Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KIMIA DASAR

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

DISUSUN OLEH :

GUSTI AYU PUTU ASWINI GAYATRI (131130)


LUH AYU RATSIANI ARGA (131131)
PUTU AYU SURATMINI (131132)
AYU WIDYA GALIH MEGA PUTRI (131133)
I MADE DWI KUSUMA VIRGANTARA (131134)

KELAS : D

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR


2014
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Titrasi Kompleksometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang
dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini
disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung
pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari
dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati.
Titrasi Kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan
tinggi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion
logam, sebuah kation dengan sebuah anion, ataupun molekul netral sebagai sampelnya.
Titran yang digunakan dalam Titrasi Kompleksometri, yaitu asam Etilen Diamin
Tetra Asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam
1,2-diamino etana tetra asetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua
atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival,
1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks
logam, yang menghasilkan spesies seperti Cu HY. Apabila beberapa ion logam yang ada
dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion
logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993). Prinsip dan dasar reaksi penentuan
ion-ion logam secara titrasikompleksometri umumnya digunakan komplekson III (EDTA)
sebagai zat pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang
polivalen seperti Al+3, Bi+3, Ca+2, dan Cu+2. Membentuk senyawa atau kompleks khelat yang
stabil dan larut dalam air. Faktor-faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi
titrimetri, antara lain :
1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna
(kecuali dengan logam alkali).
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam.
4. Telah dikembangkan indikatornya secara khusus, mudah diperoleh bahan baku primernya
dan dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan
untuk standarisasi.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH,misalnya Mg, Ca, Cr, dan
Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Faktor-faktor yang akan membantu menaikkan
selektivitas, yaitu :
1. Dengan mengendalikan pH larutan dengan sesuai
2. Dengan menggunakan zat-zat penopang
3. Kompleks-kompleks sianida
4. Pemisahan secara klasik
5. Ekstraksi pelarut
6. Indikator
7. Anion-anion
8. Penopangan kinetik
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai
tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan
pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir, yaitu :
1. Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, apabila hampir semua ion
logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
2. Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus) atau sedikitnya selektif.
3. Kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena
disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.
4. Kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-
indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat.
5. Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap
pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Larutan
indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
1. Hitam Eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa
itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.
Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
2. Jingga Xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
3. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan
menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang
dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa
kompleks dilakukan titrasi kembali.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat digunakan bahan
pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung oksigen maupun nitrogen secara
umum efektif dalam membentuk kompleks-komples yang stabil dengan berbagai macam
logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air dan dapat diperoleh dalam keadaan
murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.
Namun, karena adanya jumlah air yang tak tentu, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu,
misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.
Kesalahan pada Titrasi Kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk
mengetahui titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama
ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan,
dideteksi. Pertama, kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi
pengendapan. Kedua, digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang
berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam
telah diikat menjadi kompleks yang lebih stabil, misalnya EDTA.
Kelebihan dari Titrasi Kompleksometri ini, yaitu EDTA stabil, mudah larut, dan
menujukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan
pengendalian pH, misalnya : Mg, Cr, Ca, dan Ba dapat dititrasi pada pH 11; Mn 2+, Fe, Co,
Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititrasi pada pH 4-7. Terakhir logam, seperti : Hg,
Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V, dan Th dapat dititirasi pada pH 1-4. EDTA sebagai natrium,
Na2H2Y sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen segera tercapai dalam
titrasi dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam
pada operasi skala semi-mikro.
Kegunaan dari Titrasi Kompleksometri ini, diantaranya :
1. Penetapan Total Kesadahan Air
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam Kalsium atau
Magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititer secara kompleksometri dengan larutan
EDTA dan digunakan petunjuk EBT. Pertama-tama EDTA akan bereaksi dengan ion
Ca2+, kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang
berwarna merah anggur. Titik akhir pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari
merah anggur menjadi biru yang berasal dari larutan penunjuk yang bebas.
2. Penetapan Kadar Mg dan MgCl2
2+
Pada pH 10, Mg dapat ditetapkan secara kompleksometri. Mg dalam contoh dapat
bereaksi dengan EDTA dan menggunakan indikator EBT. Mg dan EBT membentuk
senyawa rangkai yang berwarna merah anggur. Larutan penunjuk yang bebas berwarna
biru pada pH 7-11 warna larutan pada titik akhir berubah dari merah menjadi biru.
3. Analisis Kadar Attapulgite dalam Tablet A
Attapulgite dalam tablet A dapat ditetapkan dengan cara titrasi kompleksometri.
Attapulgite dapat dititar dengan EDTA 0,05 M. Dengan indikator EBT akan
menghasilkan titik akhir berwarna biru kecoklatan.
Salah satu yang akan diambil dan dibahas dari beberapa contoh di atas, yaitu Penetapan Total
Kesadahan Air.
ANALISA KESADAHAN AIR TOTAL

Tujuan : Menentukan kesadahan air total dalam sampel

Prinsip : Menentukan kesadahan air total pada sampel dengan di titrasi secara
kompleksometri

Reaksi : Ca2+ + EBT → Ca – EBT


Ca – EBT + EDTA → Ca – EDTA + EBT

Dasar Teori :
Apabila memperhatikan dasar ketel yang digunakan untuk memasak air, semakin
lama dasar ketel tersebut akan semakin tebal oleh kerak. Kerak yang terbentuk pada dasar
ketel akan menyebabkan penghantaran panas terhambat, sehingga untuk memanaskan air
akan membutuhkan waktu yang lama. Kerak yang terbentuk pada dasar ketel disebabkan oleh
air sadah.
Air sadah adalah air yang mengandung garam terlarut dari ion kalsium, magnesium
dan besi. Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya, karena memang ion-ion tersebut
dapat larut dalam air. Akan tetapi, dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air
menjadi keruh.
Walaupun tidak berbahaya, ternyata air sadah dapat menyebabkan beberapa kerugian, antara
lain :
1. Sabun menjadi kurang berbuih, hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi
dengan sabun membentuk endapan.
Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq)
Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+
atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, detergen
tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga detergen tidak terpengaruh oleh air
sadah.
2. Air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu digunakan
untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan
yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap
dapat menyebabkan penyumbatan sehingga dikhawatirkan pipa tersbut akan meledak.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation
(Ca2+ atau Mg2+), yaitu :
1. Air Sadah Sementara
Air Sadah Sementara merupakan air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-),
atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan
atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-
senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan
dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+. Dengan
jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi
yang terjadi adalah
Ca(HCO3)2 (aq) → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Air Sadah Tetap
Air Sadah Tetap merupakan air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi
berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu
dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan
karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) → MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari
ion Ca2+ atau Mg2+, dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.
Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu digunakan adalah air sadah atau
bukan adalah dengan menggunakan sabun. Ketika air yang digunakan adalah air sadah, maka
sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, buihnya sedikit. Kemudian untuk mengetahui
jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan pemanasan,
sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang anda gunakan adalah air sadah tetap.
Untuk menghilangkan kesadahan sementara ataupun kesadahan tetap pada air dapat
dilakukan dengan menggunakan zeolit. Anda cukup menyediakan tong yang dapat
menampung zeolit. Pada dasar tong sudah dibuat keran. Air yang akan digunakan dilewatkan
pada zeolit terlebih dahulu. Air yang telah dilewatkan pada zeolit dapat digunakan untuk
keperluan rumah tangga, seperti: mencuci, mandi, dan keperluan masak. Zeolit memiliki
kapasitas untuk menukar ion, artinya anda tidak dapat menggunakan zeolit yang sama
selamanya. Sehingga pada rentang waktu tertentu anda harus menggantinya.

Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Pipet volume
5. Pipet bulb
6. Beaker gelas
7. Corong gelas
8. Labu ukur
9. Pipet tetes
10. Batang pengaduk

Bahan
1. Sampel air
2. EDTA
3. Buffer NH4Cl
4. EBT
5. CaCl
6. HCl

Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukan sampel sebanyak 100 ml ke dalam Erlenmeyer.
3. Tambahkan beberapa tetes HCl pekat hingga pH 3 lalu cek dengan kertas pH.
4. Lalu kocok larutan tersebut selama beberapa menit.
5. Tambahkan larutan buffer ke dalam larutan tersebut, sebanyak 1-5 ml.
6. Menambahkan larutan EBT sebanyak 0,1-0,5 gram, kocok sampai larutan berubah warna
menjadi merah.
7. Titrasi larutan tersebut dengan larutan EDTA sampai larutan berubah warna menjadi biru.
8. Catatlah volume hasil titrasi tersebut.
9. Standarisasi EDTA dengan CaCl.

Data Hasil Pengamatan


Standarisasi EDTA

No Masa CaCl V. CaCl N. CaCl V. EDTA N. EDTA

1 0,0272 g 10 ml 0,0098 N 3,2 ml 0,0306 N

2 0,0272 g 10 ml 0,0098 N 3,3 ml 0,0288 N

3 0,0272 g 10 ml 0,0098 N 3,4 ml 0,0296 N

Kesadahan air Total

No V. Sampel V. EDTA N. EDTA Kesadahan Total


·
1 100 ml 7,1 ml 0,0296 N 210,3419 mg CaCO3/Lt

2 100 ml 7,5 ml 0,0296 N 222,1998 mg CaCO3/Lt

Perhitungan
1. Rata-Rata Konsentrasi
0,0306 + 0,0288 + 0,0296
3
= 0,0296 N
2. Penentuan Kesadahan Air Total
V. EDTA = 1 : 7,1 ml
= 2 : 7,5 ml
V. Sampel = 100 ml
F = 0,0296
0,01
= 2,96
Kesadahan = …...?
Sampel I = 7,1 x 1,0009 x 1000 x 2,96 = 210,3491 mg CaCO3/Lt
100
Sampel II = 7,5 x 1,0009 x 1000 x 2,96 = 222,1998 mg CaCO3/Lt
100
Rata-Rata = 210,3491 mg CaCO3/Lt + 222,1998 mg CaCO3/Lt = 216,2744 mg CaCO3/Lt
2

Pembahasan
Air sadah adalah air yang mengandung garam terlarut dari ion kalsium, magnesium,
dan besi. Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya, karena memang ion-ion tersebut
dapat larut dalam air. Akan tetapi, dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air
menjadi keruh. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat
oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah sampel air keran. Metode
pengujian kesadahan ini menggunakan titrasi kompleksometri. Sebelum melakukan
penentuan kesadahan, terlebih dahulu menstandarisasi larutan EDTA dengan CaCl2 agar
dapat diketahui konsentrasi dari larutan EDTA yang digunakan. Indikator yang dipergunakan
yaitu indikator EBT, dimana perubahan warnanya berubah dari warna merah anggur (diberi
EBT) lalu di titrasi dengan larutan EBT sampai berubah warna menjadi biru. Larutan EDTA
harus distandarisasi karena larutan EDTA mempunyai sifat sangat mudah bereaksi dengan
lingkungan sekitar.
Setelah itu lakukan pengujian sampel dengan cara memasukan 100 ml sampel
kedalam erlenmeyer lalu ditambahkan 1-5 ml larutan buffer dan beri sejumlah indikator EBT
hingga larutan berubah warna menjadi merah anggur. Setelah itu dititrasi dengan larutan
EDTA yang telah distandarisasi tadi. Titrasi hingga larutan berubah warna menjadi biru dan
dilakukan setetes demi setetes dalam waktu 5 menit. Setelah itu hitunglah hasil standarisasi
dan penetapan sampel tersebut. Adapun standar yang dikeluarkan oleh Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kadar maksimum yang diizinkan adalah 500 mg
CaCO3/Lt.
Kesimpulan
Jadi, dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kesadahan total,
yaitu jumlah ion Ca2+ dan Mg2+ dapat diketahui melalui titrasi kompleksometri. Hasil
standarisasi dari EDTA dengan CaCl2, yaitu 0,0296 N. Hasil penentuan kesadahan air total,
yaitu 216,2744 mg CaCO3/Lt. Berarti sampel telah memenuhi standar yang dikeluarkan
pemerintah melalui oleh pemenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kadar
maksimum yang diizinkan adalah 500 mg CaCO3/Lt.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2012. Laporan Titrasi Kompleksometri. Available from: URL:


http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-analitik-dasar/laporan-titrasi-
kompleksometri/. (11-01-2014).
2. Anonim. 2013. Titrasi Kompleksometri. Available from: URL: id.wikipedia.org/wiki/
titrasi-kompleksometri. (10-01-2014).
3. Darwindra, Haris Dianto. 2010. Laporan Kompleksometri. Available from: URL:
harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/lap-kompleksometri.pdf. (10-01-2014).
4. Luthfi, Radika. 2012. Titrasi Kompeksometri. Available from: URL:
apkimia.blogspot.com/2012/06/titrasi-kompleksometri.html. (10-01-2014).
5. Trimulya, Agung. 2012. Kesadahan Air Total. Available from: URL:
http://agungtrimulyaa.blogspot.com/2012/12/kesadahan-air-total.html. (11-01-2014).

Anda mungkin juga menyukai