Anda di halaman 1dari 9

PENANGANAN LIMBAH PADA RUMAH MAKAN ISTANA

BERKAT

METODE ILMIAH

OLEH:

SRI HASTINA RAHAYU SIBUA


2017-67-002

PRODI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMON
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair, maupun
limbah gas. Jenis limbah ini bisa dikeluarkan oleh satu industri dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan
menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak
memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah
dengan cara melalui unit suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai
tambah, sedangkan limbah non-ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah
dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberi nilai tambah
kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. buangan (limbah) melalui
udara, air, dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam (Kristanto,
2006).
Menurut EMDI (1994) jenis aktivitas utama yang menghasilkan limbah cair
dan sifat pencemaran yang potensial ditimbulkan dari empat belas jenis industri
yang termasuk dalam kategori kelompok prioritas pertama. Salah satu jenis
industri yang termasuk dalam prioritas pertama tersebut yaitu industri tekstil.
Limbah tekstil yang dikeluarkan dalam hal ini adalah limbah cair yang berasal
dari buangan industri batik. Jenis industri tekstil dalam prosesnya terdapat
komponen limbah cair seperti pada proses pengkajian, proses penghilangan
kanji, pengelantangan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses
penyempurnaan. Dalam proses-proses tersebut dapat berpotensi pencemaran
fisik dan kimia.
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang
berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah
industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar
larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan
limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah
tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni
ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang
dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-
biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama
lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya
dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari,
namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang
sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke
dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Al-kdasi,
2004).
1.2 Rumusan Masalah
Tempat pembuangn limbah pada rumah makan istanah berkat
1.3 Tujuan
untuk mengetahui sistem pembuangan limbah pada restoran istana berkat
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan tentang limbah cairMenurut Rustama et al. (1998), limbah cair
merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik
berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Komponen
utama limbah cair adalah air, sedangkan komponen lainnya adalah bahan padat yang
bergantung asal buangan tersebut. Sesuai dengan sumbernya maka limbah cair
memiliki komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan proses. Menurut
Sirait et al. (2008), secara garis besar zat-zat yang terkandung dalam limbah cair dapat
dikelompokkan menjadi organik dan anorganik. Bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair adalah protein, karbohidrat, lemak, amoniak, senyawa nitrit dan nitrat, dan
asam-asam organik. Sedangkan, bahan anorganiknya adalah butiran-butiran, garam-
garam, dan logam-logam. Karena kontaminan utama limbah cair rumah makan
seluruhnya berasal dari bahan makanan, proses memasak, dan tahap pembersihan
peralatan, dan dari toilet, maka komponen limbah rumah makan terutama berupa
bahan-bahan organik dan bahan pencuci, yaitu sabun/deterjen. Karakteristik limbah
cair diketahui dari berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut. Menurut Sirait et
al. (2008), parameter kualitas limbah cair yang penting diketahui adalah:
1.Bahan padat tersuspensi
Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dapat dihilangkan pada penyaringan
(filtration) melalui media standar halus dengan diameter 1 mikron. Badan padat
tersuspensi dikelompokkan lagi menjadi bahan padat yang tetap (fixed solids) dan
yang menguap (volatile solids). Bahan padat yang menguap merupakan bahan yang
bersifat organik yang diharapkan dapat dihilangkan melalui penguraian biologis atau
pembakaran. Bahan padat tetap merupakan bahan padat yang sifatnya tetap. Bahan
padat tersuspensi juga dapat dikelompokkan menjadi bahan padat yang dapat
diendapkan (settleable solids) dan bahan padat yang tidak dapat diendapkan
(nonsettleable solids) secara normal.
2.Bahan padat terlarut
Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrat yang diperoleh
setelah penghilangan bahan padat tersuspensi. Bahan ini mewakili garam-garam
dalam larutan, termasuk garam-garam mineral dari penyediaan bagian air. Bahan
padat terlarut penting terutama apabila limbah cair akan digunakan kembali setelah
pengolahan. Bahan padat terlarut tidak dapat dihilangkan melalui pengolahan
konvensional.
3.BOD ( Biochemical Oxygen Demand )
BOD (kebutuhan oksigen biokimia) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam
limbah cair. BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh
sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu,
biasanya lima hari, pada satu temperatur tertentu, umumnya 20oC. BOD merupakan
ukuran utama kekuatan suatu limbah. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh
yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan
kandungan oksigennya. Secara umum, derajat pengolahan yang dicapai oleh bangunan
pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD efluent tidak akan
menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air
penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya.
4.COD (Chemical Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) merupakan ukuran persyaratan kebutuhan
oksidasi sampel yang berada pada kondisi tertentu, yang ditentukan dengan
menggunakan suatu oksidan kimiawi. Pada suatu sistem tertentu terdapat hubungan
COD dengan BOD, tetapi bervariasi antara yang satu dengan yang lain.
5.TOC (Total Organic Carbon)
Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang bersifat organik. TOC
diukur dengan konversi karbon organik dalam air limbah secara oksidasi, katalitik,
pada suhu 900oC, menjadi karbondioksida.
6.TOD (Total Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan, didefenisikan sebagai jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua bahan pada suhu 900oC
menggunakan katalis Platinum.
7.Ph
pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acility) atau kebasaan (alkilinity) limbah
cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan (pre-treatment)
untuk mencegah terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair secara
konvensional. Secara umum dapat dikatakan bahwa pH limbah cair domestik adalah
mendekati netral.
8.DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) penting dalam pengoperasian sistem saluran pembuangan
maupun bangunan pengolahan limbah cair. Derajat kandungan oksigen pada limbah
cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak stabil. Tujuan pengelolaan limbah cair
sebelum diolah adalah memelihara kandungan oksigen terlatut dan cukup untuk
mencegah terjadinya kondisi anaerobik. Pada efluen yang telah diolah, derajat
kandungan oksigen 1 atau 2 mg per liter dapat dicapai.
9.Kandungan nitrogen
Dalam bahan limbah nitrogen dapat berada dalam bentuk-bentuk amonia tereduksi
sampai senyawa nitrat teroksidasi. Konsentrasi tinggi dari berbagai bentuk nitrogen
beracun terhadap fauna dan flora tertentu. Bentuk yang paling umum dari nitrogen
yang ditemukan dalam air limbah adalah amoniak, protein, nitrit, dan nitrat. Polutan
ini dapat diukur dengan metode nitrogen Kjeldahl total.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Objek yang di amati
Objek yang saya amati berupa limbah yang ada pada rumah makan istana
berkat
3.2. Waktu, tempat dan lokasi
a. Waktu : 09.35-11.35
b. Tempat : Istana Berkat jl. Diponegoro
3.3. HASIL

a b c d
ket:
a. Proses penjelasan tentang penanganan limbah pada rumah makan
Istana Berkat.
b. saluran menuju penampungan limbah
c. Tempat penampungan limbah
d. tempat pembuangan limbah cair
3.4. PEMBAHASAN
Limbah rumah makan berasal dari bahan makanan, proses memasak, dan tahap
pembersihan peralatan, dan dari toilet. Dengan demikian limbah rumah makan
berupa bahan-bahan organik, dan bahan pencuci (sabun/deterjen). Semakin
banyak makanan yang dijual di rumah makan akan menghasilkan limbah
mempunyai jumlah dan jenis bahan organik semakin banyak.

Jika ditinjau dari keputusan pemerintah mengenai limbah cair maka


pengolahan limbah cair bagi kegiatan industri, maka limbah cair rumah makan
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang keperairan karena
melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu sebesar 50 – 150 mg/l untuk BOD5
dan 100 – 300 mg/l untuk COD

Limbah cair pada rumah makan istana berkat itu melalui proses yang panjang
dari mulai dibersihkan pada tempat pembersihan melalui pipa pembuangan ke
tempat penyaringan agar limbah padatnya tersaring dan tertampung pada bak
yang mengahasilkan air keluar kemudian airnya di salurkan lagi melalui pipa
dan dibuang ke got yang langsung mengarah ke kali

Bak yang ditampuang itu setiap minggunya dibuang dang dibersihkan dan
sudah memenuhi standart dari pemerintah daerah.
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Penelitian ini saya ambil dari praktek limah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Limbah hasil perikanan. Jadi kesimpulan saya dalam pengamatan kali ini yaitu
limbah yang berada pada rumah makan Istana berkat akan ditampung dalam
bak penampungan limbah dan limbah tersebut akan dibersihkan dalm satu
minggu satu kali pembersihan.

Anda mungkin juga menyukai