Oleh
KELOMPOK II
( ) ( )
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan
limpahan rahmat-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas seminar
kelompok yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ny.R Dengan Abortus
Insipiens Di IGD Ponek RSUD Ahmad Mocthar Bukittinggi Tahun 2019
”. Kelompok menyadari bahwa makalah ilmiah ini belum lah sempurna
oleh karena itu kelompok mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ilmiah ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama
pada pengelolaan konservatif.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap
aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu
sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan
sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan
dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang
cukup.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya
infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering
terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi
yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress
Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut
di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat
bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang
dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang
5
strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat
menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memahami masalah penanganan ketuban pecah dini.
2. Tujuan khusus
1) Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya ketuban pecah dini.
2) Mengidentifikasi pemeriksaan yang diperlukan untuk
diagnosis.
3) Mendiskusikan penanganan cepat dan tepat ketuban pecah dini
dan komplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
B. PENYEBAB
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
7
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
(Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli (Kehamilan kembar) adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang
lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
8
d. Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi
berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
e. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi
nyata dalam waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan
oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu.
9
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. DIAGNOSIS
Pastikan selaput ketuban pecah.
Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,
tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes),
jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan
ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher
rahim, dan air seni.
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amniom dan gambaran daun pakis.
10
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan
ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,
anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada
amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
E. PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
11
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ektraseluler dan membrane
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir, terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
F. PENGARUH KPD
1) Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi
akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2) Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai
infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-
gejala infeksi lainnya.
G. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 %
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34
12
minggu 50 % persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
1) Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana
korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan
janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis. Penyebab
korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari
traktus urogenitalis ibu. Secara spesifik permulaan infeksi berasal dari
vagina, anus, atau rektum dan menjalar ke uterus.
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septicemia, pneumonia dan omfalitis. Umumnya korioamnionitis
terjadi sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature,
infeksi lebih sering daripada aterm.
3. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 300 cc. Oligohidramnion juga menyebabkan
terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga
pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan
pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
13
a) Sindroma Potter
Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasia
Pulmonal dan kelainan kranium yang terkait dengan
oligohidramnion
b) Deformitas ekstrimitas
H. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta
adanya infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-
26 minggu) memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi
dengan usia kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-
19 minggu, sebanyak 60% bila didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada
kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat
dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi
setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila
tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan
induksi untuk membantu persalinan.
I. PENATALAKSANAAN
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
Dalam menghadapi ketuban pecah dini harus dipertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
14
1) Fase laten:
a) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses
persalinan.
b) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya
infeksi.
c) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain:
Korioamnionitis:
a. Abdomen terasa tegang.
b. Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.
c. Kultur cairan amnion positif.
Desiduitis: Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.1
2) Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang
mempunyai program untuk mengukur BB janin. Semakin kecil BB
janin, semakin besar kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga
tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.
3) Presentasi janin intrauterine
Presentasi janin merupakan penunjuk untuk melakukan terminasi
kehamilan. Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan
jalan seksio sesarea.
a) Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi janin
dan maternal terhadap tindakan terminasi yang akan dilakukan.
b) Usia kehamilan. Makin muda kehamilan, antarterminasi
kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan
sehingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu,
kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan
janin serta situasi maternal.
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi
KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan
kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag”
period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain :
15
1) Usia kehamilan
2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis
WOC
J. PENANGANAN
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan
solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
16
b) Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg
per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada
infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24
jam.
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai
berikut :
a) Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.
Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin
sebaiknya lebih dari 2000 gram.
b) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari
38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi
melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur
air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan
1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
2) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam
batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin
elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin
17
untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau
induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi
peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
BAB III
ASKEP KASUS
18
Pendidikan terakhir : SMA
19
n. Masalah dalam persalinan yang lalu : Tidak ada
e. Laboratorium
HGB : 11,7 g/dL ( w 12.0 – 14.0 )
RBC : 3,7 106/µL ( w 4.0 – 5.0 )
HCT : 34,6 % ( 37.0 – 43.0 )
WBC : 13,83 103/µL ( 5.0 – 10.0 )
20
PLT : 250 103/ µL ( 150 – 400 )
PT : 8,9 sec ( 9.5 – 11.7 )
APTT : 34,3 sec ( 28 – 42 )
Glukosa : 65 mg/dL (74 – 106 )
Urea : 10,6 mg/dL ( 16.8 – 43.2 )
Protein :+3
5. DATA PSIKOSOSIAL
a. Penghasilan keluarga tiap bulan : Rp. 2.000.000 – 3.000.000
b. Bagaimana perasaan anda terhadap kehamilan sekarang : Senang
c. Bagaimana perasaan suami terhadap kehamilan sekarang : Senang
d. Pengalaman melahirkan yang lalu : Tidak ada,lancar saja
Terapi
Dopamet : 500 mg
Ceftriaxon : 200 mg
Vitamin C : 50 mg
Paracetamol : 500 mg
Parenteral
Oxytoxin : 1 amp
Dexametason : 2 amp
Lasix : 1 amp
Cairan intravena
RL drip MgSO4
RL drip Oxytoxin
21
LAPORAN PERSALINAN
1. PENGKAJIAN AWAL
a. Tanggal : 30 Desember 2019
b. Jam : 12.00 WIB
c. TTV : TD: 170/110 mmHg, RR: 20 x/menit, N: 97 x/menit, S: 37,2oC
d. Pemeriksaan palpasi abdomen : posisi janin puki, TFU ± 35 cm,
usia kehamilan 40-41 minggu
e. Hasil pemeriksaan dalam : jam 21.00 pembukaan 5-6
f. Persiapan perineum :
g. Klisma :
h. Pengeluaran pervaginan :
i. Perdarahan pervaginan :
j. Kontraksi uterus : Ada, 3x dalam 10 menit
k. DJJ : 156 x/menit
l. Status janin : hidup / satu / puki
2. KALA PERSALINAN
KALA I
a. Mulai persalinan : 30 desember 2019, jam 20.00 WIB
b. Tanda dan gejala : keluar darah segar
c. TTV : TD: 150/90 mmHg, RR: 18 x/menit, N: 98 x/mneit, S: 37oC
22
d. Lama kala I : 5 jam
e. Keadaan psikososial : baik
f. Kebutuhan khusus klien : tidak ada
g. Tindakan : tidak ada
h. Pengobatan : tidak ada
KALA II
a. Kala II mulai : 30 desember 2019, jam : 23.00-23.15 WIB
b. Lama kala II : 15 menit
c. Tanda dan gejala : pembukaan sudah lengkap, kontraksi
semakin meningkat
d. Keadaan psikososial : baik
e. Kebutuhan khusus klien : tidak ada
f. Tindakan : tidak ada
CATATAN KELAHIRAN
a. Bayi lahir jam : 23.15 WIB
b. Nilai APGAR : menit 1 ( 8 ) , menit ke 5 (9)
c. Perineum : utuh
d. TTV Ibu : TD: 135/100 mmHg, RR: 21 x/menit, N: 100 x/mneit, S:
36,8oC
23
e. Karakteristik bayi baru lahir : Nafas kuat, warna kulit ayi merah
muda
KALA III
a. Kala III mulai : jam 23.15 - 23.55
b. Lama kala III : 40 menit
c. Tanda dan gejala : tali pusat memanjang, semburan darah
mendadak singkat
d. Plasenta lahir jam : 23.55 WIB
e. Cara lahir plasenta : Manual plasenta
f. Karakteristik plasenta : Segar, Kotiledon utuh
Ukuran : 22 cm x 22 cm x 2,5 cm
Panjang tali pusat : 50 cm
Kelainan : tidak ada
g. Perdarahan : ± 150 cc
h. Keadaan psikososial : baik
i. Kebutuhan khusus klien : plasenta belum lahir (lebih dari 30 menit)
j. Tindakan : manual plasenta
KALA IV
a. Mulai kala IV jam : 00.10 WIB
b. TTV Ibu : TD: 145/90 mmHg, RR: 18 x/menit, N: 85 x/mneit, S:
37oC
c. Keadaan uterus : baik
d. Perdarahan : ± 8 cc
e. Kandung kemih : 100 cc
f. Tindakan : tidak ada
BAYI
a. Bayi lahir tanggal/ jam : 30 desember 2019 , jam 23.15
24
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Nilai APGAR : 8/9
d. BB/PB Bayi : 2.950 gram , 48 cm
e. Karakteristik bayi : Bayi kemerahan, pernapasan kuat, nadi
teraba
f. Lingkar kepala : 47 cm
g. Kaput : bentuk kepala sedikit lonjong
h. Suhu : 36,9oC
i. Perawatan tali pusat : ada
j. Perawatan mata : ada
k. Tonus otot : aktif
l. Tangisan : melengking
m. Pengobatan : tidak
B. DATA FOKUS
25
Pasien terpasang RL drip MgSO4
Pasien mendapat RL drip
Oxytoxin
HGB : 11,7 g/dL
RBC : 3,7 106/µL
HCT : 34,6 %
Protein : + 3
C. ANALISA DATA
DO :
DO :
DO :
DO :
D. DIAGNOSA
E. INTERVENSI
Kolaborasi pemberian
sedasi, jika perlu
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Agen keperawatan 1 x 24 jam,
Pencendera tingkat nyeri menurun O:
Fisik (proses
Identifikasi lokasi,
pembukaan)
karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : kualitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi respons
Meringis menurun nyeri non verbal
Gelisah menurun
TTV membaik
T:
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
28
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
Kolaborasi dengan
pemberian analgetik
Resiko Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan
Perdarahan b.d keperawatan 1 x 24 jam,
Komplikasi tingkat perdarahan menurun O:
Pasca Partum
Monitor tanda dan
gejala perdarahan
Kriteria Hasil : Monitor nilai HGB
dan HT
Hemoglobin membaik T:
Hematokrit membaik
Perdarahan vagina Pertahankan bed rest
menurun selama perdarahan
Batasi tindakan
invasif, jika perlu
E:
Kolaborasi pemberian
obat mengontrol
perdarahan
Kolaborasi pemberian
produk darah
Keletihan b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
Pasca keperawatan 1 x 24 jam,
persalinan tingkat keletihan menurun O:
Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
Kriteria Hasil : mengakibatkan
kelelahan
Hemoglobin membaik Monitor kelelahan
fisik
Monitor jam pola tidur
29
Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
T:
Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus (mis.
cahaya,suara)
Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
E:
Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik
Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan
Berkolaborasi
pemberian obat
pengontrol perdarahan
Kolaborasi pemberian
produk darah jika perlu
32
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Penulis tidak `menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian
pada saat membandingkan data yang diperoleh dari pengkajian pada pasien
dengan yang ada dalam teoritis.Sehingga penulis dapat menegakkan
diagnose keperawatan.Penulis menegakkan diagnose keperawatan
berdasarkan tanda dan gejala khas yang ada dalam teoritis,
seperti…………….. Hal ini didukung oleh teori yang menyatakan tanda dan
gejala CaMamae :
Penulis menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut pada pasien.
Sehingga tegaknya diagnose keperawatan penulis berdasarkan ilmu teoritis
dan keadaan pasien yang penulis temukan di lapangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial klien di dapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauann literature
33
yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama
pengkajian (Potter dan perry, 2005).
34
35
35
36
c. Resiko infeksi
Mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenik (Nanda
NicNoc 2015). Penulis menegakkan diagnose ini karena menemukan data
pendukung seperti factor factor resiko pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari pemanjanan pathogen , pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat, ketidak adekuat pertahanan sekunder.
d. Gangguan citra tubuh
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu (Nanda
NicNoc, 2015). Diagnosa tersebut ditegakkan dengan adanya batasan
krakteristik sebagai berikut perilaku mengenali tubuh individu, perilaku
menghindari tubuhi ndividu, perilaku memantau tubuh individu, respon non
verbal terhadap perubahan actual pada tubuh, mengungkapkan perasaan
yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu.
C. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapike status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Pada tahap implementasi tidak semua rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dapat dilakukan oleh kelompok, oleh karena itu kelompok menyerahkan
kembali perawatan pasien pada perawat yang tertugas di ruangan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kelompok :
1. Masa pasien saat ada diruangan operasi hanya sebentar, yaitu sekitar 1 jam
di ruanga pre op, 3 jam di ruangan Operasi dan 30 menit di ruangan
Recover.
36
37
37
38
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menundakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakandan
penatalaksanaan yang sudah berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005).
40
41
41