Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna
ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, invasi
dan menimbulkan eksudat.
Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau
Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan
kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman
(1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa.
Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya
dengan “malignant external otitis”. Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang
agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41
%),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini
merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular,
atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga
luar dapat dianggap pembentukan lokalotitis eksterna.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari
2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan
baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada
daerah-daerah yang panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. (Abdul
Gofar, 2006)
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dantelinga dalam. Telinga
luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkangelombang bunyi ke struktur – struktur telinga
tengah. Telinga luar terdiri dari dauntelinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai
membran timpani. Di dalamtelinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus
dan stapes.Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis
.

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk – lekuk dandibungkus oleh
kulit tipis. Lekukan – lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,tragus, antitragus, fossa
skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.Permukaan lateral daun telinga mempunyai
tonjolan dan daerah yang datar. Tepidaun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian
postero-superiornyaterdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’ tubercle).
Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior
antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura inidisebut fosa
triangular . Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depananteheliks terdapat konka. Di
bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian
di seberang tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.1

Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan
anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makinke bawah lapisan subkutan
bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun
telinga bagian posterior berasaldari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga
sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga
jugadiperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahioleh
cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telingadisuplai oleh cabang
– cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang
aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular N. vagus.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertigaluar dan
bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira – kira2,5 cm – 3 cm. Bentuk
liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagiantulang rawan dan bagian tulang karena
itu membran timpani biasanya tidak dapatterlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari
luar ke dalam tidak selalusama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di
medial batas bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani,
bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut tajam(acute
anterior tympanic angle) , sehingga bagian tepi anteriorinferior membran timpani sukar dilihat
langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkandiameter membran timpani paling panjang
pada bagian obliq anteroinferior ke posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam
ini liang telingamenonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga
bagiantulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,mengandung
folikel rambut dan kelenjar – kelenjar, sedangkan kulit di bagiantulang merupakan kulit yang
tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar
– kelenjar.

Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyaiarti klinis
yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatandengan sendi
temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dindinginferior liang telinga juga
berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan (
fissure of Santorini) memungkinkaninfeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan
sebaliknya pada ujungmedial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan
tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang manamemisahkan
lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, di sebelah
medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan
tulang lebih tebal memisahkan liang telingadari fossa krani medial. Dinding posterior liang
telinga bagian tulang terpisah darisel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.

Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan
Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host
misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahansifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di
liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang
sangat unik karena merupakan satu – satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak
di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap
pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral
membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit denganlapisan serumen dan isthmus. Salah
satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan serumen atau
kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan
serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel – sel stratum korneum ikut pula
berperan dalam pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatufaktor tambahan
yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat
berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari
membran timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan
pembentukan fisura pada epidermis.

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.Bagian


anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikuler
di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagiansuperior. Bagian inferior, disalurkan ke
infraaurikuler dekat angulus mandibula.Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe
postaurikuler dan kelenjar limfeservikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus
akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial
(VII),glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).

Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga kemembran
timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga, membatasi
liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membrantimpani rata – rata sekitar 1 cm, paling
panjang pada arah anterior – inferior kesuperior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis
yaitu lapisan luar, lapisantengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari
kulit yangmelapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiriatas
dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut – serabutnya berpusat dimanubrium maleus, lapisan
sirkuler yang serat – seratnya lebih padat di lingkaranluar dan makin jarang ke arah sentral.
Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi
menjadi dua bagian yaitu parsflaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah.

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh dauntelinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telingatengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaranmealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrantimpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akanditeruskan
ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa padaskala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan ke membrana Reissner yangmendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yangmenyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ionterbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
inimerupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, laludilanjutkan ke nukleus
auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.

2.3 Pengertian Otitis Eksterna Maligna


Beberapa pengertian otitis eksterna maligna menurut teori.

Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau
Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan
kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Menurut Meltzer dan
Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P.
aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan
menyebutnya dengan “malignant external otitis”. Otitis eksterna ini maligna karena sifat
kliniknya yang agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.

Bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna
(osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progresif, melemahkan dan terkadang fatal
pada kanalis auditoris eksternus, jaringan sekitarnya dan dasar tengkora. Biasanya disebabkan
oleh Pseudomonas Aeruginosa pada pasien dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti
diabetes.(Brunner & Suddarth,2002).

Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga
luar (Mansjoer, 2001).

2.4 Etiologi

Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut :


1. Diabetik (90 % ),

Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati
pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan
penyebab utama predisposisi ini.Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi
dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak
perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena
penggunaan obat
3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi
telinga pada pasien diabetik.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga
2. Diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak
3. Pembengkakan liang telinga.
4. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya
jaringan granulasi secara subur.
5. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.
6. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan
akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa.
7. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar
gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.
2.6 Pembagian Derajat

1. Stage I : Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga. ( otalgi yang
menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada kelumpuhan n. fasialis)

2. Stage II : Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan (kelumpuhan nevus fasialis pada
foramen jugualar bagian lateral)

3. Stage III : Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi sampai
foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)
2.7 Patogenesis

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlahleukosit,
laju endap darah dan gula darah sewaktu2. Pemeriksaan kultur yangdiperoleh dari sekret
liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah
P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas
sp mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis.
Eksotoksin dapatmenyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan
lainnyamenghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.
2. Radiologi
CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulangtengkorak
dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada
stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylenediphosphonate menunjukkan area yang
mengalami osteogenesis dan osteolisis.Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan
lunak yang mengalamiinflamasi.

3. Histopatologi
Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Prosesinfeksi
meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaranhistology juga dapat
terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan
dermis disertai infiltrate PMN. Kartilagodikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak
destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid
menunjukkanadanya sel – sel inflamasi akut.

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi, pengobatan lokal


pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan
pembedahan.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian
penting di sekitarnya. Pasien otitis eksterna maligna harus dirawatinapkan minimum 4-6
minggu. Pasang cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM,
3-5 perkilogram berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam.Karbenisilin
harus diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam.Terapi antibiotik parenteral harus
diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin dan
tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi
ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.
Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara
waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi
diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang
menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal, akan
mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus
akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan ia dihindarkan. Tetapi bila
keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin
diperlukan mastoidektomi radikal. Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan
bentuk terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas,
maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan
bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran
infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu
pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant
lokal jaringan granulasi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga,
pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-
lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa
usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini,
apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien
sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma,
apakah klien sering berenang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan
apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi
1. Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna
kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
2. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran
timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat
dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d respon inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga
3. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara

3.3 Rencana Intervensi


Nyeri b/d respon inflamasi
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang
Kriteria hasil :
- Skala nyeri berkurang yaitu 0-1
- Pasien dapat beristirahat
- Ekspresi meringis (-)
- TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24
x/menit, T : 36,5-37,5°C)
- Kanalis tetap terbuka
INTERVENSI RASIONAL
BHSP Meningkatkan kepercayaan pasien
Berikan lingkungan tenang dan nyaman Membantu pasien untuk dapat
beristirahat
Memasang sumbu bila kanalis untuk menjaga kanalis tetap terbuka
auditorius mengalami edema
Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai Mengurangi rasa sakit yang dirasakan
indikasi pasien
Kaji skala nyeri Mengetahui skala nyeri pasien
Pantau TTV pasien Untuk mengetahui status kesehatan
pasien
Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan
persepsi sensoridapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat berinteraksi
INTERVENSI RASIONAL
Berbicara dengan suara yang jelas Memudahkan pasien untuk berinteraksi
Menggunakan kalimat atau bahasa yang Memudahkan pasien untuk berinteraksi
mudah dimengerti
Berdiri dihadapan klien saat berbicara Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan
persepsi sensoridapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat berinteraksi
INTERVENSI RASIONAL
Dapatkan apa metode komunikasi yang Dengan mengetahui metode
dinginkan dan catat pada rencana komunikasi yang diinginkan oleh klien
perawatan metode yang digunakan oleh maka metode yang akan digunakan
staf dan klien, seperti : dapat disesuaikan dengan kemampuan
1. Tulisan dan keterbatasan klien.
2. Berbicara
3. Bahasa isyarat.
Gunakan faktor-faktor yang Memungkinkan komunikasi dua arah
meningkatkan pendengaran dan anatara perawat dengan klien dapat
pemahaman. berjalan dnegan baik dan klien dapat
1. Bicara dengan jelas, menghadap menerima pesan perawat secara tepat.
individu.
2. Ulangi jika klien tidak memahami
seluruh isi pembicaraan.
3. Gunakan rabaan dan isyarat untuk
meningkatkan komunikasi.
Kaji kemampuan untuk menerima Pesan yang ingin disampaikan oleh
pesan secara verbal. perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran
telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena
infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya
jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga
meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)
Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi telinga yang mengenai saluran telinga
baik itu akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, seperti staphylococcus aureus,
staphylococcus albus, E.coli, cuaca yang panas dan lembab, tetapi kebanyakan di sebabkan oleh
termasuknya air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis yang
memungkinkan masuknya organisme ke dalam jaringan dan kondisi sistemik seperti defisiensi
vitamin dan kelainan endokrin, dan banyak factor yang lainnya. Otitis eksterna ini di bagi lagi
menjadi beberapa jenis seperti : otitis eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis
eksterna maligna.
Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan, yang
ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga, nyeri hebat saat membuka
mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa ada cairan. Komplikasinya bisa berupa : paresis
atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal,
meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan VII.
Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang telinga di
bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan gunakan bahan yang tidak
menimbulkan iritasi.

4.2 Saran
Berhati-hati dalam membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara
pembersihan yang salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.
Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat menyampaikan saran kepada semua
pihak, baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan sintang agar
mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila di temukan klien dengan
otitis eksterna khususnya otitis eksterna maligna, selain itu juga dapat melakukan pencegahan
dini dengan pola hidup yang baik, sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi
maupun mahasiswa/i Stikes Hang Tuah Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA

 Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC,
Jakarta.
 Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta.
 Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam
Malik, Medan
 Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorok. Gramedia :
Jakarta
 Jurnal : Suplemen, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3, September 2006

Anda mungkin juga menyukai