Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWAAN

PASIEN DENGAN TBERKLOSIS (TB)

A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah
suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
(Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes
RI, 2007).Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia,
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.
Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit
tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne
C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular
pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).

1
B. Pohon Masalah

Microbacterium Droplet Masuk lewat jalan nafas


tuberkulosa infection

Menempel pada paru

Keluar dari
Dibersihkan oleh Menetap dijaringan
tracheobionchial bersama
makrofag paru
sekret

Sembuh tanpa Terjadi proses peradangan


pengobatan

Pengeluaran zat patogen Tumbuh dan berkembang


disitoplasma makrofag

Mempengaruhi
hipothalamus Sarang primer / afek
primer (fokus ghon)

Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Komplek primer Limfangistis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain (paru lain, Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
saluran pencernaan, tulang melalui pengobatan fibrosis
media bronchogen percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Radang tahunan dibronkus Pertahankan primer tidak


adekuat

Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan


menghancurkan membran aveolar
jaringan ikat sekitar 2
Pembentukan sputum Menurunnya permukaan
Bagian tengah berlebihan efek paru
nekrosis

Ketidakefektifan Alveolus
Membentuk jaringan bersihan jalan nafas
keju
Alveolus mengalami
konsolidasi &
Sekret keluar saat eksudasi
batuk Gangguan pertukaran
gas
Tekanan parsial O2 di
Batuk produktif alveoli menurun
(batuk terus menerus)

Terjadi penyempitan
jalan napas
Droplet infection Batuk berat

Peningkatan kerja otot


Terhirup orang Distensi abdomen pernapasan
sehat

Mual, muntah
Keletihan otot
Resiko Infeksi
pernapasan
Intake nutrisi kurang

Ketidakefektifan pola
Ketidakseimbangan napas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3
C. Etiologi
Agen infeksius utama dari TB paru adalah Mycobacterium tuberculosis,
batang aerobik tahan asam (BTA) yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet. Tuberkulosis ditularkan dari orang ke
orang oleh transmisi melalui udara. Spesies lain kuman ini yang dapat
memberikan infeksi pada manusia adalah Mycobacteriumbovis,
MycobacteriumKansasii, Mycobacterium Intracellulare, sebagian besar
kuman terdiri dari asam lemak (lipid) inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam
sitoplasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya ( Mansjoer , 2000).
Pada patogenesis tuberculosis adalah mengenali bahwa M. Tuberculosis
mengandung banyak zat imunoreaktif. Lipid permukaan pada mikobakterium
dan komponen peptidoglikan dinding sel yang larut air merupakan tambahan
yang penting yang dapat menimbulkan efeknya melalui kerja primernya pada
makrofag penjamu. Mikobakterium mengandung suatu kesatuan antigen
polisakarida dan protein, sebagian mungkin spesifik spesies tetapi yang
lainnya secara nyata memiliki epitop yang luas di seluruh genus.
Hipersensitivitas yang diperantarai sel khas untuk tuberkulosis dan
merupakan determinan yang penting pada patogenesis penyakit. (Harrison,
2002).

4
D. Tanda Dan Gejala
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001) :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

5
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk, 2001, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah urine : LED normal / meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Perosidase Anti Perosidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperosidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah

6
8. Pemeriksaan radiology : Rongent thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apikal lobus bawah
b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan millie

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Panduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
 Rifampisin
Dosis 10mg / kg BB, maksimal 600mg 2-3X / minggu atau
BB>60kg : 600mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB<40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
 INH
Dosis 5 mg / kg BB, maksimal 300 mg, 10mg / kg BB 3 kali seminggu, 15mg
/ kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg / hari
 Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg / kg BB, 35 mg / kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/ kg
BB 2 kali seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg

7
 Streptomisin
Dosis 15 mg / kg BB atau
BB>60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB<40 kg : sesuai BB
 Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg / kg BB, fase lanjutan 15 mg / kg BB, 30 mg / kg
BB 3X seminggu, 45 mg / kg BB 2X seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg / kg BB / kali
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari :
 Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg
 Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
 Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan
fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis
seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini2)
 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian, makrolid, amoksilin + asam klavulanat
 Devirat rifampisin dan INH

8
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Data subjektif
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan
,untuk itu dipelukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-maslah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini
Tahap ini terbagi atas :

1) Pengumpulan Data
a) Anamesa
1.Identitas klien :

2.keluhan Utama :

3.riwayat penyakit sekarang :

4.riwayat penyakit dahulu :

5.riwayat penyakit keluarga :

6.riwayat psikososial :

7.Pola-pola fungsi kesehatan :


a) Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kesehatanya sangat penting.Pasien jika sakit
memeriksakanya dipuskesmas.Pasien saat dirumah merokok.dan bisa
menghabiskan 1 bungkus dalam 2 hari
b) Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3 kali, habis 1 porsi setiap
kali makan. Saat dirumah pasien makan sayur, lauk, dan nasi.Untuk
minum pasien minum ±5 gelas perhari (±1000 cc), minum yang
biasanya diminum pasien adalah air putih dan teh.
Selama sakit : pasien makan sehari 3 kali sendok makan habis 1
porsi, saat dirumah sakit pasien makan nasi dan sayur. Untuk minum
pasien minum ± 4 gelas perhari (± 800 cc), minum yang biasa
diminum air putih
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien dirumah BAB sehari 1x, kadang 2 hari 1
kali konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada lendir
darah.

9
Pasien BAK sehari ± 3 kali/hari, warna urine kuning jernih, jumlah ±
950 cc. Tidak ada kesulitan saat BAK, tidak ada disuria, hematuri,
retensi urin.
Selama sakit : selama dirumah sakit pasien belum BAB.Pasien
BAK sehari sehari 1 kali/hari, urin kuning jernih, jumlah ± 2000 cc.
Tidak ada kesulitan sat BAK, tidak ada hematuri, tidak terpasang
kateter.
d) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
mulai dari makan/minum, berpakaian, mandi, toileting, mobilisasi.
Selama sakit : aktivitas klien terbatas dengan penilaian sebagai berikut
:
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Mobilisasi di √
TT
Pindah √
Ambulasi √
Makan/minum √

10
KETERANGAN :
Score 0 : mandiri
Score 1 : dibantu sebagian
Score 2: perlu dibantu orang lain
Score 3:perlu bantuan orang lain dan alat
Score4:tergantung,tidak mampu

e) Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : pasien tidur ± 8 jam/hari dari jam 20.00 - 06.00,
kadang tidak tidur siang.
Selama sakit : pasien selama dirumah sakit saat malam hari pasien
kadang tidak bisa tidur, karena ramai tetapi kalau siang pasien bisa tidur ±
7-8 jam pukul 13.00-19.00.
f) Pola kognitif dan perceptual
Pasien bisa berkomunikasi dengan baik, penglihatan pasien masih baik,
pasien tidak memakai alat bantu kaca mata, pasien juga bisa membedakan
bau teh, kopi dll.
g) Pola konsep diri
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak dapat melakukan aktivitas
serta mncarai nafkah untuk keponakan dan saudara.Ia merasa keluarga
dan tetangganya sayang dan peduli dg klien. Ia menyadari bahwa di
rumah sakit hanya menyusahkan keluarga.
h) Pola koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu didiskusikandengan
keluaraga ataupun keponakannya.
i) Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan sudah mengerti dengan pola seksualnya
j) Pola peran berhubungan
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga.Selama dirumah
sakit pasien ditunggu oleh keponaka dan adik kandung pasien .Keluarga

11
mengatakan hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik.Klien
selalu menghadiri setiap kegiatan yang ada di banjar seperti ngayah di
banjar maupun di pura
k) Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : pasien beribadah, sembahyang 1kali sehari
Selama sakit : saat sakit klien tidak mampu menjalankan kewajiban.
Klien hanya beribadah dan berdoa ditempat tidur semoga cepat diberi
kesembuhan dan kesehatan.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
4. Hipertemia berhubungan dengan reaksi inflamasi
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu
6. Resiko infeksi

12
I. Rencana Keperawatan
N Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Intervensi (SIKI)
O Keperawatan Hasil (SLKI)
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif
napas tidak keperawatan … x 24 jam o Identikasi kemampuan batuk
efektif diharapkan bersihan jalan o Monitor adanya retensi sptum
napas meningkat dengan o Monitor adanya tanda dan gejala
kriteria hasil : infeksi salran napas
o Atur posisi semifowler atau fowler
□ Batuk efektif
o Anjurkan tarik napas dalam
meningkat
o Anjurkan batuk efektif
□ Produksi sputum
o Anjurkan pemberian mukolitik
menurun
atau ekspektoran bila perlu
□ Mengi menrun
□ Wheezing menurun
Manajemen Jalan Napas
□ Frekuensi napas
o Mengidentifikasi kepatenan jalan
membaik
napas
□ Pola napas membaik
o Monitor pola napas
o Monitor adana suara napas
tambahan
o Monitor jumlah sputum
o Posisikan semifowler atau fowler
o Berikan oksigen bila perlu

Pemantauan Respirasi
o Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
o Monitor kemampuan batuk efektif
o Monitor adanya sumbatan jalan
napas
o Monitor hasil x-ray thorax

13
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan selama ...x24 □ Monitor frekuensi, irama,
jam diharapkan pertukaran kedalaman, dan upaya napas
gas teratasi dengan □ Monitor pola napas
kriteria hasil: □ Monitor kemampuan battuk efektif
□ Tingkat kesadaran □ Monitor adanya produksi sputum
meningkat □ Pantau respirasi
□ Bunyi napas □ Dokumentasikan hail pemantauan
tabahan menurun
□ Pusing menurun Terapi Oksigen
□ Pengelihatan kabur □ Monitor kecepatan aliran oksigen
menurun □ Monitor posisi alat terapi oksigen
□ Gelisah menurun □ Monitor efektifias terapi oksigen
□ Pola napas □ Bersihkan secret pada mulut
membaik □ Pertahankan kepatenan jalan napas
□ Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingka mobilitas
pasien
□ Kolaborasi penentuan dosis oksigen
□ Kolaborasi penggunaan oksogen
saai aktivias dan/atau tidur

14
Pola napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif keperawatan selama … x o Mengidentifikasi kepatenan jalan
24 jam diharapkan pola napas
napas membaik dengan o Monitor pola napas
kriteria hasil : o Monitor adana suara napas
tambahan
 Dispnea menurun
o Monitor jumlah sputum
 Penggunaan otot bant
o Posisikan semifowler atau fowler
napas menurun
o Berikan oksigen bila perlu
 Pemanjangan fase
ekspirasi menurun
Pemantauan Respirasi
 Frekuensi napas
o Monitor frekuensi, irama,
membaik
kedalaman dan upay napas
 Kedalaman napas
o Monitor kemampuan batuk efektif
membaik
o Monitor adanya sumbatan jalan
napas
o Monitor hasil x-ray thorax

15
Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama … x  Identifikasi status utrisi
24 jam diharapkan status  Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi membaik dengan terhadap makanan
kriteria hasil :  Identifikasi kebuthan kalori dan jenis

 Porsi makan yang nutrient

dihabiskan  Monitor asupan makanan

meningkat  Monitor berat badan

 Berat badan  Berikan suplemen maknan jika perlu


membaik  Anjurkan makan dengan posisi duduk

 Indeks massa tubuh bila mampu

membaik  Anjarkan program diit yang

 Frekuensi makan dianjurkan

membaik  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

 Nafsu makan menentukan jumlah kalori dan jenis

membaik nutrient yang dibutuhkan jika perlu

 Membrane mukosa
membaik Promosi Berat Badan:

 Monitor adanya mual muntah


 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
 Berikan perawatan mulut sebelum
makan bila perlu
 Sediakan makanan yang teap sesuai
kondisi pasien
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi
namun tetap terjangkau

16
Risiko Infeksi Setelah dilakukan Manajemen Imunisasi / Vaksinasi
tindakan keperawatan □ Identifikasi riwayat kesehatan dan
selama ..... x ..... jam riwayat alergi
diharapkan tingkat infeksi □ Identifikasi kontraindikasi pemberian
menurun dengan kriteria imunisasi
hasi:
Pencegahan Infeksi
□ Demam menurun
□ Monitor tanda dan gejala infeksi local
□ Kemerahan menurun
dan sistemik
□ Bengkak menurun
□ Batasi jumlah pengunjung
□ Kadar sel darah putih
□ Cuci tangan sebelum dan sesudah
membaik
kontak dengan pasien dan lingkungan
□ Sputum menurun
pasien
□ Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
□ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
□ Ajarkan cara mencsi tangan dengan
benar
□ Ajarkan etika batuk
□ Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
□ Anjurkan meningkatkan asupan cairan
□ Kolaborasi pemberian imunisasi jika
perlu

17
J. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.

K. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)

18
DAFTAR PUSTAKA

Emyel. 2016. Askep TB Paru. (Online). Available at


https://www.scribd.com/document/324383472/ASKEP-TB-PARU-pdf.

Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Jogjakarta :
Medi Action
Kurniawati, Dwi. 2014. Askep Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien TBC. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/210863872/ASKEP-KEBUTUHAN-
OKSIGENASI-PADA-PASIEN-TBC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Seleksa Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Ed 6, volume 1&2. Jakarta : EGC.
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-
evaluasi-keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai