Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yosi Nur Fadhilah

NIM : P 27226019284
Stase : Muskuloskeletal / RSUD Ajibarang Banyumas
Prodi : Profesi Fisioterapi Poltekkes Surakarta

RESUME JURNAL DENGAN FORMAT PICO

“The Short And Long-Term Effect Of Weight-Bearing Mobilization-


With-Movement (MWM) And Automobilization-MWM Techniques
On Pain And Functional Status In Patients With Hip Osteoarthritis”

A. Population
Hip Osteoartritis (HOA) adalah peradangan ringan kronis
osteoartropati degeneratif, mempengaruhi 11% populasi pada usia 50-80
tahun. Pada orang tua, adalah faktor paling penting terjadi yang dapat
mempengaruhi keterbatasan dalam kombinasi dengan bertambahnya usia,
kejadian OA pinggul meningkat. Gejala terkait adalah rasa nyeri, terutama
pada pagi hari, keterbatasan fungsi, keterbatasan lingkup gerak sendi
(ROM), penyempitan ruang sendi serta kista sub chondral dan
osteofit. Patofisiologi termasuk seluruh kapsul, mempengaruhi otot-otot
periarticular pinggul, terutama pada gerakan abduksi. Untuk mementukan
diagnosis pastinya membutuhkan radiografi dan pemeriksaan fisik.
Semua pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini yang
menderita OA panggul sesuai dengan kriteria klinis American College of
Reumatology (ACR) dan kembali di saring oleh ahli bedah ortopedi.
Pengambilan sampel berturut-turut dari Desember 2015 hingga Agustus
2016. Empat puluh pasien usia 50-80 tahun dengan HOA secara acak
dibagi menjadi dua kelompok. Pasien dalam kelompok perlakuan
menerima MWM dalam posisi berdiri dan auto-MWM selama dua
minggu, sementara pasien kontrol menerima terapi berupa MWM palsu.
Derajat nyeri dan fungsional diukur pada awal, pasca perawatan dan tindak
lanjut tiga bulan, menggunakan Skala Analog Visual (VAS) dan Skala
Fungsional Ekstremitas Bawah (LEFS). ANOVA campuran digunakan
untuk memeriksa kemungkinan perbedaan antara fase pengobatan antara
kelompok, tetapi juga interaksi antara Grup dan Faktor waktu.
Kriteria inklusi : usia 50-80 tahun, mengeluh nyeri panggul, internal
rotasi pinggul <15 °, nyeri pada rotasi internal pinggul.
Kriteria ekslusi : adanya peradangan pada pinggul, sebelumnya telah
melakukan operasi, osteopatik tulang, ketidakmampuan untuk melakukan
resisten pinggul dan gerakan lutut, osteoartritis bilateral.

B. Intervensi
Teknik-teknik MWM yang telah dipilih sebelumnya diterapkan dalam
posisi berdiri, oleh ahli fisioterapi yang berkualifikasi selama delapan tahun
pengalaman klinis di Mulligan mobilations. Terapi dilakukan selama dua
minggu dan dalam frekuensi tiga kali kunjungan per minggu, tiga teknik
dipilih dari posisi berdiri, yang bertujuan untuk meningkatkan internal rotasi
pinggul, ekstensi, dan abduksi (Gambar 1-6). Pasien diminta untuk melakukan
garakan aktif, bersamaan dengan terapis di sudut kanan melakukan mobilisasi
menggunakan sabuk mulligan untuk egrakan internal rotasi, ekstensi dan
abduksi. Masing-masing MWM diberikan dalam tiga set dengan sepuluh
pengulangan dengan istirahat satu menit antara set. Itu Program berlangsung
dua minggu dengan frekuensi tiga sesi per minggu.
Pasien diajarkan untuk melakukan teknik auto-MWM pada posisi
berdiri yang sama dengan ikat pinggang, dilakukan dua kali sehari di rumah,
dalam dosis 3x10 dari hari pertama program hingga akhir periode dua
minggu. Dianjurkan untuk menghindari latihan di rumah apabila terdapat
tanda-tanda peradangan. Dan pasien juga diminta untuk melanjutkan latihan di
rumah sebagai basis aplikasi mobilisasi otomatis, setelah periode dua minggu
selama pasien memiliki feedback positif adanya perbaikan fungsional. Pada
saat aplikasi dirumah pasien diindtruksikan untuk menghentikan
mengkonsumsi obat serta segala bentuk perawatan lainnya. Kelompok control
diberikan teknik intervensi dimmana menerapkan teknik cara yang sama
namun tanpa adanya kekuatan mobilisasi.

C. COMPARISON
Pasien dalam kelompok Perlakuan menerima protokol terapi
MWM dan auto MWM. Sedangkan dalam kelompok kontrol hanya
menerima protokol terapi MWM Palsu.
Pengukuran derajat nyeri menggunakan VAS sedangkan
pengukuran kemampuan fungsional pada pinggul dilakukan melalui Skala
Fungsional Ekstremitas Bawah (LEFS) sebelum terapi di mulai dan saat
evaluasi. Pengukuran berupa wawancara dengan pasien tentang derajat
nyerinya dan keterbatasan aktivitas sehari-hari. Pasien diminta untuk tidak
mengkonsumsi obat dan terapi lain selama penelitian berlangsung.

D. OUTCOME
Penelitian ini adalah yang pertama untuk menguji efek klinis
MWM pada sampel pasien dengan osteoartritis pinggul. Perbedaan skor
nyeri dan fungsi antara baseline dan pasca terapi, serta pasca terapi dan
tindak lanjut tindakan (3 bulan), signifikan (p <.001) untuk MWM grup,
berbeda dengan grup SHAM (p> .001). Perbedaan antara kelompok juga
signifikan (p <.001), mengenai Skor VAS dan LEFS, dalam pasca
perawatan dan tindak lanjut pengukuran.
Kami memilih untuk menerapkan MWM yang paling memberikan
dampak tethadap gerak sendi pinggul, seperti rotasi internal, ekstensi, dan
abduksi. Menurut Kaltenborn dan Evjenth, 2014 ada pola kapsuler yang
mencerminkan keterbatasan ligamen kapsul pada gangguan
muskuloskeletal sendi panggul. Sesuai dengan ini, pemeriksaan fisik kami
menemukan keterbatasan pada arah di atas.

E. KESIMPULAN
Laporan kasus ini memberikan contoh tentang bagaimana terapi
menggunakan MWM dan auto-MWM dapat mengurangi nyeri dan
kemampuan fungsional pada sendi pinggul.

KELEBIHAN :
1. Dosis latihan dipaparkan secara jelas

KEKURANGAN :
1. Kurangnya ukuran sampel
2. Kurangnya penjelasan bagaimana penatalaksanaan MWM pada pasien

Anda mungkin juga menyukai