimpinan rapat kerja
didelegasikan kepada pengurus lain dengan memperhatikan hirarki jabatan.
(4) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan rapat kerja dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan PPTSB pada semua tingkatan dan dalam hal tidak terpenuhi, pengurus
melakukan swadaya yang bertanggung jawab.

BAB IV
KEUANGAN

Pasal 13
Pemungutan dan Penyetoran

(1) Pemungutan dan penyetoran uang pangkal dan uang iuran dilakukan oleh pengurus
organisasi pada tingkat sektor.
(2) Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak efektif dan tidak efisien,
pengurus menunjuk dan mengangkat seorang atau beberapa orang anggota organisasi yang
bukan pengurus untuk melakukan pemungutan dan penyetoran.
(3) Pemungutan dan penyetoran yang dimaksud dalam ayat (2) diberikan uang insentif yang
layak dan bertanggung jawab.

Pasal 14
Penyimpanan

1. Penyimpanan uang bersumber dari segala sumber sebagaimana telah diatur dalam Anggaran
Dasar dilakukan di Bank Negeri dan/atau Bank Swasta untuk semua tingkat organisasi dalam
bentuk rekening giro.
2. Penyimpanan uang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Bendahara atas
nama dan untuk PPTSB di semua tingkatan organisasi.

Pasal 15
Penggunaan dan Penyaluran

1. Penggunaan keuangan dilakukan berdasarkan pos-pos pengeluaran yang telah ditetapkan


oleh pengurus di semua tingkat organisasi.
2. Keuangan yang bersumber dari uang pangkal anggota dan iuran bulanan anggota yang
berbasis sektor, disalurkan secara berjenjang sebagai berikut:
a. Untuk sektor pemungutan, sebesar 75% (tujuh puluh lima persen)
b. Untuk cabang yang tidak dibawahi wilayah, sebesar 20% (dua puluh persen)
c. Untuk cabang yang dibawahi wilayah 10% (sepuluh persen)
d. Untuk wilayah sebesar 10% (sepuluh persen)
e. Untuk pusat, sebesar 5% (lima persen).

Pasal 16
Pengawasan dan Pemeriksaan

1. Untuk tertibnya penggunaan dan penyaluran keuangan, dilakukan pengawasan dan


pemeriksaan terhadap kas bendahara di setiap tingkat organisasi.
16
2. Pengawasan dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), dilakukan secara
internal oleh sebuah badan pemeriksa keuangan organisasi dan secara eksternal dilakukan
oleh akuntan publik.
3. Hasil pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan internal organisasi dan/atau yang
dilakukan oleh akuntan publik, dilaporkan di dalam rapat paripurna pengurus di semua
tingkat organisasi.

BAB V
LAIN-LAIN

Pasal 17

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, selanjutnya akan diatur dalam
peraturan organisasi di semua tingkatan dengan tetap berpedoman kepada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Pada saat Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku, maka Anggaran Rumah Tangga
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 19

Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Urat, Samosir


Pada tanggal : 30 Oktober 2010

MUSYAWARAH BESAR XII PPTSB SE INDONESIA

PIMPINAN SIDANG,

Ketua : Parlindungan Sinaga, SH, MBA ( ………………………..)

Sekretaris : Ir. Lamhot Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Drs. Manaek Sinaga ( ………………………..)

Anggota : Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes ( ………………………..)

Anggota : Dr. Timbul Sinaga, S.E., M.S.A ( ………………………..)

17

Anda mungkin juga menyukai